Jennie kini duduk di sofa ruang tamu rumahnya, dia tersenyum kala mengingat wajah merah padam milik Jinyoung, rasanya dia masih belum puas setelah apa yang ia lakukan semalam, seharusnya ia mengungkapkan semuanya malam itu, tetapi Jennie tau bahwa itu bukan lah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya, agaknya Jennie sedang merencanakan sesuatu saat ini. Dan, Jennie harap ini tidak terlambat.
Tuan Kim berjalan menghampiri putrinya, yang terduduk di sofa sambil melamun. Dia menatap sekilas lalu mengambil duduk di hadapan Jennie, dia mencoba menegur namun Jennie seperti tak dengar sama sekali.
"Jennie!" Jennie tersentak saat mendengar suara bariton ayahnya meneriaki namanya dengan kencang, Jennie hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menatap ayahnya canggung.
"Iya, yah?" Tuan Kim menghembuskan nafasnya pelan kala suara dingin Jennie kembali menyambutnya, sudah 2 bulan ini hubungan nya dan Jennie tidak membaik, bahkan tuan Kim sampai mengundurkan acara tunangan nya bersama dengan Taeyong, yah pada dasarnya dia menunda untuk membuat anaknya menjadi milik lelaki bejad seperti Taeyong.
"Apa kai kemarin menemuimu?"
Jennie menyandarkan tubuhnya ke sofa menatap ayahnya jengah, entah sudah keberapa kalinya ia bilang pada ayahnya bahwa dia tak suka dijodohkan seperti ini, apalagi dia sering membuat kai datang kekantor nya dan membuat semua karyawan lainnya benar benar mengira mereka berpacaran, bahkan dengan gilanya tuan Kim mengumumkan bahwa Jennie dan kai sudah tunangan pada semua staff satu kantor, membuat Jennie semakin tak bisa membendung kekesalannya pada ayahnya.
"Please, kalau ayah ingin membicarakan soal dia, Jennie mohon jangan sekarang." Mohon Jennie masih menatap ayahnya datar, dia tidak suka dengan ayahnya yang sekarang yang selalu berlaku seenaknya pada dirinya.
Tuan Kim menghela nafas nya pelan. "Tapi ini untuk kebaikan mu Jennie, bagaimana bisa ayah membuat mu lengser kejalan yang salah? Ayah akan merasa gagal jika seperti itu"
"Ayah tidak perlu berbuat seenaknya lagi seperti ini, aku sudah dewasa. Bahkan aku sudah bisa menjalankan perusahaan ayah lebih baik dari ayah" Jennie semakin menatap tajam tuan kim, matanya memerah ingin menangis dengan sifat ayahnya.
"Setidaknya kau tetap pada jalan yang lurus Jennie Kim!" Bentak tuan Kim membuat Jennie tersenyum miris, dia sedikit menghapus air mata yang keluar dari ujung matanya.
"Aku sudah dewasa, aku sudah bisa memilih mana yang baik untukku dan mana yang buruk untuk ku. Dan aku memilih jalan ku sekarang karena itu yang terbaik untukku!" Pekiknya sambil berdiri menatap tajam sang ayah, pupil matanya membulat menandakan ia sangat marah saat ini.
"Aku tidak mengajarkan mu seperti ini Jennie Kim! Dan juga sejak kapan kau bisa berteriak di depan ku?! Inilah yang ku takutkan jika kau benar benar ke jalan yang salah, bahkan ayah mu sendiri kau sudah bisa membentak nya, turunkan pandangan mu Jennie Kim!" Bentak kembali tuan Kim membuat Jennie memalingkan wajahnya dan menundukkan kepalanya, dia hanya tidak suka ayahnya mengaturnya dengan seenaknya.
Dia sudah dewasa, dia berhak memilih siapa yang bisa bersama nya, setidaknya ayahnya mengerti akan itu. Jennie hanya tidak suka di atur dan dijodohkan seenaknya seperti ini tanpa persetujuan nya, bukannya dia kejalan yang salah hanya saja dia mencari alasan agar sang ayah mengerti dengan apa yang ia inginkan, bukan bermaksud mengecewakan Jennie hanya ingin berlaku seperti manusia lainnya yang hidup bebas tanpa beban sepertinya.
"Maafkan aku" cicitnya membuat tuan Kim memijat pelipisnya pelan kembali menatap putrinya yang kini menunduk merasa bersalah.
"Jangan pernah berlaku dingin lagi pada kai, mulai lah menerima nya" suara tuan Kim memelan menandakan betapa lelahnya dia akan sifat putrinya saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO! • jenlisa [End]
Teen Fictionbagaimana jika seorang CEO yang terkenal dingin, dan anti dengan percintaan di pertemukan dengan bocah berusia 18 tahun? kisah mereka berawal dari Lisa yang tidak sengaja bersembunyi di dalam mobil orang yang tidak di kenalnya, Jennie yang tak tau...