- delapan belas -

16.5K 1.3K 53
                                    

Jennie berjalan memasuki rumah besar tuan manoban, sedikit menghela nafasnya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, mencoba mencari kata kata yang bagus yang akan di lontarkan nya disana.

Kai berbalik menatap Jennie dan perlahan memegang bahunya, bagai memberi kekuatan untuk Jennie. Kai tersenyum dan mengepal kan tangannya di udara.

"Ku yakin kau bisa !" Jennie tersenyum sekali lagi dan mengangguk mantap.

Jennie berjalan menjauh dari kai menghiraukan kai di belakang nya yang kini perlahan menjauh dan pergi dari sini. Jennie masuk kedalam saat sang asisten rumah tangga membuka pintu rumah lebar lebar, mengedarkan pandangannya dan berjalan masuk ke dalam dapur, disana sudah terlihat keluarga manoban yang sedang makan dalam diam, kecuali Lisa.

"Ehem, bisakah aku bergabung?" Semua yang ada disana tersadar akan ada nya Jennie dan berbalik menatap Jennie heran, sedangkan Jinyoung sedaritadi mengatupkan rahangnya tak tau harus berbuat apa, dia merasa takut saat ini, dia merasa dalam masalah besar.

"Eh, Jennie. Mari duduk." Sambut Ara sambil tersenyum manis membuat Jennie ikut tersenyum manis, dia mengambil duduk di samping Taeyong lelaki yang membuatnya jijik setengah mati, tetapi demi bisa berhadapan dengan Jinyoung hanya untuk sekedar memberinya smirk hingga membuat Jinyoung kaku, sedaritadi dia tak bisa diam, rasanya gelisah menghantam tubuhnya.

"Hallo semuanya, selamat malam." Jennie berucap sapa dibuat semenyenangkan mungkin, namun tidak untuk Jinyoung itu seperti ancaman tersendiri baginya.

"Apa motif mu kemari?" Taeyong membuka suara menatap wajah Jennie yang kini tersenyum kecil, rasanya tangan Taeyeon sangat gatal ingin menghantam gadis ini setelah apa yang ia perbuat.

"Aku? Menemui calon mertua ku apalagi ?" Ujarnya setenang mungkin, Jinyoung menghentikan makannya sambil sedikit menghentakkan sendok dan garpu hingga menghasilkan bunyi yang cukup nyaring.

"Oh yah, Lisa mana Tante?" Jennie bertanya pada Ara, pasalnya dia benar benar ingin membuktikan bahwa Lisa baik baik saja sekarang, dia ingin menjelaskan apa yang Lisa lihat tadi, dan mengapa ia tak pernah mengabarinya, tak mau Lisa salah paham.

"Lisa di atas, sepertinya dia tidur" Taeyong terkekeh saat sang mama menyahut ucapan Jennie, tak habis pikir dengan apa yang Jennie ucapkan.

" Really ? Kau masih bertahan dengan orang gila itu?" Tatap Taeyong tak percaya, dia tak terima bahwa Lisa lebih unggul darinya, menurut nya Lisa tak bukan dan tak hanyalah sebuah debu kotoran yang menyusahkan dan tak berguna di matanya.

"Katakan apa masalah mu? Kau bahkan tak berhak mengatur ku ! Cih, terimalah nasib mu yang terbilang sangat malang bagiku" decak mulut Jennie membuat Taeyong menggeram tak terima, kedua orang tua nya hanya terdiam memilih melihat apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Jinyoung terdiam karena memikirkan apa yang akan terjadi, dan menerka nerka apa yang akan Jennie katakan, keringat dingin bercucuran di pelipisnya kala mengingat jika Jennie akan membongkar semuanya. Sedangkan Ara terdiam melamun, rasanya sangat lelah, dan sangat ganjal selama ini.

"Shit ! Kau terlalu sombong dan tamak bagiku, katakan berapa harga mu? Aku akan membayar mu sekarang juga"

Jennie terkekeh tak percaya, melihat Taeyong yang menatapnya rendah seolah membuatnya tak terima.

"Oh? Berapa banyak uang yang kau punya? Bahkan kurasa harga dirimu tak ada bandingnya dengan ku, eoh? Kau masih mau membayar ku? Ayolah, bahkan jika kau menjual dirimu sendiri masih tak bisa membeliku. Cih, pasaran. Yah kurasa harga dirimu sangat pasaran, kubayar dengan seonggok sampah pun, sampah masih lebih berguna darimu ! " Umpat Jennie merendahkan Taeyong hingga membuat Taeyong mengepalkan tangannya.

CEO! • jenlisa [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang