[ 16 ] Apa lagi ini?

119 9 0
                                    

Happy Reading💕

***

"Tatapan sinis adalah termasuk tindakan bullying."

~Fyi

***

Hari ketiga Dhea dirawat, Dhea sudah mulai pulih kembali. Dokter pribadi keluarga mereka sering mendatangi Dhea hanya untuk sekedar menanyakan kondisinya.

"Dhea, tante kan udah bilang, kamu harus bisa berhenti minum obat kamu. Tante cuma takut sama kondisi tubuh kamu yang rentan. Kamu pasti tau akibat dari penggunaan jangka panjang obat itu." ucap Bella, tante Dhea sekaligus dokter pribadi keluarga mereka.

"Dhea udah nyoba tante. Tapi Dhea gak bisa." pasrah Dhea.

"Ok, ok, gini aja. Kamu harus kurangin dosis obatnya ya? Janji sama tante kalau Dhea bakal lepas dari obat itu."

"Maaf tante, Dhea gak bisa janji." Dhea menundukkan kepalanya.

"Tante tau kamu masih trauma. Seminggu sekali kalau kamu mau, kamu kontrol sama tante ya?" tawar Bella.

"Dhea gak bisa tante,"

"Kenapa?" heran Bella.

"Dhea gak mau." jawab Dhea.

Bella menghela napas gusar.

"Yaudah, tante ikuti semua keinginan kamu. Kamu tau batasan diri kamu sendiri." akhirnya Bella menyerah membujuk Dhea.

"Dhea bakalan ngunjungin tante disini kalau obat Dhea habis atau kalau Dhea punya keluhan."

"Obat apa?" seseorang tiba-tiba masuk dan menguping sedikit percakapan mereka.

Bella melirik Dhea. Dhea menggeleng samar.

"Cuma obat untuk maag Dhea. Mulai sekarang Dhea gak boleh telat makan." jawab Bella.

"Oh gitu, daritadi ngomongin obat maag toh," Mama Dhea duduk di sofa dekat jendela.

"Kalau gitu Tante izin permisi, masih banyak tugas." ucap Bella berdiri dari tempatnya. "Kak Ran, Bella balik dulu ke ruangan ya."

"Ok ok, selamat bertugas bu dokter." Bella tersenyum malu-malu karena dijuluki 'bu dokter' oleh kakaknya.

Setelah kepergian Bella, Rani mendekat kearah Dhea.

"Abis ini Mama harus ke rumah temen, kamu gak apa apa kan sendiri dulu? Nanti Azka kesini."

"Hmm.. Ok," jawab Dhea. Ia berbaring untuk tidur karena rasa kantuknya setelah meminum obat.

Hingga saat Mamanya telah benar-benar pergi, Dhea tertidur pulas di brankarnya.

"Permisi," seseorang membuka pintu ruang rawat Dhea. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan ada seseorang disana.

"Kosong?" gumamnya. Ia masuk ke dalam ruangan itu sambil menarik tangan seseorang yang bersamanya untuk masuk.

Ia membuka tirai perlahan supaya tidak menimbulkan suara.

"Dhea tidur ternyata, tapi gak ada yang jagain." ucap Angga. Ya, cowok itu adalah Angga. Kali ini ia tidak sendiri, ia membawa Nayla bersamanya.

"Gimana dong? Gak mungkin kan kita bangunin Dhea," ucap Nayla bingung.

"Mau tunggu dia bangun?" tanya Angga.

"Yaudah, lagian kasian kalau sendirian gak ada yang jagain gini."

DheAnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang