Milea kini tengah menemani Brian di apartemen miliknya. Katanya, Brian tidak ingin sendiri dan meminta Milea untuk datang. Untungnya, gadis itu sedang tidak ada jadwal kuliah hingga ia bisa memenuhi permintaan Mas Pacar.
Di apartemen, mereka hanya melakukan kegiatan biasa. Makan, menonton tv, lalu pergi ke kamar. Brian di sofa, Milea di atas kasur Brian. Tak ada yang istimewa di antara mereka. Milea juga tidak berharap banyak pada Brian yang tidak bisa romantis seperti pria kebanyakan. Brian itu sebenarnya terlalu kaku. Kalau Milea boleh memilih, ia lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan Sungjin daripada Brian.
Sungjin itu laki-laki manis dan perhatian. Dia pintar dalam meladeni perempuan. Berbeda dengan Brian yang rasanya selalu pusing jika sudah dihadapkan oleh perempuan.
"Le."
"Hm."
Brian menghampiri Milea dan duduk di tepi kasurnya. Menatap Milea yang kini tengah sibuk dengan ponselnya. Atau mungkin pura-pura sibuk.
"Kalau kita putus, gimana?" tanya Brian tiba-tiba yang langsung dihadiahi tatapan tak suka oleh Milea. Gadis itu buru-buru meletakkan ponselnya dan mengarahkan seluruh perhatiannya pada Brian yang kini tengah menatapnya.
"Ngomong apaan, sih? Ngaco kamu?" tanya Milea balik. Sedikit sewot karena pertanyaan mendadak yang Brian lontarkan barusan.
Brian kini menggaruk tengkuknya canggung. Seakan menyadari bahwa tak seharusnya dia menanyakan hal se-sensitif itu pada Milea di hubungan mereka yang kini sudah berjalan hampir dua tahun itu.
"Maaf," balas Brian sambil menunduk. Milea menghembuskan napasnya kasar. Memegang kedua bahu Brian hingga obsidiannya menangkap raut wajah khawatir yang Brian sembunyikan di bawah sana.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Milea yang mulai menyadari jika ada sesuatu yang aneh dengan Brian hari ini. Mulai dari dirinya yang meminta untuk Milea datang, hingga dirinya yang mendiami Milea saat keduanya sudah berada dalam satu ruangan.
"Enggak ada," jawab Brian.
"Aku serius, Bri. Jangan bohongin aku. Kamu tau aku enggak suka dibohongin," kata Milea dengan suaranya yang sedikit tegas. Brian mengangkat wajahnya, maniknya bertemu dengan milik Milea yang kini juga menatapnya.
"Aku cuma takut...?"
"Kenapa?" tanya Milea serius.
"Kita udah dua tahun, Le. Kamu serius enggak apa-apa kayak gini? Maksud aku, aku sibuk sama band aku terus. Kadang sampe lupa kalau aku punya kamu untuk sekedar jadi pengingat di saat aku lagi sibuk. At least kalau kamu enggak sanggup, kita bisa putus."
Milea benci arah pembicaraan mereka kali ini. Jujur, ia memang sering merasa kesal dengan Brian. Dengan sikap kekanakkannya, atau bahkan dengan Brian yang selalu lupa jika dirinya punya Milea. Tapi, kenapa harus menyinggung masalah putus? Milea bahkan tak pernah memikirkan kata putus sekali pun di otaknya.
"Bri, aku ke sini bukan untuk bahas yang kayak gitu. Aku ke sini buat nemenin kamu, bukan untuk denger kata putus."
"Aku cuma enggak bisa liat kamu kayak gini, Le. Aku tau kamu mau hubungan yang normal. Tapi aku enggak bisa kayak gitu karena aku beda."
"Bri, stop." Milea meletakkan tangannya di atas bahu Brian. Ia menatap Brian lekat-lekat. "Enggak ada yang beda, oke? Kamu sama kayak laki-laki lain dan enggak ada yang beda sama sekali. Yang beda adalah kamu itu Brian. Brian punya Milea, oke?"
Brian mengangguk lalu memeluk tubuh mungil milik Milea. Milea memang lebih muda dua tahun darinya, tapi Brian merasa jika Milea adalah yang lebih dewasa dalam hubungannya. Ia bisa menenangkan Brian kapan pun laki-laki itu merasa tidak nyaman. Milea memiliki seribu satu cara untuk membuat Brian kembali pada dunia tanpa perlu memikirkan hal-hal lain di luar sana yang kadang sering mengganggunya.
"Brian itu fluffy boi, bukan fuck boi kayak kata orang-orang." Milea mengelus punggung Mas Pacar halus. Menghantarkan kenyamanan yang paling Brian sukai di dunia.
"Tapi, kalau aku jadi fuck boi boleh?" tanya Brian. Milea menggeleng dalam pelukannya.
"Kalau mau jadi fuck boi, pacaran aja sama Awkarin. Jangan sama Milea," jawab Milea yang mengundang kekehan kecil dari Brian.
"Awkarin udah baik sekarang."
"Tetep aja baikkan Milea," ucap Milea manja. Brian tersenyum lalu menghujani pucuk kepala Milea dengan kecupan sayang yang banyak sekali.
==
Milea kalau misalnya dikasih visualisasinya, kira-kira siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk ✔ | Brian Kang
FanfictionKang Brian, bassist, vocalist, dan kekasih tersayang Milea. @mochikuchim 2019