Play Mulmed ~ Princesses Don't Cry (Aviva)
***
"Peduli bukan hanya soal materi. Tapi juga soal memahami dan menghargai."
***
Flashback on.
"Ngapain lo ngajak gue ketemuan?" ucap seorang cewek dengan wajah angkuhnya. Berlagak seakan ia yang lebih berkuasa.
"To the point aja, gue mau ngajak lo kerja sama." ucap cewek lainnya.
"Kerja sama? Lo ngelantur apa gimana?" cewek pertama bersedekap dada.
"Gue benci Dhea." ucap cewek kedua.
"Benci? Bukannya lo deket sama dia?" cewek pertama mengernyitkan dahinya bingung.
"That's fake. Gue punya dendam sama dia. So, lo mau?" tanya cewek kedua. "Tenang aja, gue bayar kok,"
Cewek pertama terlihat berpikir. "Oke, gue terima. Jadi, apa tugas gue?"
"Cukup lo hancurin hidupnya." ucap cewek kedua.
"Oke, gampang." ucap cewek pertama sembari tersenyum jahat. Cewek kedua pun melakukan hal yang sama.
Flashback off.
***
"Makasih ya Ga," Dhea tersenyum manis.
"Iya sama-sama," jawab Angga. "Gue cabut ya," Ia melajukan mobilnya kembali. Meninggalkan kediaman Dhea.
"Assalamu'alaikum, Dhea pulang." ucap Dhea saat masuk ke dalam rumah.
"Dhe, tumben udah pulang. Nggak jaga UKS emang?" tanya Azka yang sedang menonton acara gossip di televisi sambil memakan popcorn.
Gaya bener nonton gossip make popcorn:v
"Enggak, Dhea capek, mau tidur." ucap Dhea berjalan gontai ke kamarnya.
"Lo sakit lagi? Coba sini-sini, mau abang buatin makan?" tanya Azka yang mulai khawatir.
"Enggak, Dhea cuma capek. Nggak usah dibuatin, ntar dapurnya ancur kayak di iklan k0be." ucap Dhea. Ia kembali melanjutkan langkahnya masuk ke kamar. Ia hanya ingin tidur.
Saat sampai di kamarnya, Dhea langsung merebahkan dirinya di ranjang kesayangannya tanpa mengganti seragam.
'Prangg!!!'
Baru saja Dhea menutup mata, ia sudah dikagetkan oleh suara kaca jendela pecah, disusul suara kaca yang berjatuhan ke lantai kamarnya.
Dhea turun dari ranjangnya dengan langkah was-was. Ia takut jika ada pencuri di rumahnya dan tak ingin bertindak gegabah.
Saat sampai dekat jendela kamarnya, ia melihat sebuah batu berukuran cukup besar yang dibungkus oleh secarik kertas. Dhea mengambil batu tersebut.
"Akh! Sshhh..." Dhea meringis kala memegang batu tersebut. Ternyata terdapat pecahan kaca yang memang sengaja telah dibungkus di dalam kertas tadi. Dan saat Dhea membuka kertasnya alangkah terkejutnya ia karena terdapat sebuah kalimat yang ditulis dengan darah seseorang.
"Jauhin Angga, pembunuh!"
Dhea bergerak mundur hingga terduduk di ranjangnya. Siapa? Siapa yang mengirim pesan ini padanya? Tubuhnya mulai berkeringat.
"Arrgghhhh!!!!!" Dhea berteriak sembari melempar batu tadi keluar dari jendela.
"Dhea?!! Kenapa Dhe?!" Azka berlari tergesa-gesa memasuki kamar Dhea. Ia melihat tubuh Dhea yang bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DheAnggara
Teen FictionAku hanyalah tameng pelindung dari masa lalumu. Aku bukan rasamu, apalagi cintamu. Aku bukan prioritasmu. Aku asing bagimu. Tapi kau terus membuatku memupuk sejuta harapan, Membangun sejuta perasaan. Walau ternyata sikapmu, perkataanmu, semuanya han...