Budayakan vote
sebelum membaca. Oke😘🌼🌼🌼
Perut Ara, Astrid, dan Ranya kini sudah kenyang. Rasanya tidak muat. Mereka pergi meninggalkan kantin dan berjalan menuju kelas. Saat sampai di depan kelas, Ara melihat Rafa yang sedang berdiri diambang-ambang pintu kelas Ara.
"Rafa!"
Sepontan Rafa mebalikkan tubuh menuju sumber suara.
"Akhirnya kamu datang juga. Ini aku beliin roti buat dimakan.", Rafa menyodorkan sebungkus Roti ke Ara.
"Makasih
"Tapi aku udah makan. Aku kenyang.", kata Ara
"Ya buat nanti jam 12 siang, buat minum obat dari petugas PMR tadia.", kata Rafa. Ara pun mengambil sebungkus roti itu dari tangan Rafa. Ternyata saat Rafa di kelas Ara, Dena memperhatikan dari kejauhan. Dengusan kasar terdengar dari Dena. Dia segera menghampiri Rafa, Ara, dan kedua sahabat Ara. Dena berjalan dengan hentakan kaki yang sangat keras.
"HANY!"
Sepontan, Rafa, Ara, Ranya, dan Astrid menoleh.
"Yaelah, kaleng rombeng dateng lagi. Bisa gak sih sekali aja jangan nongolin diri. Hayati sebel.", kata Astrid.
"Diem deh mulut kecombrang.", balas Dena dengan ketus, sambil melirik tajam Astrid.
Rafa mengelus-elus dada sebal. Hidupya serasa di ujung kematian. Hari ini dia terus-terusan bertemu Dena. Dia sangat bosan sekali. Kini mata Dena menatap tajam mata Ara. Dia ngomel-ngomel gak jelas. Ara tak mepedulikannya. Dia hanya mendengarkan saja omelan Dena. Kini amarah Rafa sudah memuncak. Dia sudah muak dengan tingkah Dena.
"DENA! Lo tu jadi cewek jangan rendahan gak punya harga diri kayak gini. Gue jijik. Pertama gue biarin aja sikap lo yang kayak gini. Tapi lama kelamaan gue muak dan capek sama sikap lo dan tingkah lo yang gak jelas dikit.", Rafa membentak Dena. Kini Dena hanya bisa menunduk, dan air matanya perlahan-lahan keluar.
"RAFA! Kamu gak berhak ngehina dia!", Ara membela Dena. Dia merangkul Dena.
"Tapi dia itu sudah keterlaluan!", bentak Rafa lagi.
"Aku tahu, tapi seperti ini caranya. Dia cewek Fa. Kasihan dia! Dia takut sama lo!", bela Ara lagi.
"Aku capek!", ketus Rafa.
"Iya aku tahu. Tapi kamu gak gini juga. Aku baru pertama kali lihat kamu semarah ini. ", kata Ara kecewa. Rafa berdecak sebal.
Ini semua gara-gara Dena -batin Rafa.
"Maaf. Aku gak bakal ulangin lagi. Aku gak bakal ganggu kamu lagi Fa. Makasih Ra.", Dena berpamitan, lalu pergi meninggalkan Rafa, Ara, dan kedua sahabat Ara yang tadi hanya diam mematung, menyaksikan Rafa bertengkar dengan Ara.
"Kita berdua kedalem duluan.", pamit Astrid lalu menyeret tangan Ranya. Kini hanya tersisa Rafa dan Ara. Mereka hening sebentar.
"Ra, maaf."
"Ngapain kamu minta maaf ke aku, seharusnya ke Dena. Cepat kamu minta maaf, kasihan dia. ", kata Ara.
"Kamu marah sama aku?", tanya Rafa tiba-tiba.
"Gak. Cepat kamu minta maaf ke Dena.", kata Ara sambil mendorong tubuh Rafa.
"Iya, gak usah dorong-dorong kali. Aku bakalan minta maaf.", kata Rafa lalu mengacak rambut Ara. Ara berdecak sebal. Satu hal yang tidak ia sukai. Di acak-acak rambutnya. Rafa meninggalkan Ara dengan perasaan sebal.
Kampret, males banget gue minta maaf ke Dena -batin Rafa.
...
Dena berlari ke toilet, dia menangis. Hatinya teriris saat mendengar kata-kata sadis Rafa. Sedangkan Rafa berjalan menuju kelas Dena, dia mencari Dena.
"Lo lihat Dena?", kata Rafa pada teman sekelas Dena.
"Di toilet."
Kini Rafa berdiri di ambang pintu kelas Dena. Dia akan menunggu Dena sampai kembali dari toilet. Setelah berdiri beberapa menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Dena melewati Rafa yang berdiri di ambang pintu. Tapi Rafa mencekal tangannya.
"Apa? Gue udah minta maaf sama lo. Apa lo kurang puas?", kata Dena.
"Tumben pakek lo gue.", kata Rafa datar.
"Gak usah kayak gitu. Mau apa?", ketus Dena.
"Gue minta maaf udah marah ke lo.", kata Rafa sambil melepas cekalannya.
"Lo udah maafin gue?", tanya Rafa. Dan di jawab anggukan oleh Dena, lalu nyelonong masuk kelas meninggalkan Rafa. Sedangkan Rafa mendengus lega, akhirnya dia sudah minta maaf ke Dena. Pasti Ara tidak marah lagi sama dia.
...
"Rafa? Ngapain disini? ", tanya Ara bingung.
"Mau jemput kamau. Ayo pulang bareng.", kata Rafa lalu menggandeng tangan Ara.
"Yaudah deh, kebetulan tadi gak ada yang jemput.", kata Ara. Rafa dan Ara segera menuju parkiran.
"Kamu tunggu sini aja. Biar aku yang kedalam ambil mobil.", kata Rafa, lalu di jawab anggukan oleh Ara. Saat menunggu Rafa di parkiran, Ara melihat Dena yang sibuk menendang ban mobilnya. Ara menghampiri Dena.
"Kenapa mobil kamu?", tanya Ara tiba-tiba. Membuat Dena spontan membalikkan tubuhnya.
"Bannya bocor Ra.", kata Dena.
"Yaudah bareng aku aja. Mobil taruh disini, suruh supirmu ngambil.", kata Ara, lalu menggandeng tangan Dena.
"Makasih Ra. Kamu baik banget, padahal aku sering ngomelin kamu.", Dena menunduk. Dia malu.
"Gak papa kok, ayo udah di tungguin.", Ara dan Dena berjalan menuju mobil Rafa. Dena menyipitkan kedua matanya. Sepertinya dia mengenal mobil itu. Rafa. Itu mobil Rafa. Dena segera melepas gandengan Ara. Mata Ara menatap Dena bingung.
"Kenapa?"
"Ra, aku naik taxi aja pulangnya. Aku gak mau kena marah Rafa lagi. Makasih udah di tawarin.", Dena pergi tapi tangannya di tahan oleh Ara.
"Ikut, kamu gak perlu takut.", kata Ara. Dia menggandeng dan menarik paksa tangan Dena. Saat mereka berdua masuk ke mobil Rafa. Rafa terkejut.
"Ngapain lo disini, gue kan udah minta maaf.", ketus Rafa.
"Rafa diem, kamu jangan suruh Dena turun. Aku yang ajak bareng dia. Ban mobilnya bocor. Masak sih kamu gak kasihan. Kamu kok jadi kayak gini sih? Aku gak suka sama sikap kami yang seperti ini. Jahat.", omel Rafa.
"Iya aku minta maaf.", kata Rafa menyesal.
Sumpah nih Hari apes banget gua -batin Rafa.
Mobilpun melaju dengan kencang menuju rumah Dena. Di dalam mobil hanya terdengar suara obrolan Ara dan Dena. Rafa hanya bisa mendengus kesal, pasrah akan nasibnya. Hari ini adalah hari yang apes baginya. Kena marah Ara, di suruh Ara minta maaf ke mak lampir Dena, nganterin pulang si mak lampir. Apes-apes, batinnya dalam hati.
🌼🌼🌼
Jadwal update : hari Sabtu, pukul 20.00❤
JANGA LUPA VOTE AND COMENT YAA😊
JANGAN BOSEN BACA CERITAKU YAAA😘
SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
AcakCinta merubah semuanya. Cinta dapat membutakan segalanya. Terkadang kita tidak sadar sahabat kita sendiri bisa jatuh cinta kepada kita. Cinta itu memang indah, tapi terkadang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan, dan aku sangat membenci itu.