[ 9 ] Pingsan

159 18 1
                                    

PLAY MULMED - BIAR AKU YANG PERGI (ALDY MALDINI)

VOTE VOTE VOTE.....

HAPPY READING💕

***

"I'm Alone."


***

"Nayla!!" pekik Dhea. Kantin sudah sepi, para penjual pun sudah membersihkan dagangan mereka dan pulang, hanya tersisa beberapa saja yang memang biasa tutup sore. Dhea berlari kearah Nayla yang berlutut di depan Dhila lalu merengkuhnya.

"Wah, wah, pembunuhnya datang nih.. Bawa pisau gak? Aduh.. Gue takut.." Dhila mendramatisir. Berpura-pura takut pada Dhea.

"Dhila lo apain Nayla?" Dhea memeluk Nayla dan membantunya berdiri.

"Gak gue apa-apain tuh, dia aja yang lemah." Dhila menjawab tak acuh. Ia lebih memilih meniup-niup kukunya.

"Dhila, please berhenti bully orang lain terus."

"Fine, gue berhenti. Tapi, setelah lo berdua musnah dan Angga jadi milik gue lagi." Dhila tersenyum licik. Dhila menarik paksa rambut Dhea sedangkan kedua anteknya menarik rambut Nayla dan membawanya ke gudang sekolah yang terpencil.

Sampai di gudang, Dhila menghempaskan Dhea dan disusul oleh Nayla. Mereka berdua jatuh ke lantai gudang yang dingin.

"Dhila!" bentak Dhea. Sedangkan Nayla sudah menangis sejak tadi.

"Kenapa mau ngadu? Silahkan, tapi inget! Kalian ngadu? Dia taruhannya." ucap Dhila menunjuk Dhea sambil tersenyum miring. Sebelum keluar, Dhila sempat menginjak punggung tangan Dhea dengan sepatunya hingga lecet. Dhea menggigit bibirnya menahan sakit. Disambung lagi kedua anteknya yang menendang punggung Dhea juga Nayla. Dhila keluar dari gudang dan mengunci Dhea dan Nayla dari luar sebelum Dhea mencegahnya.

Dhea menatap kasihan pada Nayla yang meringkuk ketakutan disudut gudang. Walaupun Nayla adalah pacar Angga, Dhea tidak membencinya seperti apa yang Dhila lakukan. Memang ia cemburu, tapi Dhea tidak terobsesi oleh Angga. Setidaknya baginya, jika Angga bahagia, maka ia pun akan turut bahagia.

Dhea melepaskan jaket yang ia gunakan dan memakaikannya pada Nayla karena baju Nayla basah juga kotor.

"Lo diem disini, biar gue yang cari bantuan." ucap Dhea lalu berjalan menuju pintu. Dhea mulai berusaha mendobrak pintu gudang, sesekali ia berteriak meminta tolong, berharap ada orang yang mendengarnya dan berbaik hati menolong mereka.

Namun nihil. Tidak ada satupun orang yang mendengar teriakannya. Gudang sekolah adalah tempat yang paling jarang dijamah oleh siswa siswi. Apalagi saat ini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Nayla, lo bawa hp gak?" tanya Dhea. Namun yang ia temukan adalah Nayla yang sudah terkulai lemah di lantai.

"Nayla! Astaga!" Dhea menghampiri Nayla dan memangku kepalanya. Ia mengeratkan jaket yang digunakan Nayla. Dhea merogoh saku rok Nayla, secepatnya ia harus menghubungi seseorang.

"Yes ada!" ucap Dhea senang. Ia menekan tombol power pada handphone Nayla. "Yah mati..." Dhea kecewa. Ia mencoba menyalakan handphone Nayla karena siapa tahu masih tersisa sedikit baterai. Setelah menyala, Dhea buru-buru membuka line dan menulis pesan singkat untuk Angga.

DheAnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang