quarrel

534 60 28
                                    

Satu masalahnya terselesaikan, muncul masalah baru.

Siang itu ketika Jinyoung pulang ke rumah, dia sadar bahwa kedatangan ibunya pagi ini dan bertemu dengan Jisoo begitu sangat berdampak.

Awalnya Jinyoung senang pulang ke rumah karena mengira Jisoo akan kembali membaik, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Hal yang tidak bisa Jinyoung terima adalah Jisoo kembali histeris lagi semenjak ibunya berkunjung pagi itu, ibunya benar-benar mengatakan hal-hal yang kasar hingga membuat Jisoo menjadi seperti ini.

Psikiater yang menangani Jisoo sudah mengatakan untuk tidak pernah mengungkit kejadian kecelakaan itu lagi karena kondisi Jisoo masih sangat rentan untuk terpuruk.

"mau sampai kapan kau seperti ini? Apa kau tidak lelah menyakiti dirimu sendiri?" ujar Jinyoung kembali cemas lagi.

Jisoo terus saja menangis, stress dan depresi.

"berhentilah.....!! Kumohon Jisoo, berhentilah menangis..!"

Jisoo diam tapi air matanya terus saja jatuh "maafkan aku Jinyoung.... Mungkin benar yang dikatakan ibumu, kau bisa meninggalkanku dan pergilah dengan wanita lain"

Jinyoung menunduk tak kuat mendengar kalimat ini, lalu mendongak untuk mengacak rambutnya sendiri "semua kalimat yang diucapkan ibuku adalah racun, berkali-kali aku bilang padamu jangan dengarkan dia, sekarang aku bahkan sudah lelah mengatakannya"

"tinggalkan aku, kumohon!"

Kalimat itu...........

Jinyoung menggeleng "jangan katakan itu Jisoo! Jangan menyuruhku untuk melakukannya! Aku tidak bisa hidup tanpamu..."

Jisoo masih terisak dan menghempas tangan Jinyoung dari bahunya "tinggalkan aku......!! Jika kau menikah denganku hanya karena menginginkan anak, mungkin perempuan lain bisa mewujudkannya untukmu.. "

"APA YANG KAU KATAKAN?" bentak Jinyoung semakin tidak suka.

Seharusnya Jinyoung tidak seperti ini, yah karena Jisoo sedang depresi dan masih trauma pasca kecelakaan itu, perempuan ini tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan, hanya terbawa emosi, dan Jinyoung seharusnya tidak menanggapinya dengan serius, tapi mungkin Jinyoungpun benar-benar lelah saat ini.

Jisoo masih tidak tenang, pembantu rumah tangga mereka bahkan kewalahan membantu Jinyoung untuk mengurusi Jisoo.

"hamili saja perempuan lain...!!" ujar Jisoo lemah disela tangisannya.

Jinyoung mematung, yang diucapkan Jiaoo jelas adalah kalimat ibunya, tapi Jinyoung jelas tak suka kalimat itu keluar juga dari mulut istrinya.

"berhentilah Jisoo kumohon!" ujar Jinyoung datar, dia sangat lelah.

"carilah perempuan lain....!!"

"TUTUP MULUTMU....!!" bentak Jinyoung semakin marah "apa kau bilang? Kau ingin aku menghamili perempuan lain agar bisa dapat keturunan? Apa kau gila?"

"bukankah memang seperti itu?"

"Jisoo... Apa kau tidak tahu pengorbananku selama ini seperti apa? Aku selalu berusaha berada di dekatmu apapun yang terjadi" bentaknya pada Jisoo.

"Jinyoung....! Orangtuamu terus saja menyalahkanku atas kejadian ini, aku sudah tidak tahan, memangnya kau pikir aku ingin seperti ini ha?  AKUPUN MUAK DENGAN DIRIKU SENDIRI, Jadi ikutilah apa kata mereka, berikan mereka cucu!"

"aku ingin sekali menamparmu, jadi berhentilah mengatakan bahwa aku akan meniduri perempuan lain untuk mendapatkan anak! Aku tidak akan pernah melakukannya sampai aku mati, kau mengerti?"

BE MY WIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang