13. Selangkah Lebih Dekat

107 7 0
                                    

“Gajima, Kang So Bong!”

“Ne, Dirut Nam. Aku tidak akan pergi.”

“Jangan pergi.”

Aku berhasil menahannya hari itu. Ku pikir semudah itu. Ia benar-benar tidak pergi. Dan ku pikir ia tidak akan pernah berniat untuk pergi lagi.
Tapi....

“Aku hanya tidak bisa tinggal disini bukan berarti aku akan berhenti bekerja padamu. Aku akan tetap bekerja sampai Anda pulih total dan bisa kembali ke perusahaan. Tapi aku akan mencari tempat tinggal lain”

Dia benar-benar akan pergi. Namun tidak ada lagi yang bisa ku perbuat untuk menahannya. Aku mengiyakan pamitnya hari itu. Ku lihat ia pun sudah berkemas dan sudah sangat mantap meninggalkan tempat ini. Tapi...kenapa dia berhenti dan menangis sendirian disana? Setelah semua yang ku dengar dari pembicaraannya dengan ibuku, kenapa dia harus menangis? Kenapa itu menyakitinya?
Apa yang harus ku lakukan?

“Pada nyatanya, kau lupa bahwa kau melakukan itu semua untuk melindungiku. Itu adalah kesalahanku.”

Berhasil. Dia berhenti menangis. Apalagi yang harus ku lakukan sekarang?

“Mianhae, Kang So Bong. Maaf telah membuatmu menjadi mesin pembunuh. Maka itu, aku ingin menanggungnya. Aku akan menjadi apapun yang kau katakan. Aku hanya akan menurutimu. Meski aku manusia yang bisa berubah dengan mudah, tapi untukmu, aku akan bersikap seperti robot yang hanya akan mengikuti kemauanmu. Kau bilang, aku akan menjadi sangat buruk di masa depan. Jadi bimbinglah aku di masa kini agar hal buruk di masamu tidak akan terjadi.”

Tapi kenapa kau masih tetap diam, Kang So Bong? Aku harus apa?

“Mohon terima aku menjadi robotmu, Kang So Bong.”
Aku pun bertanya. Hening berlalu. Aku seperti bisa menghitung detik yang berlalu di antara kami dengan sia-sia. Kang So Bong, katakan sesuatu.

“Mianhae, Dirut Nam.”
Dia menjawab. Seharusnya tidak perlu kutanyakan.

“Ani, lupakan saja yang barusan kukatakan.” Nam Shin bertingkah kikuk. Tangannya refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bahkan mencoba menghindari tatapan Kang So Bong pada matanya. Ia sadar sudah mengatakan setulus yang ia bisa. Dan ia juga sadar, Kang So Bong menanggapi dengan kadar tulus yang sama.

“Bagaimana bisa kau menjadi robotku? Manusia haruslah bertingkah seperti manusia.” Nam Shin berhenti dengan aktivitas konyolnya lantas kembali serius menatapi Kang So Bong.  “Bagiku sudah cukup kau terus menjadi Dirut Nam yang seperti ini. Jangan berubah lagi. Jangan mengikuti perintah siapapun. Jadilah dirimu sendiri.”

“Apa kau benar-benar tidak mengerti?” Nam Shin mendelik heran. Kang So Bong rupanya menangkap arti yang salah pada kalimatnya tadi.

“Mengerti apanya?” Tanyanya ikutan heran. Benar saja, ia salah mengerti. Nam Shin berdecak lalu menggaruk-garuk kepalanya yang juga tidak gatal. Ia frustasi.

“Apa aku harus mengatakannya dengan sangat jelas agar kau mengerti? Apa kau sebodoh itu? Kau bilang kau ciptaan ibuku dari masa depan. Bagaimana mungkin kau tidak mengerti yang kukatakan tadi?” Ia pun meradang kesal.

“Ya!” Kang So Bong memekik. Ia ikut naik pitam. Sekejap, suasana serius penuh ketulusan tadi berubah mencekam dan tegang. Lagi, mereka harus berdebat. “Jangan hubung-hubungkan perkataanmu tadi dengan fakta tentangku. Kau pikir aku harus bisa mengerti semua yang kau katakan dengan absurd seperti tadi?”

“Absurd?” Nam Shin makin di puncak emosi.

“Neo jinjja—aisshh!” Kang So Bong menahan kalimat umpatannya. Ia lantas melongos pergi sembari mendorong tas kopornya.

Are You Human Too? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang