16. Kau Ingat Aku?

93 9 0
                                    

Aku di pisahkan secara paksa dari ibuku. Dan aku tidak pernah tahu kakekku akan berbuat sejauh itu.

“Aku tidak mau ikut denganmu. Disini lebih enak. Aku akan tinggal bersama Kakek. Karenamu, Appa meninggal. Jadi jangan kembali lagi kesini. Atau...aku juga akan mati.”

Itu adalah pertama kalinya aku berbohong. Demi melindunginya dari Kakekku, aku harus menjauhkan diri dari ibuku. Kupikir, ketika tumbuh dewasa nanti, aku akan dengan mudah pergi mencarinya lagi. Tak apa jika sekarang aku harus menangis dan menahan kerinduan. Aku akan menemukan ibuku nanti.

Tapi...

Hari itu aku bertemu dengannya.

“Ahjussi, tolong antarkan aku pada ayahku. Ne?”

“Dimana ayahmu memangnya? Lalu bagaimana kau bisa sampai kesini?”

“Ibuku ingin membawaku pergi ke luar negeri dan memisahkanku dengan ayah. Tolong antarkan aku padanya. Ahjussi, tolong aku.”

Dia terus memohon dan menangis. Aku teringat akan diriku sendiri. Betapa tersiksa dan menyedihkannya aku kala itu. Dan bagaimana jika gadis kecil yang bahkan belum mengerti apa-apa ini mengalaminya juga? Aku tidak bisa membiarkannya.

“Ahjussi, terima kasih sudah mengantarkanku. Aku yakin Ahjussi adalah orang baik dan penuh kehangatan. Seperti ayahku.”

“Dwaesseo! Masuklah, disini dingin. Aku pergi.”

“Ahjussi?”

“Apalagi?” 
Dia memberiku sebuah kalung.
Itu adalah pertama kalinya aku menerima yang namanya hadiah.
“Apa ini?”

“Kalung itu adalah hatiku. Ayah memberikannya padaku dan mengatakan betapa sayangnya ia padaku. Kelak, aku juga ingin memberi lebih banyak untuk menunjukan betapa sayang dan berharganya orang-orang seperti Ahjussi bagiku. Ahjussi...hatiku, aku memberikannya padamu. Sebagai terima kasihku yang tulus untuk kebaikan sederhana yang sudah kau lakukan. Jika aku sudah tumbuh dewasa nanti, aku harap aku bisa bertemu dengan orang yang memiliki hati yang besar sepertimu. Dan aku tidak akan pernah melepaskan orang seperti itu. Jeongmal gamsahamnida untuk hari ini. Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dan aku bisa membalas kebaikanmu dengan layak. Ahjussi...hati-hati di jalan.”

Gadis kecil itu, kini aku penasaran bagaimana kabarnya?

**

“Ada apa? Kau kelihatan gelisah setelah melihat kalung itu.” Tanya Ji Young Hoon menaruh curiga.

“Ani.” Nam Shin memburu-buru memasukan kalungnya ke dalam saku celana. “Besok?”

“Ye?” Ji Young Hoon tak mengerti.

“Aku akan mulai kembali ke kantor besok. Persiapkan semuanya. Jika ada kekacauan yang di perbuat robot itu selama menggantikanku disana, segera urusi.” Ia pun menjelaskan.

“Besok terlalu mustahil. Seo Ye Na ingin mempublikasikan hubungan kalian ke media. Jadi akan banyak pers yang datang ke perusahaan besok. Biarkan Nam Shin Three yang mengurusnya.”

“Aku tidak pernah bilang bahwa aku bersedia dengan pernikahan itu.” Nam Shin menatap tajam menahan amarah pada Ji Young Hoon.

“Tetap saja, Seo Ye Na yang memaksakan pernikahan itu. Jika tidak, ia mengancam akan membeberkan tentang—“

“Itu bukan urusanku. Sudah ku bilang itu bukan urusanku. Sejak awal kalianlah yang merencanakan ini tanpa persetujuanku. Dan sekarang kalian ingin menjadikanku uang tutup mulut bagi Seo Ye Na?”

Are You Human Too? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang