22. Ngambek

7.4K 699 32
                                    


Happy reading

***

"Sayang, ayo dong buka pintunya!" Teriakan Dion terdegar sampai di dalam kamar.

Kini Anjani sedang berbaring di ranjang, meninggikan volume tv agar ia tak terganggu oleh teriakan Dion yang meminta belas kasih untuk dibukakan pintu.

"Dasar kurang ajar! Dia pikir dia siapa?!  Seenaknya saja mengerjaiku." Gerutu Anjani sambil melirik sinis kearah pintu kamarnya yang sudah ia kunci agar Dion tidak bisa masuk.

"Hhh ... memalukan, dia selama ini sudah membodohiku. Awas aja, aku tinggal pergi baru tahu rasa dia!" sambung Anjani.

"Sayang, buka pintunya dong. Mas minta maaf!" Seruan Dion kembali terdengar.

"Huh, tiada maaf bagimu!" Sahut Anjani dengan nada pelan agar tak terdengar oleh Dion karena ia malas menyahuti rengekan Dion.

Hingga pagi tiba, Anjani tetap tak mau membuka pintu kamarnya.
Dion sudah berusaha membujuk Anjani agar tidak terus terlarut dalam rasa marahnya.

"Sayang, mas tinggal dulu ya. Mas ada meeting penting pagi ini. Jangan ke mana-mana, nanti siang mas kembali." Kata Dion di balik pintu karena Anjani belum juga mau keluar dari kamar.

Dion melangkah keluar dari apartemen. Sengaja ia tidak mengunci pintu apartemen karena ia yakin Anjani pasti tidak akan kabur, selain itu Dion juga tidak ingin membuat Anjani semakin marah padanya.

Anjani keluar dari kamar saat Dion sudah benar-benar pergi. Ia mengambil kunci mobil si merah yang sudah tiga tahun ini terabaikan.
Anjani mengemudikan mobilnya ke kedai es krim milik Wika. Anjani butuh pendengar setia, ia membutuhkan teman curhat untuk membuang semua unek-unek yang ada di hatinya.
Ia pikir Wika-lah orang yang tepat untuk menjadi teman curhatnya saat ini karena Susi saat ini juga sedang bekerja.

"Hai Joe, bos kamu ada di atas kan?" tanya Anjani pada Joe.

"Eh, Mbak Anjani ... udah lama baru kelihatan, Mbak. Saya kangen tahu sama Mbak, sayang ya kemarin dinikahan saya Mbak Anjani nggak bisa datang," sahut Joe.

"Iya maaf ya, Joe." Sahut Anjani dengan nada memelas.

"Tidak apa Mbak, lagian saya tahu kesibukan Mbak  Anjani kok." Sahut Joe sambil tersenyum.

"Ya sudah Joe, saya ke atas dulu ya." 

"Iya Mbak, silakan."

Anjani berjalan menuju lantai tiga, di mana Wika berada. Anjani mengetuk pintu ruangan Wika, lalu ia masuk saat sang pemilik ruangan sudah mempersilakannya masuk.

Wika terkejut bukan main ketika melihat siapakah yang datang ke ruangannya.

"Anjani?!" Seru Wika yang begitu terkejut melihat temannya itu sekarang berada di hadapannya.

"Bukannya dari kemarin harusnya kamu udah ada di Yogyakarta ya, kok sekarang kamu malah ada di sini sih?!" Imbuh Wika bingung yang malah membuat Anjani tertawa.

Anjani duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Wika, "Damay mana, Wik? Kok tumben nggak ikut kamu ke sini?" tanya Anjani.

"Damay di rumah. Di rumah  ada mertuaku. Tadinya mau aku bawa kerja tapi nggak dibolehin sama Mama mertua, katanya dia lagi kangen sama Damay," sahut Wika.

"Oh," sahut Anjani.

"Nah kamu ngapain ada di sini?" tanya Wika penasaran.

"Hhhh ...." Anjani menghela nafasnya.
"Aku diculik, Wik," imbuh Anjani.

"Apa?! Diculik?!" seru Wika.
"Bbhwahahha ...." Tawa Wika pecah saat mendengar kata 'diculik'.

"An ... An ... kamu ini ya! Suka ngaco ya .... Yang mau nyulik kamu itu siapa An?" tanya Wika dengan nada mengejek.

Menjemput Cinta (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang