Milea tidak pergi. Sama sekali tidak. Untuk apa pergi? Putus bukan alasannya untuk pergi. Bukan alasannya untuk berdiam diri dan tak membenahi diri. Semua yang terjadi itu manusiawi. Sangat.
Brian, laki-laki itu hanyalah laki-laki biasa. Milea tidak bisa mengelak tentang faktanya. Fakta bahwa Brian juga bisa menjadi sosok yang Milea benci. Sifat Brian yang brengsek bisa tertutup dengan rapi di balik wajahnya yang polos. Brian menyembunyikannya dengan baik di balik sifat dan sikapnya yang menggemaskan di depan Milea.
Milea tidak masalah. Itu semua manusiawi. Dan Brian masih tetap menjadi laki-laki biasa. Melupakan memang sesuatu yang sama sekali tidak ingin Brian lakukan dari dulu, tapi melepaskan Milea juga merupakan hal yang berat bagi Brian. Milea bisa memahaminya.
Kini semuanya selesai. Hanya sampai di sini. Menganggap semua hanya angin lalu yang pernah berhembus menyapu hati dan pikirannya. Milea tidak ingin melupakan tentu saja. Tapi, Milea akan melepaskan Brian. Melepaskan Brian yang tanpa sadar telah membawa separuh hatinya ikut bersama langkah-langkah kecil Brian.
Milea tidak menangis, serius. Masih banyak hal yang lebih penting untuk ditangisi ke depannya daripada harus menangisi Brian. Misalnya, menangis karena hari bahagianya nanti? Siapa yang tahu.
Milea dan Brian, sepasang kekasih dengan ceritanya yang manis kini sudah berakhir. Kisah manis seperti susuk kotak yang selalu Brian minum itu kini seperti susu kotak favorit Milea, plain. Tidak ada rasa. Hanya putih polos tanpa warna.
Brian pun sama dengannya. Mencoba meyakinkan diri bahwa semua tentang Milea hanyalah angin lalu yang sempat menyapu helaian rambutnya dengan lembut. Brian mencoba untuk kembali menata semuanya dari awal. Bukan melupakan, tapi melepaskan. Meski nantinya akan ada satu ruang kosong yang biasanya terisi oleh suara-suara Milea, oleh Milea yang selalu memarahinya, oleh semua tentang Milea. Brian akan baik-baik saja, setidaknya mencoba untuk baik-baik saja untuk Milea.
"Jangan pernah hilang," ucap Milea kala itu. Saat untuk terakhir kalinya Brian mengantarkan gadisnya ke kos-an.
"Enggak akan. Bri selalu di tempat yang sama."
Brian menangis ketika Milea keluar dari mobilnya. Menyesali perbuatan bodohnya yang ia anggap biasa saja tapi justru berdampak luar biasa baginya dan Milea. Membawa mereka ke ujung pintu perpisahan yang tak pernah Brian bayangkan sebelumnya.
Benar kata Milea. Mereka sebagai makhluk penuh dosa tidak memiliki apa-apa untuk meminta akhir yang bahagia.
==
Udah, selesai.
Bener-bener selesai!
Terimakasih yang udah mau baca. Aku sayang kalian!
8 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk ✔ | Brian Kang
FanfictionKang Brian, bassist, vocalist, dan kekasih tersayang Milea. @mochikuchim 2019