[ 8 ] Nayla dan Dhila?

157 16 0
                                    

PLAY MULMED - ATTENTION (CHARLIE PUTH)

Happy reading 💕

***
"Hanya ada tiga orang yang benar-benar memahamiku.
Saya, aku, dan diriku sendiri."

***


Aku hanyalah kegelapan.

Tanpa sinar, tanpa penerang.

Pelitaku telah padam.

Menyisakan kehampaan.

Dhea menghela napas panjang setelah selesai menuliskan satu bait puisi di notebooknya. Ia menyimpan kembali notebooknya di nakas, lalu memejamkan matanya sejenak dan mendongak menatap langit-langit kamarnya. Seharian ini ia lelah, lelah tersenyum dibalik tangisan dan lelah berpura-pura tegar di depan semua orang. Bahkan baru satu hari ia berangkat ke sekolahnya, ia sudah disambut dengan kalimat-kalimat makian yang menusuk, jika begitu, bagaimana ia harus menjalani hari-hari berikutnya? Tanpa sadar airmata meluncur begitu saja dari pelupuk mata Dhea yang lama kelamaan semakin deras. Ia berteriak sekencang-kencangnya, melempar semua bantal dan guling dari kasurnya lalu memukuli kepalanya sendiri.

"Dhea bukan pembunuh!!!"

"Dhea gak salah!! Dhea bukan pembunuh!"

Dhea melempar semua benda disekitarnya sembari mengulang-ulang kalimatnya tadi. Ia terduduk di lantai kamarnya yang dingin sambil menangis memeluk lututnya. Lama-kelamaan tangisannya mereda, lalu ia tertidur pada posisinya.

***

"Nggak! Layla! Jangan!!! Layla!!!!!" Dhea terbangun dengan napas tersengal. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Ia memimpikan Layla lagi. Dhea menetralkan napasnya sejenak lalu beralih menatap jam dinding di kamarnya.

Dhea membulatkan matanya. "Sial! Gue telat!" Buru-buru ia berlari masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, ia berpakaian asal-asalan, memoles sedikit bedak diwajahnya, memasang masker dan kacamata non-minus untuk menutupi mata sembabnya karena semalam.

Selesai bersiap—walaupun sebenarnya ia jauh dari kata siap—Dhea keluar dari kamarnya. Sejak kemarin mamanya tidak lagi bicara pada Dhea. Bahkan bertegur sapa pun tidak. Dhea pun hanya makan jika seluruh anggota keluarga telah tidur.

"Dhea berangkat, jangan kangen," lirihnya pelan dari ambang pintu. Meskipun tidak ada yang mendengarnya, Dhea tetap ingin bersikap seperti hari-hari biasanya sebagai Dhea yang ceria.

Dhea berlarian menuju halte bus. Sampai di halte, ia harus menunggu lagi sekitar sepuluh menit, padahal jam masuk sekolahnya hanya tinggal lima menit lagi. Dhea menghela napas gusar. Tamatlah riwayatnya jika ia sampai terlambat hari ini.

***

"Pak bukain pintunya pak," ucap Dhea dengan napas yang terengah-engah karena dari tempat turun bus, ia harus berlarian menuju sekolahnya.

"Neng Dhea? Tumben terlambat?" Satpam sekolah langsung membuka pintu gerbang untuk Dhea. "Simpan dulu tasnya disitu Neng, terus lari sepuluh keliling, soalnya terlambatnya udah lebih dari sepuluh menit jadi harus dihukum." Dhea mengangguk pasrah, ia menyimpan tasnya di pos satpam lalu berlari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak sepuluh putaran.

DheAnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang