📞"JiaMin, kuliah kali ini memang kelas gabungan ya?"
📞"Ya benar, Azzahra kita gabung 3 kelas. Cepatlah masuk! Kelasnya akan penuh."
📞"Oouh baiklah, aku sudah di depan kelas sekarang."
Aku memutuskan telfon itu lalu mengambil kartu identitas dari dompetku. Aku menepi agar tak menghambat orang lain.
"Hey, bagaimana kondisi tubuhmu? Apa kau masih mual karna itu?" Dengan suara lantangnya Kenzie mengucapkan hal yang lagi-lagi membuat aku sulit untuk membalas ucapannya. Ia selalu berhasil membuatku kehilangan kata-kata.
Beberapa orang yang masih di luar kelas dengan serius metap ke arah kami. Pertanyaan Kenzie itu membuat mereka berbisik, tentu hal buruk muncul di fikiran mereka saat ini.
"TAK!!" ku injak kuat kakinya untuk melampiaskan rasa kesalku kali ini.
"Jangan bicara sembarangan seperti itu! Aku hanya mabuk kendaraan!" tegasku padanya."Memangnya apa yang kau fikirkan? Hahahaha."
"HAH! Dasar sinting," pekikku pada ia yang tersenyum jahat. Kata-katanya terkadang membuat otakku bercabang.
Aku memasuki kelas dengan wajah cemberut.
Ku duduk di sebelah Huang Lan yang tersenyum baik, namun ku balas dengan senyum tak baik dan tak ikhlas kali ini."Kamu kenapa?"
"Gak apapa, cuman kesal saja bertemu orang gila pagi-pagi."
"Mulai sekarang kita harus terbiasa menghadapi orang gila, hehehe," potong Angel yang duduk di depanku.
"Benar, tapi baru satu saja aku sudah kewalahan jadinya."
"Ah aku rasa yang kamu maksud bukan orang gila sungguhan ya?" tanya JiaMin.
Ku tolehkan wajahku pada Kenzie yang baru saja memilih duduk di sebelahku.
"Ya, tapi dia lebih gila dari orang gila," jawabku sambil menatap orang gila yang aku maksud.
Ia hanya membalas sekilas tatapanku kemudian mengalihkan pandangan untuk mengacuhkanku.
"Lan kita tukaran tempat ya!" permintaanku yang melihat ia tersenyum malu-malu.
"Kalian bertengkar lagi?" bisik JiaMin.
"Kamu tau dia selalu membuatku kesal,"
"Baiklah, baiklah aku mengerti. Kamu jadi menyedihkan jika berurusan dengannya," ledeknya sambil menepuk-nepuk pundakku.
Perkuliahan berjalan lancar sehingga dapat aku nikmati dengan baik. Ku tuliskan semua yang dapat aku pahami dari penyampaian dosen di depan.
"Azzahra, apa kamu masih kesulitan menulis?" tanya JiaMin yang memperhatikan catatanku yang memiliki dua bahasa.
"Aa... tidak, ini hanya catatan kecil saja dan aku rasa aku lebih paham begini," jawabku.
Aku menjelaskan tentang Ell yang berperan banyak mengajariku untuk berbahasa mandarin. Namun curhatanku berhenti ketika JiaMin memberikan sebuah kode.
Aku menoleh ke arah Huang Lan yang aku belakangi."Ada apa?" tanyaku bingung.
"Sejak tadi Kenzie memperhatikanmu."
* *
Dua orang gadis baru saja meninggalkan mading sambil memegang beberapa lembaran kertas. Sontak hal itu membuatku senang.
"Akhirnya..." teriakanku sambil berlari mendekati mading yang ternyata memberikan harapan palsu pada hatiku.
"Mereka tidak akan mengganti terlalu cepat," ucap JiaMin.
"Azzahra, ini baru seminggu. Kamu benar-benar tak menyukainya ya? Andaikan waktu itu aku jadi kamu. Aku harap ini akan selalu dipajang." Lan memandang lama gambar itu.
"Maaf, Lan."
🔊"Eh mereka memulainya lagi!" sorak Angel dari kejauhan memecahkan situasi.
Kami berjalan menuju parkiran untuk melihat apa yang terjadi. Sudah beberapa kali aku mendengar suara mobil seperti ini. Mungkin mereka sedang melakukan pertunjukan atau apalah.
Dan benar, aku melihat dua mobil sedang menunjukkan pesonanya dengan memainkan klason dan gasnya.
Huang Lan dan JiaMin mendekati objek itu. Aku dan Angel hanya berdiri menatap dari kejauhan.
🔊
"Apa yang mereka lakukan? Berisik sekali." Tapi bukannya itu mobil, Kenzie ya, batin ku."Entahlah, mungkin sebuah pertunjukan. Ini sudah beberapa kali terjadi. Yang anehnya saat bertemu mereka bahkan tidak saling bicara," tutur Angel.
"Ku fikir tidak ada untungnya kita di sini, ayo pergi!"
🔊
Drrt drrt
📞"Lo dimana? Udah pulang belum? Ni gua lagi di parkiran dekat gudung lo ni."📞"Udah, gua juga lagi di sini, lo dimananya?"
📞"Gua di blakang mobil merah sama biru yang ribut ini"
🔊📞"Gua di depannya ni"
📞"Yang mana? Gua gak liat lo beb"
📞"Bab beb bab beb, lo kira gau bebek! Ni gua lagi jalan ke barisan depan, bentar ya!" Ku beri kode pada Angel untuk menunggu, lalu aku menerobos para gadis yang memenuhi parkiran. "Gua liat lo ni Ell."
📞"Gua gak liat ni."
📞"ya iyalah kan jauh, mana keliatan kalo kaca mata lo cuman dipegang. Pake dong buk!"
📞"Yang mana sih, lo make jilbab hitam? pala orang banyak yang hitam ni."
📞"Iya ni gua berdiri di tengah-tengah mobil, liat gak? Gua di sini..." ucapku sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Ell.
📞"Oh ya gua liat. Tunggu di situ ya!"
🔇
Seketika sasana hening setelah ku tutup telfon dari Ell. Bola mataku berpindah-pindah dari kiri ke kanan lalu kanan ke kiri. Tiba-tiba suasana terasa mencekam. Kedua mobil itupun sudah tak lagi berbunyi.
"Kamu ngapain lambai-lambai?" bisik Angel.
Aku bingung dengan situasi ini. Apa pertunjukan mereka sudah usai saat aku melambai. Tapi tatapan gadis-gadis di sekitar ku memberi suasana yang horor kali ini.
Mereka pasti dayang-dayang Kenzie. Jangan-jangan mereka ingin menghadangku lagi seperti saat aku di asrama.
Ku lihat Kenzie keluar dari mobil sambil menatap tajam ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra ~ Ra
Random~ Bukankah dipertemukan itu merupakan takdir. Lalu mengapa aku yang bertemu dengan mu ? Apakah kamu yang ditakdirkan bersama ku ? Tapi mengapa aku selalu merasa bersalah dan takut jika mengaitkan hubungan kita pada sebuah cinta .... ~ * * * * Sebuah...