Happy reading***
Usai acara kemarin malam, sore ini Anjani akan kembali ke Yogyakarta untuk kembali bekerja. Anjani sedang menunggu travel yang ia pesan.
"Mbak An, travelnya udah di depan." Kata Raka yang berlari masuk ke dalam rumah.
"Iya," sahut Anjani.
Surya dan Hera mengantar putri mereka keluar.
"Buk, Pak, An pergi dulu ya," pamit Anjani pada kedua orang tuanya.
"Iya Ndok, kamu hati-hati ya di sana," sahut Hera.
"Iya, Buk," sahut Anjani.
"Nanti kalau sudah sampai jangan lupa telpon ya," imbuh Surya.
"Iya, Pak."
"Ya sudah, hati-hati ya. Jaga diri baik-baik," imbuh Surya.
Anjani mengangguk kemudian mencium punggung tangan Surya dan Hera bergantian.
"Raka, Arman, Edo, mbak pergi dulu ya. Jangan pada nakal kalian, belajar yang bener," kata Anjani pada ketiga adiknya.
"Iya, Mbak."
Anjani kemudian masuk kedalam mobil travel yang sudah menunggunya. Anjani melambaikan tanggannya saat minibus itu mulai berjalan.
Hera, Surya dan ketiga putranya masuk ke rumah saat minibus yang membawa Anjani sudah menjauh.***
Belum lama minibus yang ditumpangi Anjani berjalan tiba-tiba sang supir menghentikan laju minibusnya.
"Lho kok berhenti Pak, ada apa?" tanya salah satu penumpang.
"Ada yang menghadang di depan, Buk," sahut sang supir.
Anjani pun merasa penasaran dengan apa yang dikatakan pak supir.
Anjani melihat memang betul jika ada sebuah mobil yang menghadang perjalanan mereka.
Namun sesaat kemudian Anjani dibuat kaget saat tahu siapakah pemilik mobil yang sudah berani menghadang laju minibus yang ia tumpangi.
Dion turun dari mobilnya, dan menghampiri minibus yang ditumpangi Anjani."Mas Dion ...," gumam Anjani.
Dion mencoba membuka pintu minibus.
"Turun!" seru Dion pada Anjani.
Anjani yang tidak mau ada keributan akhirnya memilih turun dari minibus yang ia tumpangi.
"Maaf Pak, saya tidak jadi ikut mobil Bapak," kata Anjani yang merasa tidak enak kepada pak supir dan beberapa penumpang atas ketidak nyamanan yang disebabkan oleh Dion.
"Iya Mbak, nggak apa-apa. Itu suaminya apa pacarnya, Mbak. Mukanya serem amat," celetuk pak supir.
Anjani hanya tersenyum canggung pada pak supir dan para penumpang sebelum ia berjalan mengikuti langkah Dion yang menaiki mobilnya.
"Mas ini apa-apaan sih?!" Seru Anjani ketika ia sudah duduk di bangku penumpang di sebelah Dion.
Tanpa mau membalas pertanyaan Anjani Dion langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Melihat aura menakutkan dari Dion, Anjani mengurungkan niatnya untuk kembali melontarkan pertanyaan.***
Anjani berjalan mengikuti Dion yang berjalan begitu cepat, hingga sesekali ia harus berlari karena tak bisa mengimbangi langkah lebar Dion. Dion tak perduli jika Anjani tak mampu menyeimbangkan langkahnya, ia terus menyeret tangan Anjani memasuki apartemennya.
Pagi tadi saat Dion bangun dari tidurnya, ada pesan singkat di ponselnya dari Yudi yang mengatakan bahwa kemarin malam Anjani, wanita pujaan hatinya sudah melangsungkan pertunangan di rumah orang tuanya di Semarang. Hal itu membuatnya kalang kabut, ia selangkah lebih terlambat. Dion kira ia tak memiliki saingan, nyatanya ia telah kecolongan.
Sampai di apartemen, Anjani mengibas-ngibaskan tangannya yang memerah akibat cengkeraman Dion yang begitu kuat di pergelangan tangannya.
"Apa maksudmu?!" seru Dion.
"Apa?" tanya Anjani bingung.
Dion mendekati Anjani dan membawa tangan kiri Anjani kehadapan mereka berdua.
"Cincin ini, apa maksudnya?!" teriak Dion seperti orang kesetanan.
"Tentu Mas sudah tahu," sahut Anjani.
Dion semakin terbakar emosi, dengan cepat ia merengkuh tubuh ramping Anjani dan melumat habis bibir ranum Anjani.
Dion melepas tautan bibir mereka, lalu ia menarik tangan kiri Anjani di mana tersemat cincin yang begitu membuat dadanya bergemuruh.
Dengan paksa Dion melepas cincin yang tersemat dijari manis Anjani lalu membuangnya entah ke mana."Mas!!" Seru Anjani saat Dion membuang cincin pertunangannya yang baru ia dapatkan kemarin.
Anjani beranjak ingin mencari keberadaan cincinnya namun segera di cegah oleh Dion.
"Kenapa kamu melakukan ini semua, Sayang? Mas begitu mencintai kamu," kata Dion mengiba pada Anjani.
"Mas, aku mohon ... jangan seperti ini. Kita sudah selesai dari dulu Mas, kita kembali ke jalan kita masing-masing. Kamu bersama istri dan anakmu sedangkan aku bersama calon suamiku," lirih Anjani.
"Akulah calon suamimu, Rasita Anjani. Hanya aku!!" seru Dion.
"Mas ... aku mohon jangan seperti ini." Sahut Anjani dengan berlinang air mata.
Anjani merosot ke lantai, kedua tangannya ia tangkupkan kewajahnya yang sudah berlinang air mata.Dion merasa bersalah atas kesedihan Anjani, ia ikut merosot ke lantai dan merengkuh tubuh bergetar Anjani.
Mencium pelipis Anjani dengan penuh cinta.
Tak lama kemudian isakan Anjani berubah menjadi dengkuran halus. Dion tersenyum melihat kelabilan wanitanya ini.Dion membawa Anjani ke dalam kamar yang dulu mereka tempati, ia membaringkan Anjani di atas ranjang super besarnya.
Dion megamati wajah cantik Anjani yang terlihat sembab, tangannya terulur merapikan rambut panjang Anjani yang menjuntai menutupi sebagian wajah cantiknya.
Dion pun ikut terlelap di samping Anjani.***
"Buk, sudah tengah malam kok Anjani belum kasih kabar ya?" Surya cemas saat melihat jam dinding menunjukan pukul 01.26
"Hhh ... si Bapak ini, mungkin Anjani sudah tidur. Sangking capeknya dia lupa kabarin kita." Sahut Hera setengah mengantuk karena di bangunkan oleh sang suami yang khawatir dengan keadaan putri mereka.
"Kalau ditelpon aja gimana, Buk?" tanya Surya.
"Eh, jangan, Pak. Nanti malah mengganggu Anjani, dia pasti sudah tidur, Pak," sahut Hera.
"Ayo tidur lagi, besok pagi-pagi baru kita telpon Anjani," imbuh Hera.
"Iya deh, Buk." Sahut Surya lalu mencoba memejamkan matanya.
***
........bersambung.....
Terima kasih vote nya😘
Seperti biasa ya, 350 vote biar bisa lanjut update..
Tapi karena author nya baik hati sebelum dapet 350 vote pun dari kemarin udah di next lagi. 😊😊Jangan lupa baca juga story saya dengan judul MERAJUT CINTA HALAL ya
😘😘😘👋👋
Sampai jumpaSemarang, 6 Februari 2019
- Silvia Dhaka -
Repost 16-02-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Cinta (TAMAT)
RomanceIni sekuel dari Menjadi Wanita Kedua Dewasa 18+ Anjani rela hidup sendiri jauh dari orang tua dan keluarga demi untuk menata ulang hidupnya. Ia memutuskan meninggalkan kota kelahirannya dan memulai hidup barunya bersama pria baik yang mencintainya...