- Happy reading -
Lisa berjalan turun menuju meja makan, ini sudah jam setengah 9 namun dia masih tinggal di rumah, seharusnya dia sudah di sekolah 2 jam yang lalu, namun karena kecapean akibat kemarin dia sampai terlambat bangun, dia memilih pergi ke kesekolah dan di hukum daripada hanya tinggal di rumah berdiam diri.Lisa melihat ke arah meja makan, hanya ada roti dan selai kacang, Lisa dengan santai mengambil roti dan mengoleskan nya selai kacang, setelah nya ia memakan roti miliknya. 15 menit berlalu Lisa segera keluar untuk bersiap di antar ke sekolah.
"Pak, antar aku kesekolah." Lisa berucap saat melihat supir pribadi papa nya berada di rumah, sebenarnya dia bisa saja naik bus namun dia sudah sangat telat untuk itu.
"Baik nona."
Di perjalanan Lisa hanya terdiam memikirkan gadis yang kemarin di temuinya, tak terasa senyumnya merekah saat mengingat betapa kesalnya gadis itu saat melihat Lisa di dalam mobilnya, Lisa memperbaiki duduknya sejenak dan kembali tersenyum.
"Ah, bagaimana caraku untuk mengetahui namanya?" Gumam nya
Entahlah, baru saat ini Lisa jatuh cinta hanya sekali lihat, dia benar benar dibuat mabuk oleh gadis itu.
"Tapi sepertinya dia lebih tua dariku, dia seperti gadis kantoran" monolog Lisa sambil kembali membayangkan wajah kesal Jennie waktu itu.
"Nona anda tidak apa apa?" Supir pribadi papa Lisa bertanya sambil menatap cermin yang berada di mobil, sedangkan Lisa hanya tersenyum dan menggeleng kan kepalanya.
.
Jennie kini berjalan menyusuri setiap koridor sekolah miliknya, dia hari ini dijadwalkan untuk melihat perkembangan sekolah miliknya. Dia sedikit puas, pasalnya 90% semua fasilitas nya lengkap, seperti fasilitas ruang musik yang sudah memiliki studio sendiri bahkan alat musik semuanya lengkap, masing masing kegiatan yang ada di sekolah ini sudah memiliki ruangan sendiri. Bahkan saat ini dia berencana ingin lebih meningkatkan prestasi murid di sekolah ini. Bagaimana tidak, dia mendapat banyak laporan bahwa banyak anak murid sekolah ini terlibat perkelahian antar sekolah, bahkan paling parahnya ada seorang wanita yang ikut bertempur disana.
Jennie hanya merasa miris, dia tak habis pikir, apa orang tuanya tak pernah mengajarkan nya cara bersikap baik, dan tidak melarang nya untuk ikut bertarung seperti itu. Apalagi anak mereka adalah seorang gadis, hanya saja jika pria yang seperti ini bisa saja di wajar kan, tapi bagaimana jika gadis? Bisa saja dia dibunuh langsung.
"Bagaimana caranya agar bisa membuat mereka berhenti bertarung seperti itu?" Jennie bertanya saat sudah selesai mendengar cerita kepala sekolah disini, sedangkan yang di tanya hanya menggeleng kan kepalanya.
"Kami sudah mencoba banyak cara, mulai dari menskorsing mereka, memanggil orang tuanya, sampai mengancam nya keluar dari sekolah pun sudah kami lakukan. Tapi tetap saja, anak muda jaman sekarang tak akan ingin menurut."
Jennie berhenti berjalan yang membuat sekertaris dan kepala sekolah tadi ikut berhenti.
"Bagaimana bisa kau hanya mengancam nya? Kenapa tidak kau keluarkan saja?" Jennie bertanya dengan wajah dinginnya membuat sang kepala sekolah meringis.
"Maafkan saya nyonya, saya tidak berani." Jennie mengerutkan keningnya dan semakin menatap nya tajam meminta penjelasan.
"Say--saya, maksud ku mereka rata rata adalah anak dari orang yang juga ikut membantu pembangunan sekolah ini." Jennie mengumpat dalam hati saat mendengar jawaban yang di keluarkan olehnya.
"Ah, shit! Menggunakan kekuasaan huh?" Gumamnya dalam hati dan kembali berjalan, saat berjalan sambil kembali membahas kembali perkembangan sekolah ini, tiba tiba teriakan di ujung koridor membuat mereka ber 3 kaget.
"Yakk!! Berhenti disana!!" Pekiknya namun tak dihiraukan oleh seorang gadis yang sedang berlari menjauh, gadis itu tetap saja berlari sekencang mungkin tanpa melihat kedepannya, tiba tiba..
Bruk!
Deg!
Lisa tak berkutik sedikitpun saat melihat gadis incarannya kini berada di bawahnya, keduanya saling menatap satu sama lain, dalam hati Lisa tersenyum saat melihat wajah Jennie yang berjarak sangat dekat dengannya, Jennie yang tersadar pun segera mendorong bahu Lisa agar menjauh darinya.
"Aw!" Rintih Lisa sambil memegangi pantatnya yang sakit akibat terbentur dengan tehel sekolah, sedangkan Jennie segera berdiri dan sedikit merapikan tatanan rambut dan bajunya. Diliriknya sekertaris nya dan kepala sekolah tadi yang hanya menganga melihat kejadian tadi.
"Sini kau, jangan lari lagi. Anak nakal." Guru yang tadi mengejar Lisa segera memegang pergelangan tangan Lisa dengan erat, nafas yang terengah-engah membuatnya kembali mengatur nafasnya, sedangkan Lisa hanya tersenyum gugup saat di tatap tajam oleh Jennie.
"Nyonya, maafkan kelakuan nya tadi." Jennie hanya berdehem dan kembali mengatur raut wajahnya kembali tenang agar tak terlihat bahwa dia sedang emosi saat ini.
"Tidak masalah." Jennie dengan cepat ingin pergi dari sana, rasanya dia sangat muak melihat wajah gadis di hadapannya. Ini sudah kedua kalinya pertemuan mereka yang lagi lagi harus berkesan buruk. Baru saja dia ingin melangkah kan kakinya untuk pergi dari sana, tapi suara itu kembali membuatnya berhenti.
"Kakak cantik disini sedang apa?" Jennie memejamkan matanya saat mendengar suara menyebalkan itu lagi.
"Bukan urusan mu."
"Ah aku tersakiti." Ucap Lisa sambil memegang dadanya seolah olah sangat tersakiti, sedangkan Jennie kembali berjalan.
"Pak, bapak tau dia siapa?" Tanya Lisa pada Mr. Park
"Dia, pemilik sekolah ini." Mr. Park menjawab membuat Lisa mengerut kan kening nya.
"Omo!" Kagetnya, bagaimana tidak? Seorang gadis yang semudah Jennie adalah pemilik sekolah ini? Omo, ini adlh salah satu paling banyak di incar di Korea.
"Namanya siapa?" Lisa kembali bertanya dengan wajah kagetnya.
"Jennie, Jennie Kim."
Lisa tersenyum penuh arti saat mengetahui nama Jennie,
'ternyata sangat mudah mendekati nya.' batinnya.
Lisa segera berjalan ke arah lapangan untuk menjalankan hukuman yang di berikan oleh Mr. Park. Rasanya, baru kali ini ia merasa sangat senang di hukum oleh Mr . Park, dia ingin cepat cepat menyelesaikan hukuman nya dan kembali menemui Jennie.
.
Disini Jennie berada sekarang, di rooftop sekolah miliknya, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya, disini sangat sejuk hingga membuat Jennie sedikit mengantuk dibuatnya. Dia membuka matanya kala mendengar ada seseorang yang mendekat ke arahnya. Dia berbalik dan lagi dan lagi bertemu dengan Lisa. Membuatnya mendengus kesal.
"Apa yang kau lakukan disini?" Lisa bertanya sambil duduk di samping Jennie, sedangkan Jennie segera bangkit dan ingin berjalan pergi dari sini tapi dengan segera Lisa menahan tangannya membuatnya terhenti
"Duduklah disini, aku janji tak akan menggangu mu." Lisa berkata sambil tersenyum yang membuat Jennie kembali duduk.
Lisa menetapati janjinya, dia saat ini hanya diam tanpa mengeluarkan suara, tapi sedaritadi matanya tak tinggal diam, dia selalu melirik ke arah Jennie membuat Jennie sedikit risih di buatnya.
"Berhenti melakukan itu."
"Ne?" Lisa berbalik dan menatap Jennie dengan bingung, sedangkan Jennie hanya menatap ke depan.
"Berhenti melakukan yang akan membuat yang akan membuat matamu sakit." Lisa tersenyum, walaupun nada Jennie yang dingin namun tak pelak membuat jantungnya berdegup kencang.
"Kau mengkhawatirkan ku?" Lisa bertanya membuat Jennie memutar bola matanya malas dan kembali tidak menjawab.
"Kau tau kalau aku menyukai mu?"
Jennie berbalik dan menatap Lisa yang tersenyum ke arahnya, sedangkan Jennie tak mengerti.
"Jangan mentertawaiku, yang jelas aku menyukai mu, dan kau tau apa artinya?" Lisa bertanya membuat Jennie menatapnya dan menggeleng kan kepalanya.
"Itu artinya mulai saat ini, kau milikku."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO! • jenlisa [End]
Teen Fictionbagaimana jika seorang CEO yang terkenal dingin, dan anti dengan percintaan di pertemukan dengan bocah berusia 18 tahun? kisah mereka berawal dari Lisa yang tidak sengaja bersembunyi di dalam mobil orang yang tidak di kenalnya, Jennie yang tak tau...