18. Tunangan

8.2K 648 103
                                    

Happy reading

***

Sejak hari itu, hari di mana Anjani dibawa Dion ke apartemennya dan kembali terbuai oleh pesona sang Dion, sebisa mungkin Anjani menghindar dari pertemuannya dengan Dion di kantornya. Namun sekarang ia sudah bernafas lega karena menurut informasi yang ia dapat kini Dion sudah kembali ke Semarang.

Anjani menghadap Jogi untuk mengajukan ijin cutinya.

"Cuti?!" tanya Jogi, "untuk keperluan apa?"

"Tunangan, Pak."

"Siapa yang tunangan?"

"Saya, Pak," sahut Anjani.

"Dion sudah akan meminangmu? Tapi mengapa dia tidak bicara dengan saya. Apa saya tidak di undang," kata Jogi.

Anjani terkejut mendengar perkataan Jogi, "bukan Pak Dion yang melamar saya, Pak. Lagi pula kenapa Bapak bisa bicara seperti itu?"

"Lhoh bukankah kalian sudah menjalin hubungan terlarang dari dulu?" sahut Jogi.

Anjani semakin terkejut mendengar apa yang Jogi katakan. Hatinya tertohok mendengar kata 'hubungan terlarang' dari mulut atasannya.
Ini semakin memantapkan keputusan Anjani yang menerima pinangan dari Rudi. Ia tidak mau kembali menjadi 'wanita'  dari seorang pria beristri. Ia tak mau disebut sebagai pelakor.

"Maaf Pak, saya tidak mengerti," sahut Anjani.

"Hhhh ... Dion itu teman kuliah saya dulu, ya ... kami cukup dekat. Dion sudah mengatakan pada saya jika kamu adalah wanitanya sejak lima tahun yang lalu. Ckck lama sekali ya."

"Kita sudah tidak ada hubungan apapun, Pak," sahut Anjani.

"Oh ya? Baiklah itu urusan kalian berdua. Ini dan kembalilah bekerja tepat waktu ya." Sahut Jogi sambil menterahkan surat ijin cutinya yang sudah ia tanda tangani.

"Terima kasih, Pak." Sahut Anjani lalu pergi meninggalkan ruangan atasannya itu.

***

"Sebetulnya aku pengen ikut kamu ke Semarang deh An, pengen menemani kamu di hari bahagiamu. Tapi apa boleh buat, kamu sih tunangannya nggak pas hari libur panjang aja ...," kata Mira.

"Kamu ini ada-ada saja."

"Pokonya aku doakan semoga hubungan kalian langgeng, awet sampai menuju pernikahan ya." Kata Mira lalu memeluk tubuh Anjani.

"Amin. Terima kasih doanya ya, Mir." Kata Anjani yang dibalas anggukan oleh Mira.

***

Suasana rumah Surya cukup ramai, banyak saudara dan tetangga yang datang untuk mempersiapkan acara pertunangan antara Anjani dengan Rudi nanti malam.
Mereka begitu antusias atas pertunangan Anjani karena banyak orang yang sudah menantikan moment bahagia ini.

"Ndhok ...." Hera masuk ke kamar putrinya.

Anjani tersenyum pada ibunya.

"Sebentar lagi perias datang." Kata Hera pada putrinya yang kini duduk di pinggir ranjang.

"Apa kamu bahagia, Ndhok?"

"Tentu saja An bahagia, Buk," sahut Anjani.

"Ya sudah ibu keluar dulu ya, mau bantu-bantu masak di belakang." Kata Hera yang lalu beranjak dari kamar Anjani.

Sesaat kemudian Wika datang dan langsung masuk ke kamar Anjani.

"An!!" seru Wika.

Anjani memasang muka masam melihat temannya itu.

Menjemput Cinta (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang