🍼 Milk : 07

1K 127 5
                                    

"Mbak Le, jadi pacar Mas Brian gimana? Enak?"

Milea menatap Dowoon yang kini terlihat serius setelah melontarkan pertanyaan itu padanya. Hari ini, ia melihat Dowoon di kampusnya karena katanya Dowoon ingin sekali-kali masuk kuliah. Meskipun rasanya percuma karena sudah banyak sekali mata kuliah yang tertinggal.

Oh, iya. Dowoon dan Milea sebenarnya sudah saling mengenal karena mereka memang berada di kampus yang sama, selain karena seumuran. Bahkan, Dowoon yang mengenalkan Brian kepadanya saat itu.

"Emang kenapa?" tanya Milea balik.

"Enggak apa-apa, nanya aja. Mas Bri, kan orangnya soft banget kayak kembang tahu."

Milea tertawa mendengar jawaban Dowoon. Memang benar, Brian itu soft sekali untuk ukuran laki-laki seumurannya. Meskipun tubuhnya itu kekar dan berisi, tapi sebenarnya hati Mas Pacar itu seperti hello kitty.

"Enak, dong kalau soft. Jadinya jarang berantem." Milea tersenyum pada Dowoon yang langsung dihadiahi anggukkan mengerti.

"Tapi, Mbak Le. Hatinya Mas Bri itu kayak kembang tahu, emang Mbak Le enggak takut kalau misalnya tanpa sengaja Mbak Le bikin hati Mas Bri hancur? Hatinya Mas Bri gampang hancur, loh."

Milea terdiam mendengar penuturan Dowoon. Ia bahkan tak pernah memikirkan hal semacam itu, karena yang ada di pikirannya hanyalah Brian yang polos dan kehidupan cinta mereka yang lumayan harmonis.

"Emang Mas Bri pernah bilang kalau dia sakit hati, Wun?" tanya Milea serius. Dowoon mengangguk respon.

"Dulu, itu dulu banget. Makanya, kan Mas Bri itu hobinya sedih terus walaupun udah ada Mbak Le di sini."

"Demi apa? Kenapa jadiin sedih sebagai hobi, sih?" tanya Milea tidak percaya. Dia pikir hobi Brian yang satu itu hanyalah bualan dari para penggemar mereka, mengingat lagu-lagu yang selalu ditulis oleh Brian itu termasuk ke dalam lagu-lagu mellow dan secara tidak langsung dicap sebagai lagu galau nasional.

"Ya, karena dulunya Mas Bri dikhianatin. Aku enggak tau detilnya, sih. Cuma katanya, Mas Bri itu move on-nya lumayan lama sampai bisa ke Mbak Le sekarang ini."

Milea mengangguk. Tidak tahu jika Brian pernah mengalami masa-masa seperti itu, padahal sudah hampir dua tahun mereka bersama. Tapi, masalah yang seperti ini saja Milea harus tahu dari orang lain.

"Emang mantannya Mas Bri siapa, Wun?"


































Milea kini menatap pemandangan dari jendela kamar milik Brian. Iya, sekarang dirinya kembali ke apartemen Brian karena lagi-lagi pria itu minta untuk ditemani karena harus membuat lagu baru. Disuruh oleh Jae.

Milea melihat ke arah tempat tidur dan menemukan Brian yang sibuk dengan gitar dan buku catatan kecilnya yang selalu ia gunakan setiap kali membuat lagu.

"Bri, lagunya tentang apa?" tanya Milea yang kini masih betah di depan jendela.

"Hm? Tentang hariku," jawab Brian sambil tersenyum manis. Manis sekali sampai rasanya Milea ingin menubruk tubuh laki-laki itu, menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Mas Pacar.

"Mau peluk?" tanya Brian tiba-tiba dengan tangannya yang kini sudah terbuka seakan siap menerima Milea. Milea langsung berjalan menghampiri Mas Pacar dan menubruknya dengan pelukan erat yang dibalas oleh kekehan kecil milik Mas Pacar.

"Kenapa, hm?" tanya Brian sambil mengelus rambut Milea. Sayang banyak kali Brian ini ke Milea.

"Enggak apa-apa, mau dipeluk aja." Milea semakin memperat pelukannya di leher Brian. Takut kalau tiba-tiba Brian pergi dan kembali lagi dengan mantannya, walaupun mustahil sebenarnya.

"Pasti tadi di kampus diceritain yang aneh-aneh sama Dowoon. Iya, kan?" tanya Mas Pacar yang membuat Milea mengangguk samar.

"Bri bilang apa coba waktu pertama kali nembak Lea?" tanya Brian tanpa berhenti mengelus rambut milik Milea dengan sayang.

"Bri udah jatuh ke Milea dan enggak akan jatuh ke siapa-siapa lagi," cicit Milea.

"Jadi, intinya?"

"Bri sayang Lea...?" ucap Milea sedikit ragu. Brian tersenyum mendengar penuturan Mbak Pacar yang kelewat lucu kalau sedang dalam keadaan takut begini. Masalahnya, Milea bisa berubah jadi anak tiga tahunan kalau udah bahas masalah mantan Brian yang padahal cuma satu itu.

"Itu tau. Bri sayangnya cuma sama Lea, bukan sama yang lain. Kan, Bri udah pernah bilang alasan Bri enggak mau bikin lagu tentang Lea. Inget, kan? Mantan dibagi-bagi lewat lagu itu tujuannya biar laku, Le."

Milea terkekeh di pelukan Brian. Menganggap apa yang Brian ucapkan itu adalah sebuah hinaan secara tidak langsung kepada Mbak Mantan.

"Jahat kamu. Masa promosiin mantan biar laku pake lagu," jawab Milea.

"Kan, aku udah laku. Udah ada kamu, dia masih jomblo. Jadi, sebagai mantan yang baik, aku promosiin dia. Lagu itu tujuannya untuk entertain atau bisa juga untuk promosi. Iya, kan?" Milea lagi-lagi mengangguk. Tangan Brian bergerak naik turun di punggung Mbak Pacar, menghantarkan kenyamanan yang luar biasa nyaman.

"Aku mau lanjut bikin lagu, boleh?" Milea mengangguk namun kemudian menggeleng yang membuat Brian bingung.

"Boleh, tapi nanti dulu. Lea masih mau pelukan sama Bri. Enggak apa-apa?" Kini wajah Milea terangkat dan menatap wajah Mas Pacar yang hampir mendekati sempurna ini. Rasanya Milea mau terjun aja waktu nyadar ternyata pacarnya se-tampan ini.

"Enggak apa-apa," jawab Brian dengan senyuman termanisnya. Meskipun setiap Brian senyum sebenarnya memang tetap yang termanis.





























==



























Mas Dowoon kompor aja bikin Lea inget mantan Bri:(

Btw, siapa coba mantannya Bri? Hayo:)

Milk ✔ | Brian KangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang