- sembilan belas -

18.5K 1.3K 236
                                    

Sebuah ruangan bercat putih memenuhi keheningan malam, dinginnya malam hari ini tak pelak membuat orang di dalam sana merasakan kedinginan, di tambah mesin penyejuk ruangan yang menyala tak pelak membuat nya kedinginan. Seorang wanita yang sedang tertidur di ranjang rumah sakit dengan tangan serta kedua kaki yang terikat membuatnya tak bisa bergerak ke mana mana.

Semua orang dalam ruangan tersebut terdiam, sejam yang lalu wanita tersebut tak habisnya berontak, mengamuk serta memaki. Dia sesekali menangis meraung Raung, dan bisa saja tiba tiba terhenti dan kembali tertawa seperti orang gila.

"Jelaskan padaku, yang kau katakan itu benar atau tidak?" Jennie memalingkan wajahnya menatap Taeyong yang sedaritadi berdiam kini membuka suaranya.

"Sudah ku jelaskan tadi bahkan aku mempunyai bukti, serta saksi." Kata Jennie berucap membuat Taeyong kembali bungkam.

"Ja--adi, selama ini dia bukan mama ku? Da--dan, aku cuman anak haram? Yang dilahirkan di dunia karena tidak di butuhkan? Katakan padaku Jennie bahwa semua itu tidak benar, kumohon! Aku bahkan sudah tak tau berlaku seperti apa di depan orang orang, aku malu terlahir sebagai seseorang yang tak diinginkan, aku malu!" Suara Taeyeong melemah seiring isakannya, dia masih belum bisa mempercayai ini dia berharap semua ini hanyalah bercandaan yang di lakukan oleh mereka.

Jennie menghembuskan nafasnya, merasa sedikit iba pada lelaki di hadapannya yang sedang terduduk lemah menahan isakannya, Jennie berjalan mendekat dan mengelus bahu Taeyong berusaha menenangkan nya, menepikan rasa egoisnya untuk saat ini.

"Semuanya akan baik baik saja, tapi kuharap mungkin setelah ini kau jangan pernah muncul di hadapan ku lagi. Pergilah sejauh mungkin, ambil semua harta ayahmu dan pergi dari sini, ini juga demi kebaikan mu" Jennie berjalan sedikit menjauh, Taeyong mendongakkan kepalanya menatap Jennie yang kini juga menatapnya dengan tatapan sendu, untuk pertama kalinya.

"Kumohon beri aku waktu untuk meminta maaf pada Lisa dan juga mamanya" Jennie menghela nafas dan melihat wanita yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Minta maaflah pada Lisa, kurasa jika bersama Tante Ara kamu tidak bisa. Lihatlah kondisinya saat ini sudah tak bisa di ajak untuk berbicara, kau bisa saja terluka. Akan ku sampai kan maaf mu jika dia setidaknya mulai sadar." Jennie kembali melirik Ara yang sedang terbaring di ranjang.

Semenjak kejadian dirumah tuan manoban tadi, Ara berteriak kencang dia mengamuk, dia bahkan tak segan segan melempari semua orang yang berada disana dengan guci antik miliknya sendiri, semua barang barang di rumah Jinyoung pecah berantakan, Ara mengingat semuanya, dia mengingat kecelakaan itu, dia mengingat bagaimana Jinyoung mengkhianati nya, dia mengingat melihat suaminya dan anaknya yang dilumuri darah di jalanan, dan dia pada waktu itu melihat Jinyoung yang berdiri tak jauh darinya menyaksikan suaminya kehilangan nyawa secara perlahan.

Hingga Ara tak terkendali, dia segera di bawa ke rumah sakit jiwa hanya untuk memenangkan nya. Dengan di bantu dengan beberapa bodyguard Ara berhasil di bawa pergi dari sana sebelum benar bener membunuh Jinyoung.

Dan setelah itu semuanya tak tau kemana Jinyoung pergi, dia menghilang. Serta Lisa yang hanya mematung di balik dinding dan berlari dari sana, Jennie tak sempat mengejar akibat dia terlalu cepat, namun Jennie sudah memutuskan untuk mengurus bodyguard nya agar mencari Lisa.

"Dasar brengsek kau!! Berani beraninya membunuh suamiku! Kembalikan suamiku!" Taeyeong dan Jennie berbalik dan menatap Ara yang kembali memberontak, dengan segera Taeyong berlari keluar memanggil perawat dan Jennie yang berlari berusaha menenangkan nya.

"Kembalikan anak ku brengsek! Berani sekali kau mengambil nya! Jangan harap kau bisa hidup tenang setalah membunuh suamiku!!" Teriaknya sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya dan kakinya.

CEO! • jenlisa [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang