🍼 Milk : 09

826 105 4
                                    

"Tadi, Milea pulang duluan, Mas. Katanya Bunda nyuruh dia pulang ke rumah."

"Rumah? Bukan ke kos-annya?"

"Kurang tau, Mas. Tadi bilangnya begitu, buru-buru banget."

Brian memainkan ponselnya yang sedari tadi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seorang Milea di dalamnya. Biasanya saat mereka sedang jarang bertemu, Milea itu rewel mengiriminya pesan ini itu. Seperti jangan lupa makan, jangan sekali-kali mabuk, atau jangan lupa untuk minum susu karena Milea tahu jika Brian sangat menyukai susu. Sekalipun terkadang Milea kesal juga.

Tapi, hari ini Milea seakan menghilang. Beberapa jam yang lalu, harusnya mereka bertemu di kampus Milea karena Brian ada manggung di sana. Tapi, ia tak menemukan Milea. Bahkan Milea pun tak mengabarinya hingga detik ini juga.

"Kenapa? Berantem lagi sama Milea gara-gara lo minta susu dia?" tanya Jae yang kini ikut bergabung dengan Brian di sofa. Menyalakan televisi dan sibuk menonton siaran kartun anak-anak favoritnya.

"Dia enggak ada hubungin gue, Bang. Ke mana, ya?" tanya Brian bingung.

"Jangan ngarepin dia yang hubungin lo duluan, Bri. Udah dua tahun gini masa masih enggak ngerti juga," balas Jae yang tak melepaskan pandangannya dari televisi.

"Udah gue telepon, Bang. Cuma enggak diangkat."

"Samperin, Bri. Jangan kayak orang susah, kita udah kaya."

















Jadilah Brian berdiri di sini. Di depan pintu rumah Milea yang ada di kawasan Jakarta Barat. Ini rumah Milea yang asli, bukan kos-annya. Karena berdasarkan informasi yang ia dapat, Milea katanya tidak pulang ke kos-an. Tapi ke rumah atas permintaan Bunda.

Brian mengetuk pintu rumah Milea. Tak butuh waktu yang lama karena di ketukan yang ketiga, pintu itu sudah terbuka. Menampilkan sosok wanita yang wajahnya sebelas duabelas dengan Milea.

"Bunda," sapa Brian dan mencium tangan Bunda. Bundanya Milea.

"Loh, Brian? Kenapa ke sini? Tumben," tanya Bunda.

"Milea-nya ada, Bun?"

"Loh? Milea enggak pulang, Bri. Pulangnya minggu depan," jawab Bunda yang membuat Brian bingung setengah mati.

"Oh? Ah, ya udah Bun. Kalau gitu Bri pamit dulu."

Brian pun pamit pergi dan langsung menuju ke kos-an Milea yang letaknya ada di dekat kampus. Yang artinya dia harus kembali pergi ke Ciputat. Siap.

Brian melajukan mobilnya ke tempat tujuannya. Kos-an Milea. Dia sendiri tidak tahu ada dengan Milea hingga dirinya seperti menghindar. Jarang sekali Milea berbuat seperti itu. Biasanya Milea justru lebih senang berada di sampingnya sekalipun Brian sering sekali lupa jika Milea adalah miliknya. Tapi kali ini, Milea sedikit berbeda.

Perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu akhirnya berakhir. Brian berdiri di depan pintu kos milik Milea, mengetuknya tanpa mengeluarkan suara dari mulut. Lalu, tak lama akhirnya pintu terbuka. Menampilkan Milea yang wajahnya sangat kusut.

"Le? Kamu enggak apa-apa?" tanya Brian begitu melihat wajah Milea yang kusut. Seperti orang bangun tidur, tapi bukan.

"Enggak. Mau ngapain?" tanya Milea balik yang membuat Brian heran.

"Le, kamu serius? Aku enggak disuruh masuk?"

"Enggak, aku lagi mau sendirian. Kalau enggak ada yang mau diomongin, mending pulang aja. Aku mau tidur," kata Milea yang langsung menutup pintu kos-nya tanpa mau repot-repot mendengar kalimat yang rasanya sudah di ujung mulut Brian.




































==























Mbak Pacar cemburu:(

Milk ✔ | Brian KangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang