[ 10 ] Tears

155 16 1
                                    

No Mulmed.

***
"Sendiri bukan berarti sepi, begitu juga dengan keramaian."
***

Happy Reading

Pulang sekolah Dhea merasa dirinya kurang sehat, matanya terlihat sayu dan suhu tubuhnya sedikit tinggi. Namun hari ini ia harus piket di UKS hingga jam empat sore. Dan sayangnya ia harus piket sendirian karena semua teman piketnya tidak ada yang mau piket bersamanya. Tapi bukankah memang Dhea selalu sendiri? Tanpa teman pun Dhea sudah terbiasa menyendiri.

Dhea membereskan UKS sekolah sendiri, lalu setelah selesai, ia duduk sambil menelungkupkan kepalanya di meja menunggu hingga jam jaganya selesai.

Cklek..

Seseorang membuka pintu UKS.

"Misi, ada alkohol sama plester?" tanya orang itu. Namun Dhea tak kunjung menjawab.

Orang itu mendekat pada Dhea. "Pantes aja gak dijawab, yang jaganya aja tidur. Hmm, gue harus nyari dimana alkoholnya ya?" Orang itu berjalan kesana kemari mencari hal yang diperlukannya. Lima menit kemudian ia tidak menemukan apapun di UKS.

"Ck, alkohol sama plester bikin frustasi! Dimana sih?!" bentakkan orang itu membuat Dhea terbangun.

"Melvin? Nyari apa?" tanya Dhea.

"Pantesan.. Ada yang sakit malah enak-enakan tidur." ucap Melvin sinis.

"Siapa yang sakit?"

"Si Daven tuh, tadi jatuh. Cariin plester sama alkohol."

"Owh, lo ke lapangan aja, ntar gue bawain obatnya." jawab Dhea.

"Cepetan. Jan lemot." ucap Melvin menekankan lalu pergi begitu saja.

Dhea mengambil kassa, plester, gunting, kapas, alkohol dan iodine dari rak obat. Setelahnya ia langsung membawa semuanya ke lapangan voli tempat dimana Daven jatuh.

"Permisi, biar gue obatin lukanya."ucap Dhea membelah kerumunan anak-anak voli. Semua yang ada disana menatap Dhea sinis.

"Gak ada petugas UKS lainnya apa?" tanya Maura-pacar Daven-sinis.

"Cuma gue yang jaga, yang lain udah pulang." jawab Dhea sambil membuka obat yang ia bawa.

"Ck.. Yaudah cepetan. Awas kalo gak bener."

'Kalo gak mau diobatin gue, ya lo aja yang ngobatin.' sebenarnya Dhea ingin mengatakan hal itu, namun ia tak cukup jahat untuk membalas ucapan Maura. Lagipula ia tidak suka mencari masalah.

Dhea membersihkan luka di tangan dan kaki Daven membuat Daven meringis tertahan.

"Udah selesai.." ucap Dhea.

"Makasih" jawab Daven singkat.

Dhea mengangguk lalu membereskan peralatan obat yang ia bawa tadi.

"Gue permisi dulu ya," Dhea berbalik untuk kembali ke UKS. Koridor UKS benar-benar sepi, ditambah cuaca sore ini yang mendung, membuat Dhea sedikit parno karena rumor yang beredar tentang hantu penunggu sekolah. Sebenarnya Dhea tidak terlalu mementingkan rumor itu, tetapi jika memang suasananya se-mencekam ini, siapa juga yang tidak akan takut?

Dhea menggeleng pelan untuk menghilangkan pemikiran buruknya itu. Ia segera membereskan barang barangnya dan mengunci pintu UKS karena tidak ingin berlama-lama lagi.

Saat akan pergi dari UKS, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tangan Dhea kasar dan membawanya ke gudang belakang sekolah. Orang itu menghempaskan Dhea dengan kasar hingga tersungkur ke tanah.

DheAnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang