drunk

607 58 4
                                    

Hari itu, Jinyoung mengajak Jisoo untuk datang bersama ke restoran milik Jaebum dan Youngjae, hanya saja itu adalah hari minggu dan Jisoo lebih memilih membersihkan rumah dibandingkan nongkrong bersama teman-temannya Jinyoung.

Jinyoung keluar rumah tanpa membuat janji dulu dengan Jaebum dan tanpa bertanya pada Youngjae apakah mereka ada di restoran atau tidak, karena biasanya di hari minggu, Jaebum dan Youngjae tak ada di restoran, mereka lebih sibuk di gedung kesenian.

Tapi di hari minggu itu, siapa yang sangkah ketika Jinyoung mencari mereka sampai ke rooftop, langkahnya berhenti dengan begitu tiba-tiba ketika telinganya mendengar nama istrinya disebut, di detik itu, Jinyoung memilih berdiri di ambang pintu lumayan lama sambil mendengar percakapan kedua orang itu.

Diwaktu yang sama ketika Jinyoung jelas mendengar bahwa Jaebum menyukai istrinya, membuatnya merasa bahwa dia benar-benar ditikam dari belakang, selama ini sifat Jaebum begitu sangat menipunya, dia kecewa.

Perdebatan dengan Jaebum tak bisa dielakkan lagi hari itu, Jinyoung merasa sangat-sangat sakit hati.

Setelah melalui perdebatan dengan Jaebum, dia langsung pergi, dia ingin agar hari ini cepat berlalu, dia benar-benar tak bisa menerima fakta bahwa sahabatnya sendiri telah menyukai istrinya, dia ingin melupakannya secepatnya.

Jinyoung bahkan berharap bahwa ini adalah prank, Jinyoung berharap semoga Jaebum hanya membuat lelucon saja, tapi masalah ini terlihat memang cukup serius karena Jaebum bahkan tak mengejarnya dan mencoba untuk menjelaskan bahwa ini hanya lelucon.

"bukan, ini bukan lelucon, Jaebum memang menyukai Jisoo... " Jinyoung bergumam sendiri sambil menjatuhkan kepalanya keatas meja kayu.

Sekarang dia sedang ada di bar.

Dia tak ingin minum, dia kesini hanya untuk melepaskan suntuk, dia tidak mungkin pulang ke rumah dalam keadaan pikirannya sekalut ini, Jisoo pasti bertanya-tanya lagi dan jelas Jinyoung tidak ingin menjawab apapun, bagaimana mungkin Jinyoung mengatakan pada Jisoo bahwa Jaebum menyukainya? Waahh bisa gila.

"minggu yang menjengkelkan...." gumamnya lagi.

Jinyoung hanya memesan air putih dengan es batu tapi tidak meminumnya, dia hanya memegang gelas itu lalu menatapnya lama, semua kalimat Jaebum hari ini benar-benar membuatnya muak, seharusnya dia tidak memukulnya sekali, seharusnya dia menghakarnya berkali-kali sampai dia puas.

"kenapa harus Jaebum...??" rutuknya. Lagi, bertanya pada dirinya sendiri.

Diapun tak ingin punya masalah dengan Jaebum, selama ini dia menganggapnya sebagai kakak, jika saja Jaebum adalah oranglain, mungkin Jinyoung tak akan pergi dengan cepat, dia akan memastikan laki-laki itu terluka parah baru dia pergi.

"AHHSSS MENYEBALKAN... " teriaknya kemudian lalu memukul-mukulkan kepalanya keatas meja.

Rata-rata pengunjung bar yang duduk didekat Jinyoung langsung menoleh bersamaan, bagaimana bisa seseorang yang hanya memesan air bisa berbicara sendiri layaknya orang mabuk seperti ini, Jinyoung mulai terlihat aneh dimata para pengunjung.

"hyung?"

Jinyoung menoleh dengan cepat "Bambam?" ujarnya kaget mendapati Bambam ada disini.

"kenapa kau ada disini hyung? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Bambam tak kalah kagetnya.

Bukannya menjawab, Jinyoung justru menunjuki Bambam dengan wajah masam "kau berada di pihakku? Atau dipihak Jaebum?" tanyanya tiba-tiba.

Bambam menaikkan alisnya, dia baru saja tiba tapi sudah dilempari pertanyaan seperti ini "kenapa menyuruhku memilih?"

"jawab saja....!! Aku tahu kau pasti kau akan membela Jaebum seperti yang lain"

BE MY WIFE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang