🍼 Milk : 12

859 110 0
                                    

Brian dan Milea hancur.

Kabar itu langsung menyebar dengan cepat ke semua teman Brian di band-nya. Bahkan mereka sempat menghujatnya, mangatakan bahwa dirinya tidak punya pikiran karena membiarkan Milea mengambil keputusan semacam itu.

"Bri, Milea cemburu sama Jisoo." Sungjin menemaninya kini. Membiarkan Brian bercerita sampai mulutnya berbusa.

"Tapi, gue enggak ada apa-apa sama Jisoo. Gue udah pernah bilang sama dia kalau gue udah enggak sa--"

"Lo udah enggak sayang, tapi lagak lo kayak orang belum move on, tau!" omel Sungjin gemas karena mendengar pembelaan Brian yang menurutnya tidak masuk akal.

"Bang--"

"Bri, berapa kali gue harus bilang sama lo? Lupain Jisoo. Gue tau lo masih sakit karena Jisoo yang udah khianatin lo dulu. Tapi, itu dulu. Dulu, Bri. Sekarang lo udah punya Milea. Enggak masalah buat gue kalau emang lo mau bikin lagu yang inspirasinya lo dapet dari kisah lo sama Jisoo, tapi emang harus sampe setiap kita keluarin lagu baru itu selalu cerita tentang Jisoo yang ada di lagu lo? Bri, Milea itu perempuan."

Brian menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ini yang dia benci dari dirinya. Benci karena Brian tidak pernah bisa menjadi laki-laki seperti Sungjin yang bertanggung jawab. Yang bisa melupakan semuanya dengan mudah. Brian benci satu sisi dirinya yang masih terjebak di masa lalu. Brian benci dirinya yang membuat Milea terluka kali ini.

"Gue tau lo laki-laki baik, Bri. Tolong, jelasin ke Milea yang sebenernya. Gue yakin Milea bakal ngerti."

















Brian duduk di bangkunya, menatap Milea yang kini duduk di seberangnya. Milea terlihat lebih kurus. Pipi tembamnya mulai tirus dan membuat Brian menjadi sedikit kesal pada diri sendiri.

"Mau dengerin aku dulu?" tanya Brian. Milea menghela napasnya berat, lalu mengangguk.

Brian menarik napasnya dalam-dalam. Brian tidak pernah tahu jika hubungan mereka akan menemui kesulitan seperti ini. Mereka terbiasa dengan kisah-kisah manis.

"Aku minta maaf," ucap Brian selanjutnya yang membuat mata Milea merah. Air matanya ia bendung kuat-kuat agar tak sampai jatuh. Milea tidak ingin menangis, tapi mendengar kata maaf yang keluar dari mulut Brian benar-benar membuatnya ingin menangis sekarang juga.

"Le, Bri minta maaf. Maaf karena seminggu kemarin Bri enggak nyariin Lea. Bri tau Bri enggak bisa jadi pacar kayak apa yang Lea mau. Bri tau Lea cape sama Bri yang anaknya enggak jelas, nyusahin, dan lebih suka minum susu kotak ketimbang minum beer. Bri tau Lea kesel waktu Bri bercanda soal susu Lea. Maaf, Bri minta maaf."

Runtuh sudah pertahanan Milea saat ini. Ia terisak mendengar semua penuturan Brian tadi. Rasanya seperti semua akan berakhir di sini.

"Bri udah pernah bilang sama Lea kalau enggak kuat Lea bisa minta putus. Kenapa? Karena Bri enggak bisa mutusin Lea. Bri enggak tau gimana jadinya kalau Lea enggak ada."

Brian menghela napasnya berat ketika melihat Milea yang kini menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan bahu yang bergetar.

"Milea mau percaya sama Brian?" tanya Brian yang hanya direspon oleh gelengan lemah dari Milea. Brian menghempaskan punggungnya ke belakang.

Berat. Sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari seorang Milea. Brian tahu itu.

"Brian enggak sayang sama Jisoo, Milea." Nadanya hampir terdengar seperti orang yang putus asa.

"Le, Brian enggak tau kalau kita bakal kayak gini hanya karena mantan Brian. Serius, di pikiran Brian enggak pernah ada skenario kayak gini. Di pikiran Brian cuma ada Brian dan Milea yang bahagia," kata Brian lagi.

Milea mengangkat wajahnya, menatap Brian dengan wajahnya yang sembab. Brian tidak tega sebenarnya, tapi Brian juga tidak tahu harus bagaimana.

"Enggak selamanya kisah kita manis kayak susu kotak yang selalu kamu minum, Bri." Milea, gadis itu akhirnya bersuara.

"Aku sama kamu cuma manusia biasa. Bahkan Adam dan Hawa aja pernah menghadapi masa sulit, kan? Terus kita yang cuma manusia penuh dosa malah mengharapkan cerita manis yang akhirnya selalu bahagia? Enggak bisa, Bri."

"Le, aku tau, aku ngerti. Tapi, yang kayak gini harus dilurusin. Supaya kita sama-sama ngerti."

"Bri, aku tau, aku ngerti. Jisoo itu mantan kamu, aku tau. Aku tau sebesar apa cinta kamu sama Jisoo sampai kamu belum bisa lupa sama Jisoo, sama kenangan kalian. Aku ngerti, Bri."

Brian menghela napasnya berat. Tidak menyangka jika masalahnya akan serumit ini.

"Le, aku serius. Apa perlu aku panggil Jisoo ke sini dan buktiin kalau aku udah enggak sayang sama dia lagi?"

"Bri, walaupun kamu ngelak sampai seribu kali pun, aku tau kalau kamu masih sayang Jisoo."

"Milea, kamu enggak ngerti."

Brian memasang wajah seriusnya. Bibirnya membentuk satu garis lurus, tanda jika Brian benar-benar marah.

"Selama ini emang ternyata aku enggak pernah ngerti kamu, Bri."

"Milea, aku sayang sama kamu. Serius," ucapnya dengan nada bicaranya yang terdengar sangat putus asa.

"Aku juga, Bri. Sangat."

































==























Apaan sih? Mau nangis aja.

Putusin atau enggak?

Milk ✔ | Brian KangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang