Brian berlari panik begitu mendengar Milea yang jatuh pingsan di kampus sehabis ikut serta dalam donor darah. Sebelumnya, Milea memang sudah memberitahu Brian bahwa hari ini dirinya akan ikut donor darah. Setahu Brian, Milea pernah sekali donor darah sebelumnya. Jadi, ia tak merasa khawatir. Namun, saat salah satu teman Milea meneleponnya dan berkata bahwa Milea pingsan, Brian langsung buru-buru pergi ke kampus Milea meskipun sudah diteriaki oleh Wonpil.
Di kampus, Brian langsung menuju ke ruang kesehatan untuk melihat kondisi Mbak Pacar. Ruang kesehatan lumayan penuh karena ternyata bukan hanya Milea yang pingsan.
"Mas Brian?"
Brian menoleh begitu ada yang menyebut namanya. Ia melihat salah satu teman Milea kini berdiri di sampingnya dengan membawa teh hangat di tangannya.
"Buat Milea?" tanya Brian. Gadis itu mengangguk dan menyodorkan tehnya kepada Brian yang langsung diambil olehnya. Seakan tahu jika Brian ingin bertemu dengan Milea.
Brian memasuki ruang kesehatan dan bersyukur karena tak ada yang menyadari kedatangannya. Mereka semua sibuk dengan orang pingsan.
Brian mendekat ke arah ranjang yang Milea tempati dan langsung bersitatap langsung dengan satu orang teman Milea yang menungguinya.
"Mau nemenin Milea, Mas? Kalau gitu, saya keluar dulu."
Brian mengangguk dan langsung menggantikan posisi teman Milea. Brian menatap Mbak Pacar sambil mengelus dahi Milea pelan. Wajah Milea terlihat sedikit pucat, tangannya bahkan terasa lebih dingin dari biasanya.
"Le, ini Brian. Bangun, yuk. Minum teh dulu," ucap Brian di telinga Milea. Milea membuka matanya dan melihat Brian yang ada di sampingnya kini
"Kok, kamu?" tanya Milea lemas. Brian membantu Milea untuk duduk dan segera memberinya teh hangat yang tadi temannya bawakan.
"Tadi, temen kamu nelepon aku. Katanya kamu pingsan, ya udah aku ke sini. Kamu bandel, sih. Dibilangin kalau enggak berani jangan donor."
"Aku berani, ih! Tapi, tadi emang beneran pusing banget. Aku enggak kuat," keluh Milea.
"Masih pusing?" tanya Brian sambil mengarahkan telapak tangannya ke dahi Milea, lalu mengusapnya pelan. Milea menggeleng.
"Tapi, lemes."
"Ya, namanya juga abis donor darah."
"Ih, ngeselin. Kalau aku mati gimana coba? Tadi aku rasanya kayak mau mati tau, gak. Enggak bisa liat apa-apa. Aku kira, aku buta." Milea mengercutkan bibirnya yang membuat Brian gemas setengah mati.
Tanpa aba-aba Milea tiba-tiba memeluk Brian yang kini masih berdiri di sampingnya. Menenggelamkan kepalanya di perut Mas Pacar sambil sesekali mendusel-dusel.
"Kenapa?" tanya Brian, mengelus lembut surai Mbak Pacar yang halusnya melebihi model-model iklan shampo.
"Mau manja," jawa Milea sambil terus mengeratkan pelukannya. Milea memang tergolong manja kalau sudah sakit begini. Ya, tidak beda jauh dengan Brian kalau mabuk.
"Mau dimanjain siapa?" goda Brian.
"Mas Bri. Mau dipeluk sampe besok," katanya sambil tersenyum. Menikmati aroma Brian yang seakan menjadi candu.
"Kemarin siapa yang nyuruh aku jadi pacarnya Awkarin, coba? Sekarang malah minta dimanjain," ucap Brian yang terus saja menggoda Milea.
"Kamunya lagian segala minta jadi fuck boi," protes Milea yang membuat Brian tertawa.
"Iya, maaf. Brian, kan orangnya fluffy. Mana bisa jadi fuck, kan?"
"Hm."
"Mau dipeluk sampe kapan?" tanya Brian lagi.
"Sampe besok. Mau charge ke Brian seharian."
"Biar apa?"
"Biar Briannya kuat."
"Kan, kamu yang sakit. Kok, jadi aku yang kuat?"
"Kan, Brian kerja buat nanti biaya nikah. Hehehe."
==
Apa sih garing:(
Btw, itu pingsan beneran kejadian sama aku:( mau mati aja rasanya waktu itu, udah panik enggak bisa liat tiba-tiba lemah tak berdaya. Sampe lupa kacamata aku taro di mana waktu itu saking enggak nyadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk ✔ | Brian Kang
FanfictionKang Brian, bassist, vocalist, dan kekasih tersayang Milea. @mochikuchim 2019