No mulmed.
***
"Rasa takut itu, merenggut semua bahagiaku."
***
"Makasih Bang," Dhea tersenyum manis pada Azka yang telah mengantarkannya.
"Belajar yang rajin ya," Azka mengacak rambut Dhea sambil membalas senyumannya. Dhea mengangguk patuh, beruntungnya ia memiliki seorang kakak seperti Azka, siapapun akan iri dan mengira Azka adalah pacar Dhea. Bahkan beberapa siswi mulai berbisik bertanya-tanya siapa sebenarnya cowok yang sedang bersama Dhea itu.
"Pagi Dhe-eh!!! Bang Azka coganqu yang tertamvan!! Hai bang!" Anya yang hendak menyapa Dhea malah berbelok menyapa Azka.
"Eh hai Nya," jawab Azka kalem. Tidak seperti Anya yang sudah grasak-grusuk tak bisa diam.
"Yaudah Bang, Dhea ke kelas dulu, abang hati-hati di jalan," ucap Dhea yang dibalas anggukan oleh Azka. Anya dan Dhea melambaikan tangan pada Azka hingga motor Azka melaju meninggalkan SMA Nusatama.
Tepat saat Dhea berbalik untuk berjalan menuju kelasnya, Angga dan Nayla berjalan bergandengan menuju kelas mereka pula. Dengan segera Dhea mengejar langkah mereka yang sudah cukup jauh di depannya.
"Nayla!" panggil Dhea. Saat sudah dekat Dhea langsung menggenggam tangan Nayla membuat si empunya kaget dan langsung menghempaskan genggaman Dhea.
"Nay, yang kemarin itu semuanya, nggak kayak yang lo liat, gue bener-bener minta maaf Nay," ucap Dhea kembali menggenggam tangan Nayla.
"Nggak kayak yang gue liat? Terus kayak apa?" tanya Nayla lirih. "Lo sengaja kan?" tanyanya lagi.
"Enggak Nay, sumpah, gue nggak berniat ngelakuin itu!" Dhea berusaha menjelaskan.
"Dhea! Lo kok malah ninggalin gue sih!" Anya mencak-mencak karena ditinggal sendiri saat ia sedang bicara. Dhea, Nayla, dan Angga malah tak menghiraukannya dan masih terfokus pada masalah mereka.
"Mau lo apaan sih? Sekarang mau sok baik lagi? Lo jadi orang dikasih hati mintanya jantung ya? Nggak tau diri." ucap Angga, ia sudah muak selalu melihat Dhea. Hari ini memasang ia topeng, keesokkannya
0 topeng tersebut ia buka memperlihatkan watak aslinya, itu pandangan Angga terhadap Dhea."Ada apaan sih?" tanya Anya yang kesal karena merasa terkacangi.
"Urusin tuh sahabat lo! Sekalian bilangin jadi orang jangan munafik!" ucap Angga lalu menarik Nayla meninggalkan Dhea yang termenung dan Anya yang memandang mereka dengan tatapan bingung.
"Lo sama mereka ada urusan apa?" tanya Anya penasaran.
Dhea menggeleng pelan. "Nggak ada kok, ke kelas aja yuk," ajak Dhea menggenggam tangan Anya. Menghindari berbagai macam pertanyaan yang akan dilontarkan Anya.
***
"Angga, kamu keterlaluan tau, aku juga marah sama Dhea, tapi kan dia mau jelasin sesuatu. Kenapa kita nggak dengerin alasan dia dulu? Kenapa langsung pergi gitu aja?" tanya Nayla berturut-turut. Ia merasa jika Angga sudah terlampau kasar terhadap Dhea. Apalagi Dhea adalah seorang cewek yang rasanya tak pantas jika dipermalukan di depan umum oleh seorang cowok yang notabenenya adalah mantan pacarnya.
"Nay, kamu terlalu baik tau nggak? Dia tuh udah bikin kamu celaka dan kamu masih aja mikirin dia? Aku bener-bener nggak ngerti sama kamu. Udah ya, mulai sekarang kamu mending jauh-jauh dari Dhea. Aku nggak mau kita debat, jadi kamu nurut sama aku. Hm?" tanya Angga, ia memegang kedua pundak Nayla untuk meyakinkannya. Nayla pasrah dan hanya mengangguk meng-iya-kan. Iya, hanya meng-iya-kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DheAnggara
Fiksi RemajaAku hanyalah tameng pelindung dari masa lalumu. Aku bukan rasamu, apalagi cintamu. Aku bukan prioritasmu. Aku asing bagimu. Tapi kau terus membuatku memupuk sejuta harapan, Membangun sejuta perasaan. Walau ternyata sikapmu, perkataanmu, semuanya han...