PLAY MULMED - CINTA DARI JAUH (CASSANDRA)
Happy Reading💕
***
"Jika kau ingin dipercaya, jangan memberi kecewa."
***"DHEA!! KAMU APAIN LAYLA!!" teriak mamanya dari ambang pintu dapur panik.
"Ma, Dhea, Dhea, enggak! Layla," wajah Dhea pias dan tubuhnya bergetar.
"Layla," lirih Rani. "Telepon ambulance cepat!!" bentak Rani. Dhea segera berlari ke ruang tamu dan menekan beberapa digit nomor ambulance pada telepon rumahnya.
Sepuluh menit kemudian ambulance baru datang. Layla langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberikan penanganan lebih lanjut oleh medis. Layla dibawa ke ruang ICU sedangkan Dhea dan Rani menunggu di depannya dengan harap harap cemas.
"Kalau sampai Layla kenapa-napa, mama gak akan maafin kamu Dhea!" lirih mamanya penuh penekanan. Wajah Dhea memucat dan tubuhnya bergetar. Ia menatap telapak tangannya juga bajunya sendiri yang terkena darah Layla membuat airmata berhasil lolos dari mata indahnya.
"Dhea bukan pembunuh Ma," lirihnya lalu terduduk di lantai.
"Layla gapapa kan Ma?" tanya Azka yang baru datang bersama dengan Rudi papanya. Bukannya menjawab, Rani malah memeluk Rudi dan menangis di bahunya.
Azka mendekati Dhea yang terduduk lalu berjongkok dihadapannya.
"Dhea, Ila kenapa?" tanya Azka. Dhea langsung memeluk Azka dan menangis di dekapannya.
"Semua salah Dhea.. Dhea salah, Tapi.. Dhea bukan pembunuh.. Dhea gak pernah punya niat jahat sama Ila..." ucap Dhea disela-sela isakannya. Azka diam sambil mengusap usap punggung Dhea. Ia belum mengerti apa yang diucapkan Dhea.
"Layla kenapa?" tanya Rudi menenangkan istrinya. Rani menceritakan seluruh kronologis yang ia lihat pada Rudi. Rudi dan Azka terperangah mendengarnya. Bahkan Dhea sendiri tidak menyangkal cerita mamanya yang hanya sebagian kecil dari seluruh kejadian aslinya. Dhea juga merasa ini kesalahannya, ia yang salah karena memaksa Layla melepaskan pisaunya. Kembali membayangkan kejadiannya malah membuat Dhea semakin terpuruk dan dihantui rasa sesal dan bersalah.
"Bang, Dhea bukan pembunuh.. Percaya sama Dhea.." lirihnya.
"Iya abang percaya. Udah ya? Jangan nangis lagi," Azka mengusap puncak kepala Dhea lembut.
Tak lama kemudian dokter keluar bersama seorang perawat. Dokter itu menghela napas dan mengusap wajahnya sebelum bicara.
"Gimana dok?" tanya Rudi.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi sepertinya Tuhan berkehendak lain, kami mohon maaf, nyawa pasien tidak dapat diselamatkan." kalimat klise yang sering dokter ucapkan tersebut membuat tangis Dhea juga Rani pecah seketika. Keluarga Dhea sudah menyayangi Layla seperti keluarganya sendiri. Apalagi Dhea dan Rani, mereka sangat menyayangi Layla seakan Layla sudah menjadi bagian dalam hidup mereka.
"Semuanya salah kamu Dhea! Salah kamu!" bentak Rani menunjuk nunjuk Dhea. Dhea semakin terisak dalam-dalam karena ucapan mamanya yang menusuk.
"Kamu pembunuh! Kamu penyebab adik kamu kayak gini Dhea!" Dhea bersembunyi dibalik lengan Azka, ia menunduk dalam dalam.
"Apa alasan kamu kayak gini? Kamu iri karena Layla lebih disayang? Atau uang yang papa kasih kurang?! Hah?! Jawab! Berapa kurangnya?! Mau jadi apa kamu kalau kayak gini?!" Dhea termangu. Bukan hanya mamanya, kini papanya juga membencinya.
Dhea berlari memasuki ruang ICU dan mendekati jasad Layla yang tertutup kain putih. Perlahan, ia membuka kain tersebut yang menampakkan wajah damai Layla. Ia menangis sembari mengusap kepala Layla lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DheAnggara
Teen FictionAku hanyalah tameng pelindung dari masa lalumu. Aku bukan rasamu, apalagi cintamu. Aku bukan prioritasmu. Aku asing bagimu. Tapi kau terus membuatku memupuk sejuta harapan, Membangun sejuta perasaan. Walau ternyata sikapmu, perkataanmu, semuanya han...