Reunion.

590 52 7
                                    

Hari berikutnya, sepulang sekolah, Juhoon benar-benar datang ke rumah sakit, seperti janjinya kemarin bahwa dia harus meminta maaf pada Haeun atas kejadian di laut tempo hari.

Lain kali dia tidak akan mengerjainya lagi untuk menyuruhnya mencari ubur-ubur.

Pelan Juhoon membuka pintu rawat inap Haeun dan melongo masuk, Jaebum langsung menatapnya setelah sadar pintu itu telah terbuka.

"Juhoon? Kau datang sendiri?" ujar Jaebum kaget dan menyuruh Juhoon masuk.

Juhoon menggeleng lalu menengok ke belakangnya, dia datang bersama Emi, putri Jackson, tentu saja mereka diantar oleh supir.

"masuklah!" ujar Jennie juga.

Setelah membungkuk memberi salam, Emi langsung meletakkan keranjang buah yang dia bawah keatas meja, sedangkan Juhoon terus menatap Haeun yang sekarang berubah masam melihat kehadirannya disini.

"bagaimana keadaanmu?" tanya Juhoon mendekati bangkar Haeun.

Haeun berpaling, tak ingin melihat Juhoon. Emi langsung berjalan juga ke arah bangkar dan memperkenalkan diri pada Haeun.

"Emi imnida... " ujarnya tersenyum ramah.

Emi satu tahun dibawah Juhoon, mereka berteman karena Jackson sering menjemput Juhoon di rumah lalu menculiknya untuk dibawa pulang, lalu diperkenalkan pada putrinya, sejak itu mereka akrab meskipun beda sekolah, lalu ada Rain putra dari keluarga Mark Tuan, satu sekolah dan sekelas dengan Emi, lalu ditambah lagi dengan Haeun yang usianya 2 tahun dibawah Juhoon, kali ini Juhoon merasa bahwa sekarang dia telah benar-benar menjadi seorang kakak, yah dia yang paling tua diantara anak sahabat dari ayahnya.

Dia benci mengetahui fakta bahwa dia yang akan bertugas menjagai ketiga orang ini, sangat menyusahkan.

"bukankah wajahnya mirip dengan Rain?" bisik Emi ke telinga Juhoon, mumpung Rain tidak ikut, jadi dia bebas menceritai orang itu.

Juhoon menoleh "Rain akan marah kalau kau sama-samakan wajahnya dengan orang lain" balas Juhoon juga ikutan berbisik pada Emi agar Haeun tidak mendengarnya.

Jennie lalu menarik tangan Jaebum keluar dari ruangan, dia memberikan ruang untuk bocah-bocah ini saling mengobrol.

Tinggallah mereka bertiga.

Haeun masih tak ingin bicara, dia tidak mengenal Emi, dan dia sering terlibat masalah dengan Juhoon, menurutnya ini bukan situasi yang baik.

Emi dengan lincahnya langsung naik keatas bangkar, lalu menatap Haeun dengan teliti.

"bagaimana bisa kau tenggelam? Apa benar karena Juhoon menyuruhmu mencari ubur-ubur?"

Juhoon melotot pada Emi "hyaa jangan ungkit itu lagi! Aku hanya kurang kerjaan waktu itu dan menyuruhnya mencari ubur-ubur.. "

Emi menggeleng memandang Juhoon "lihat apa yang kau lakukan...!! Gara-gara sifat kurang kerjaannmu itu nyawa seseorang hampir tak tertolong, kau sangat kekanakan Juhoon... "

"ahhsss, aku setahun lebih tua darimu Emi, seharusnya kau memanggilku oppa...!!" protes Juhoon.

Emi menggeleng "aku tidak sudi"

Haeun masih tidak bicara dan hanya menyaksikan perdebatan antara Juhoon juga Emi, lalu didetik berikutnya, Juhoon menoleh padanya.

"Haeun-ah.... Mianhe... Aku datang karena aku serius ingin meminta maaf" ujarnya pelan.

Akhirnya Haeun menoleh, dia pikir ini sudah impas karena sebelumnya dia juga menuduh Juhoon menyembunyikan seragamnya, lalu tanpa pikir panjang, dia kemudian mengangguk.

BE MY WIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang