bagian 1

1.5K 136 107
                                    

Tahun kelima

"Yang, kalo gini terus aku capek."

Perempuan yang duduk tegak di depan pria yang sudah hampir lima tahun selalu bersamanya, dengan tiba-tiba berkata bahwa ia lelah.

Belum ada respon dari sang pria, dia hanya memandangi perempuan di depannya dengan tatapan kosong.

"Ngalah terus ternyata capek, Yang. Ngertiin kamu terus juga capek banget rasanya."

"Aku harus gimana, Yang?" sang perempuan sudah menyerah pada pria di depannya.

Hampir seminggu ini dua orang yang sudah tidak bisa dibilang ABG ini selalu terlihat dalam suasana yang tak baik, setiap kali bertemu selalu saja ada yang membuat mereka menahan emosi. Tapi sekarang salah satunya sudah tidak bisa menahannya lagi.

Lelah. Itu alasan yang masuk akal kah untuk memutuskan hubungannya?

"Terus mau kamu gimana?" jawab sang pria dengan dingin. Membuat sang perempuan tersenyum tipis.

Kamu.

Panggilan yang asing untuknya, hanya terjadi jika mereka kembali sedang beradu mulut.
"Aku udah bilang ke kamu mau aku gimana. Tapi kayanya kamu enggak ada usaha buat merubahnya, Yang"
Sang perempuan masih setia memanggil panggilan sayangnya pada sang kekasih, sampai detik ini. Detik dimana dia sudah merasa lelah sekali menghadapi kebiasaan buruk kekasihnya.

Tahan. Kuat. Itu selalu menjadi kata motivasi untuknya. Tapi apa? Ternyata dia menyerah juga hari ini. Kata yang tidak ia niatkan untuk di ucapkan ternyata terucap dengan mudahnya.

"Kita break aja ya, Yang, kayanya kamu capek sama aku."

Tak ada kata apa pun yang keluar dari keduanya. Mereka masih sibuk terdiam satu sama lain.

"Aku minta maaf, Yang. Kalo aku selalu bikin kesel kamu terus. Aku cuma pengen kamu berubah."

Dan detik dimana sang perempuan meminta untuk break pun, dia masih setia memanggilnya dengan panggilan sayang.

"Jangan terlalu lama main game-nya ya, Yang. Inget badan kamu."

Hah. Klasik memang.

Alasan mereka untuk memutuskan hubungan yang sudah terjalin hampir lima tahun ini. Ditambah usia mereka yang sudah bukan remaja labil lagi.
Game dan pola hidup sang kekasih yang belum bisa ia rubah atau tidak mau ia rubah? Semua itu membuat si perempuan lelah.

"Kamu nggak nyesel minta break dari aku?" jawab sang pria dengan percaya dirinya. Bahkan di situasi seperti ini pun masih berpikir yang dibahas adalah bahan bercandaan.

Tidak ada jawaban dari sang perempuan.

"Ya udah kalo kamu maunya gitu. Jangan nyesel ya" lagi sang pria dengan entengnya berucap dan menyeruput kopi pesanannya yang sudah mulai dingin.

"Aku pulang dulu. Jaga kesehatan ya, Jin. Jangan sering sakit" tanpa lagi memanggilnya dengan panggilan sayang, sang perempuan meninggalkan kekasihnyanya sendiri dengan tagihan pesanan yang belum dibayarnya.
.
.

BREAK (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang