Aku melihat Bunda dan Kak Varo dengan tatapan datar.
Tambah ayah satu lagi biar lengkap, batinku.
"Kenapa ga dikenalin ke Bunda si?"
"Berani ya adeknya kaka udah,"
"Katanya pergi beli buku,"
"Kelas berapa? Kaka kelas kamu?"
Aku hanya mendengarkan.
"Eh Kak Anfa ngapain balik lagi," ucapku sambil membalikan badan dan pura pura jika Kak Anfa kembali lagi ke rumahku, benar saja Bunda dan Kak Varo berlari dam berganti posisi di depanku dan aku langsung berlari masuk ke kamarku, sepertinya ayah sedang tidak ada di rumah.
"ADEKKKKKKKKKKKKK," teriak Bunda dan Kak Varo menuhi seisi rumah.
Di kamar aku tertawa terbahak bahak siapa suruh langsung menyerang.
Aku membersihkan diri, mandi lalu menunggu adzan maghrib sambil merebahkan diri.
Suara handphoneku berbunyi mendandakan ada pesan masuk.
Anfa Antares.
Anin?
Aku terdiam sejenak setelah membaca pesan masuk dari salah satu aplikasi chatting yang aku punya.
Iya kak?
Kak anfa kan?
Read.Aku menunggu balasan darinya, agak lama rupanya padahal sudah dibaca.
Ngetest takut salah id.
Yaelah kak ada ada bae dah
ReadAku menunggu balasan darinya, namun hingga adzan maghrib berkumandang tidak ada notifikasi menandakan pesan masuk, aku menaruh ponselku lalu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, selesei solat maghrib.
'Tok...tok...tok'
"Dek disuruh ke bawah sama Ayah," ucapnya yang muncul setelah ketukan pintu, aku mengikuti Kak Varo dan mengekor di belakangnya, Bunda dan Ayah sudah menunggu di meja makan.
Aku duduk di sebelah Kak Varo, tidak biasanya suasana meja makan setegang ini, aku memperhatikan wajah datar pria yang masih tampan di umurnya yang menginjak kepala 4 namun tetap saja tampan mempesona siapa lagi kalau bukan Ayah.
"Pada kenapa si," ucapku memecah keheningan.
"Makan dulu aja ya sayang," ucap Bunda lembut, aku tak memikirkan ketegangan ini setelah Bunda berkata seperti itu, aku melahap makan malam sedikit cepat karena aku penasaran apa yang akan dibahas setelah makan malam ini.
Setelah makan, aku membantu Bunda membersihkan sisa makan malam kita seperti biasa, mencuci piring yang kotor dan mengembalikannya ke rak piring, selesei membersihkan sisa makan, aku menghampiri Ayah, Bunda dan Kak Varo yang sudah berada di ruang keluarga, sebelum ini aku mendapatkan pesan dari Iris bahwa dia tidak jadi bermalam di rumahku, aku hanya membalas dengan "oke,".
Aku duduk di samping Kak Varo, Ayah menatapku datar lagi.
Ini kenapa si, batinku.
"Kamu berbohong?" tanya Ayah kepadaku.
"Bohong apa yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
Teen FictionBagaikan bintang yang kehilangan bintang lainnya, kamu datang dan mengajaku mengelilingi malam, seperti layaknya bintang, dan kamu mengajaku merajut kisah kita seperti bintang-bintang lainnya, namun kau menghilang dan aku bagaikan bintang yang kehil...