Happy reading***
Jam tiga dini hari Anjani terbangun dari tidurnya karena perutnya terasa lapar. Namun ia sulit menggerakan tubuhnya karena ada tangan kokoh yang membelit tubuhnya.
Dengan hati-hati Anjani menyingkirkan tangan yang membelit tubuhnya agar sang pemilik tangan tak ikut terbangun akibat ulahnya, namun hasilnya sia-sia."Eegghh ... ada apa, Sayang ...." Guman Dion yang setengah tersadar, ia mengucek matanya.
"Aku lapar," sahut Anjani.
Dan akhirnya di sinilah mereka berdua, duduk di ruang makan. Dion mengamati cara makan Anjani yang tergesa.
"Sayang, makannya pelan-pelan." Kata Dion memperingatkan Anjani yang meyantap mie instan rebus yang ditambah dengan dua telur buatan Dion dengan tergesa.
"Ini salahmu, kamu menyekapku di sini tanpa memberiku makan hingga aku kelaparan seperti ini. Penculik macam apa kamu?!" sahut Anjani.
"Penculik?!" seru Dion.
"Iya penculik, menyekapku di sini lalu apa namanya jika bukan penculik?!" ketus Anjani.
"Hahaa ...." Dion tertawa, "baiklah jika kamu menganggapku penculik, kita lakukan peran kita masing-masing." Sahut Dion dengan senyum liciknya.
"Tidak mau!! Bebaskan aku sekarang juga!" seru Anjani.
"Ehh tidak, besok pagi saja." Sahut Anjani sambil menyuap mie instannya.
"Aku habiskan mieku dulu terus aku mau lanjut tidur, setelah itu baru kembalikan aku pada orang tuaku." Sambung Anjani yang membuat Dion tertawa.
"Aku tidak akan mengembalikanmu pada orang tuamu, Sayang," sahut Dion.
"Jangan macam-macam atau tunanganku akan menguliti wajah tampanmu!" seru Anjani.
"Jadi kamu mengakui jugakan jika masmu ini tampan?!" sahut Dion yang membuat Anjani malu.
"Ciihh ... kapan ibuku melahirkan anak pemaksa sepertimu?!" ketus Anjani.
"Jangan ketus begitu, Sayang. Nanti kamu jadi semakin cinta mati lho sama si pemaksa ini." Kata Dion sambil menahan senyumnya.
"Ciihh!!" Seru Anjani yang langsung berjalan menuju kamar.
"Heii dengar, Nona. Tidak akan kubiarkan pria mana pun merebutmu dari ku!" Seru Dion dari tempatnya saat Anjani mulai menjauh darinya.
***
Anjani bangun saat hari sudah beranjak siang, ia keluar dari kamar namun kosong. Tak ada Dion di dalam apartemen.
Anjani berdiri di dekat meja makan, di sana sudah tersaji roti bakar dan segelas susu juga ada sepiring nasi goreng babat kesukaannya.
Anjani meninggalkan ruang makan menuju ruang tamu. Ia mengambil ponsel yang ada di dalam tas tangannya.
Dua puluh panggilan tak terjawab dari Mas Rudi dan 10 panggilan tak terjawab dari Bapak.Anjani mencoba menghubungi bapaknya terlebih dahulu karena takut jika bapak dan ibunya khawatir padanya.
"Tuuttt tuutt ...."
"Halo, Ndok."
"Halo, Pak," sahut Anjani.
"Kamu sudah sampai Yogyakarta to, kok belum ngasih kabar bapak sama ibu. Bapak khawatir sama kamu," imbuh Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Cinta (TAMAT)
RomanceIni sekuel dari Menjadi Wanita Kedua Dewasa 18+ Anjani rela hidup sendiri jauh dari orang tua dan keluarga demi untuk menata ulang hidupnya. Ia memutuskan meninggalkan kota kelahirannya dan memulai hidup barunya bersama pria baik yang mencintainya...