normal life

594 54 3
                                    

Keesokannya,

Jinyoung benar-benar meminta maaf pada Jackson ketika dia tiba di kantor, dia tak enak hati untuk mengabaikan Jackson, apalagi orang itu adalah bossnya, setelah ini, mungkin dia juga akan meminta maaf pada yang lain, kecuali Jaebum, dia tidak akan meminta maaf karena Jaebum memang pantas dipukul waktu itu.

"aku minta maaf" ujar Jinyoung datar.
Dia ada di ruangan Jackson ketika dia mengucapkan itu.

Jackson menatapnya juga tak enak, diapun merasa bersalah dan tak ingin ini semakin berlarut-larut "mm, aku juga minta maaf Jinyoung-ah, aku bukannya bermaksud untuk  menyembunyikan itu darimu dan menyelamatkan Jaebum, kami hanya tidak ingin kau tahu karena itu jelas akan menimbulkan masalah, Jaebum pun tak bisa disalahkan atas kejadian ini"

Jinyoung kembali menatapnya sinis "jadi kau mau bilang bahwa ini tidak akan menjadi masalah jika Jaebum menyukai istirku?"

"bukan itu maksudku"

"lalu apa maksudmu?" Jinyoung mulai sedikit meninggikan volume suaranya, masalahnya dengan Jaebum entah akan berlanjut sampai kapan.

Jackson berjalan mendekatinya, dia berbicara dengan suara pelan agar Jinyoung mengerti "perasaan Jaebum ke Jisoo datang dengan sangat tiba-tiba, bahkan ketika kau belum menikah dengan Jisoo, itu sudah sangat lama, dulu dia bahkan mengira kau tidak serius pada Jisoo dan membuat perasaan Jaebum padanya semakin tumbuh"

Jinyoung melempar pandangnya ke arah lain, dia emosi mendengar ini.

Jackson melanjutkan "Jaebum bukanlah tipe orang yang akan menghancurkan persahabatannya sendiri, percayalah!! Dia sudah cukup tersiksa untuk mengubur perasaannya dalam-dalam, hanya saja dia tak tahu bagaimana cara mengontrolnya, dia ingin menghapus perasaannya pada Jisoo tapi tidak bisa, itu sama seperti menyuruhmu untuk melupakan Jisoo tapi kau pasti tidak akan bisa Jinyoung, itulah yang sekarang Jaebum rasakan"

"ahhhhhssss, kenapa membandingkannya denganku?" Jinyoung melonggarkan dasinya dengan ekspresi kesal "ini yang tak bisa aku terima, aku tak ingin oranglain memiliki perasaan yang sama sepertiku pada Jisoo"

"aku tahu Jinyoung, aku tahu, hanya saja posisi Jaebum juga begitu sangat sulit"

"kau ingin aku untuk mengerti keadaan ini dan memaklumi kondisi Jaebum? Wahh yang benar saja..., kenapa Jaebum harus butuh pemakluman? Dia menyukai istriku dan kau memintaku untuk mengerti?" Jinyoung menggeleng "aku tak percaya kau mangatakan ini Jackson"

"Jaebum hanya butuh waktu, itu saja"

"waktu?? Dia menyukai Jisoo sudah bertahun-tahun, dan kau ingin aku memberikan waktu lagi untuknya? Mau sampai kapan? Sudah banyak waktu yang dia gunakan untuk terus-terusan menyukai Jisoo dan berpura-pura menjadi teman yang baik di depanku"

"hyaaa, Jaebum bukan orang yang seperti itu"

"kau membelanya"

"aku tidak membelanya, aku hanya ingin berdiri diantara kalian dan mencari jalan tengahnya"

Jinyoung memutar tubuhnya membelakangi Jackson lalu menghembuskan napas berat "aku tak ingin mendengar apapun" ujarnya berlalu meninggalkan ruangan.

Jackson menggerutu sendiri lalu menghantam meja kerjanya, sebenarnya diapun kesal dengan Jaebum dan tak suka dengan sifat keras kepala Jinyoung, hanya saja mereka berdua adalah sahabatnya, dan Jackson tak ingin menyalahkan siapapun.

Setelah hari ini berlalu, Jinyoung benar-benar tak pernah bertemu dengan Jaebum.

****

Hari-hari berlalu.

Jinyoung masih ada di kamar tapi belum juga berangkat ke kantor, dia sudah mandi pagi-pagi sekali tapi belum siap juga.

BE MY WIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang