Bab 9

17 3 0
                                    

Aku dan Iris duduk di luar karena ingin menikmati makanan sambil menikmati suasana malam minggu Bandung.

"Permisi, ini pesenannya neng,"

Aku tersenyum kepada mas-mas yang mengantarkan pesenan kami.

Selagi kita makan, ada musisi jalanan yang menemani dengan alat musik gitar dan beberapa alat musik buatan, namun tetap enak didengarnya.

Oy adek berjaket abu-abu, cantik manis cak ulet bulu

Dapet salam dari ayah ibu

Tamat kuliah jadi menantu

Aku hanya menggeleng mendengar liriknya sambil tersenyum.

"Cie Rain baper,"

"Apa si Ris,"

"Aa, temen saya baper nih dinyanyiin itu,"

Aku melihat musisi itu hanya tertawa, tampan si, manis, suaranya bagus juga.

"Semoga cepet cepet dinyanyiin lagu ini ya neng ama pacarnya,"

Aku hanya menyengir menanggapinya dan kembali menyantap kembali pesenanku.

Setelah selesei menyantap makanan, kami membayar dan berjalan jalan kecil.

"Tempat ngopi mana Ris?"

"Hah?"

"Tempat buat ngopi,"

"Rain ngopi?"

"Iya,"

Iris hanya membalas dengan membentuk huruf O sambil menariku hingga kami sampai di kedai kopi rupanya.

Aku memesan coffe latte dan Iris hanya memesan juice alpukat.

Sudah hampir pukul 21.00 aku mengajak Iris untuk pulang, dan Iris hanya mengangguk.

Sekitar pukul 21.15 kami sampi di ruamahku, Bunda dan Ayah sudah tidur rupanya, hanya ada Kak Varo yang berada di ruang keluarga.

"Makan apaan dek?"

"Bakso sama minum kopi,"

"Dasar tua, jangan kafein terus,"

Aku tak menghiraukan ucapannya segera berlari ke kamarku diikuti Iris di belakangku.

"Besok aku ada les musik Ris,"

"Besok aku antar ya Rain, sekalian aku pulang,"

"Mamah dan Papahmu sudah pulang?"

"Belum, sepertinya lusa,"

"Bermalam saja di sini lagi,"

"Besok aku pulang dulu,"

Aku hanya mengangguk menanggapinya, Iris sudah mendengkur, tidak biasanya dia tidur mendengkur.

Aku berbaring di samping Iris, lalu tertidur lelap.

Sinar mentari membangunkanku dari tidur, sudah pukul set 6, rupanya fajar terbit lebih cepat. Aku segera melakukan solat subuh, dan membangunkan Iris.

Setelah aku dan Iris solat subuh, aku mengajak Iris untuk bersepedah, aku bersepedah menggunakan sepedah Kak Varo, dan Iris menggunakan sepedahku.

Rupanya Iris tidak terlalu bisa bermain sepedah, namun mahir mengendarai motor.

"Rain, istirahat dulu di sana Iris capek," ucapnya sambil menunjuk ke arah taman.

Aku mengikuti Iris yang mengarahkan sepedahnya ke taman.

Auristela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang