PLAY MULMED - PELANGI (HIVI)
Happy Reading💕
***
"Kau adalah bagian dari cinta dan luka disaat yang bersamaan."
***
Seperti hari-hari biasanya, Dhea menemani Angga memakan bekal buatannya di rooftop sekolah. Dan seperti biasanya juga, Dhea selalu bercerita macam-macam pada Angga, sedangkan Angga? Dia diam tak menanggapi dan hanya menganggap celotehan Dhea sebagai angin lalu.
"Angga, Dhea suka hujan. Katanya kalau kita mau dapet pelangi, kita harus melewati hujan dulu. Padahal hujan tau, kalau rasanya jatuh itu sakit, tapi hujan tetap tegar. Pengorbanan hujan itu keren. Walaupun emang gak setiap hujan berujung pelangi sih. Kalau bahas pelangi, Dhea jadi kangen pelangi deh, kapan ya pelangi bisa muncul lagi?" Dhea bercerita sendiri dan Angga sibuk memakan bekalnya. Dhea mungkin tak sadar jika nyatanya Angga tak mendengarkannya. Ia hanya ingin mencari topik pembicaraan agar tak bosan.
"Oh iya! Angga, boleh gak nanti pas pulang sekolah Dhea bareng Angga?" tanya Dhea menatap Angga penuh harap.
"Hm." Angga hanya berdehem singkat. Nah, deheman Angga adalah salah satu hal yang Dhea tidak sukai, karena ia bingung arti dari kata 'hm' itu apa? Itu membuatnya sulit menyimpulkan jawaban.
"Hm itu iya?" tanya Dhea polos.
"Hm" Nah kan! Jawaban Angga itu selalu saja hanya deheman singkat. Padahal mengatakan kata 'iya' atau 'tidak' bukanlah hal yang sulit, toh tidak akan membuat pita suaranya rusak apalagi putus.
"Angga mau gak nanti pulangnya anterin Dhea beli bidai dulu? Kemarin gak sengaja bidainya masuk kolam ikan, jadi Dhea harus ganti rugi." tanya Dhea lagi.
"Gabisa sendiri?" tanya Angga datar. Akhirnya ia bicara juga walaupun hanya mengucapkan dua kata saja.
"Tadinya Dhea mau minta anterin mama, tapi mama sibuk. Dan sebenernya Dhea juga gatau belinya dimana. Mmm, Angga sibuk ya? Yaudah Dhea nanti minta Vania atau Anya aja buat nemenin." Dhea menunduk lesu, ia sangat berharap Angga yang mengantarnya.
"Hm." Sekali lagi, jawaban Angga hanya deheman singkat.
"Maksud dari 'hm' itu apa?" tanya Dhea lagi.
"Gue sibuk." jawab Angga lalu berdiri dari kursinya. Dhea mengerucutkan bibirnya, ia kecewa dengan jawaban Angga. Tapi tak lama ia tersenyum kembali.
"Angga udah selesai makannya? Enak gak?" tanya Dhea, senyumnya ia kembangkan karena kotak bekalnya kosong tak bersisa.
"Hambar." Jleb. Jawaban Angga membuat senyum Dhea lenyap seketika. Angga berdiri lalu pergi meninggalkan Dhea yang melamun sendirian di rooftop.
Apa menurut Angga masakannya hambar? Tetapi tadi pagi saat Dhea cicipi rasanya pas kok. Batin Dhea. Banyak pertanyaan yang muncul di benak Dhea dan ada sebuah pertanyaan yang paling mengganggu di otaknya,
Kenapa Angga menghabiskan seluruh bekalnya padahal ia tahu masakan itu rasanya hambar? Entahlah. Angga memang sulit di tebak. Dhea turun dari rooftop untuk kembali ke kelasnya.
***
"Kak Rio!" panggil Dhea dari kejauhan. Dhea berlari menghampiri Rio. Bel pulang telah berbunyi sejak lima menit yang lalu.
"Kak, beli bidai dimana ya?" tanya Dhea.
"Lo mau beli bidai? Gue anter aja mau? Tapi lo ikut gue dulu ke Mall Weekend Plaza ya? gue mau beli buku, sekalian aja kita kerjain laporan bulanannya, gue bawa file nya kok." tawar Rio ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DheAnggara
Fiksi RemajaAku hanyalah tameng pelindung dari masa lalumu. Aku bukan rasamu, apalagi cintamu. Aku bukan prioritasmu. Aku asing bagimu. Tapi kau terus membuatku memupuk sejuta harapan, Membangun sejuta perasaan. Walau ternyata sikapmu, perkataanmu, semuanya han...