Kwon Yuri

130 25 6
                                    

Ku hirup udara pagi yang menyegarkan, kicauan burung peliharaan Ayahku meramaikan pagi ini. Embun yang hinggap di dedaunan dan bunga-bunga yang bermekaran membuat suasana menjadi sejuk.


Kakiku meloncat-loncat kecil dengan hitungan satu, dua, tiga mengikuti instruksi kakakku didepan. Kami sedang berolah raga, Jarang sekali ia mengajakku untuk olahraga. Mungkin bisa ku hitung kira-kira tiga kali dalam satu bulan.

Air sebesar biji jagung menghiasi keningku, mengucur hingga membasahi baju yang ku kenakan.

"Yoong-ie, capek nggak" Tanya kakakku khawatir tapi masih tetap melakukan instruksi.

"Tidak, oppa" Balasku.

"Oppa kok capek ya"

"Itu berarti oppa sudah tua" Ledekku. Yang sontak membuatnya berhenti dan membalikkan tubuhnya kehadapanku.

"Aww, oppa" Aku merasa kesakitan akibat pukulan tangannya dikepalaku, pukulan yang tidak sakit sebenarnya hanya saja aku memang yang mau manja-manja kepada kakak yang amat mencintai ku ini.

Kami pun duduk setelah melakukan sedikit olahraga, duduk sejajar dengan merebahkan kedua kaki kami dirumput taman.

Halaman rumah kami yang luas membuat semuanya serba ada disini seperti ; taman bunga, kebun buah,kolam ikan, lapangan basket yang biasa kakakku pakai bersama teman-teman genk nya.

Ini juga yang membuatku lebih betah di Rumah apalagi ditemani dengan buku, itu sangat sempurna.

Aku meneguk sebotol air mineral yang diberikan kakakku.
"Apa kamu baik-baik saja, Yoong-ie?" Tanya kakakku ini membuatku hampir tersedak.

"Aku baik oppa" Jawabku dengan santai.

"Masa? nangis ya semalaman?" Tanyanya yang menatap wajah ku saat ini, terfokus pada bagian mataku.

"Nggak" Elakku dan memalingkan wajahku dihadapannya.

"Haa, sudah oppa duga" Ucapnya sangat kecil di dekat telingaku yang membuat aku mendengar dengan jelas apa yang kakakku ini katakan.

Namun bukan aku namanya jika tidak mengabaikannya. Aku tidak ingin membahas Sehun saat ini.

                         ***
Aku duduk dibalkon depan kamarku, menikmati secangkir teh dan membaca buku serta menyaksikan pemandangan yang indah dari atas sini; bunga yang bermekaran berwarna-warni.

"Charming girls" Ucap seorang gadis mengagetkanku dari belakang.

"Yuri!" Teriakku karena kesal dikejutkannya.

"Serius amat geh?" Tanyanya dan tanpa aku suruh dia sudah duduk duluan didepanku dan meminum secangkir teh yang ada dimeja.

"Itu punyaku" Omelku.

"Kamu buat lagi gih. aku kan tamu" Celetuknya.

"Itu udah aku minum tau"

"Kamu ada penyakit menular ya?" Tanyanya mengintrogasi.

"Enak aja" Jawabku tak terima.

Aku kembali membaca buku, melanjutkan cerita yang baru sampai bab ketujuh itu. Cerita yang hampir selesai aku baca.

"Yoona-ya aku ada disini. Mengapa kau mengabaikan sahabat mu ini" Ambeknya seperti anak kecil.

"Baiklah" Aku meletakkan buku yang ada ditangan ku.

"Ceritakan apa yang kau lakukan di London?" Yuri memulai pertanyaannya.

"Belajar" Jawabku singkat.

This All DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang