-- Jakarta Beauty --
Enaknya naik motor tuh ya begini, gak terjebak macet dan bisa nyelip di kerumunan mobil. Jadi kita cuma perlu lima belas menit doang untuk sampai di rumah gue.
"Bisa gak turunnya?" Tanya Lucas, karena motornya lumayan tinggi.
Mungkin suatu kelebihan gue punya badan kayak satang begini, jadi dengan mudahnya gue tinggal turun dari motornya Lucas.
"Wah enaknya punya kaki panjang." Kata gue, dengan nada sombong yang harus banget terselip di sana.
Lucas mendecih, "Kaki kayak lidi aja bangga!"
"Bacot!" Balas gue, lalu berjalan masuk ke rumah mendahului dia.
"Mommy i'm home~"
Gak lama setelahnya, Bunda nyamperin gue dengan celemek yang masih nempel di badan, "Tumben pulangnya cepet?"
"Udah gak ada kelas, Bun. Makanya pulang." Jawab gue, yang lagi duduk untuk melepas sneaker yang gue pakai.
"Oh gitu. Tadi Bunda denger suara motor. Kamu pulang naik motor, ya?"
Gue mengangguk, "Iya, Bun, dianterin Lucas, tuh anaknya."
Gue menunjuk Lucas yang masih benerin rambutnya yang berantakan karena pake helm.
"Udah ganteng. Sini masuk!" Teriak gue dari dalem, "Bun, disambut tuh. Aku ke kamar dulu mau ganti baju."
Gue beranjak menuju ke kamar gue di lantai dua. Sebelumnya gue melihat Lucas salim ke Bunda. Entah apa yang mereka bicarakan, yang penting gue harus cepet ganti baju.
Gak enak kalau Lucas nanti lama menunggu.
Sepuluh menit kemudian, gue udah selesai membereskan diri gue.
"Ayo cas!" Ajak gue, yang udah siap dengan setelan kaos dan jaket jeans yang gue pegang.
"Eh udah mau pergi? Gak makan dulu?" Tawar Bunda.
Gue menoleh ke arah Lucas, "Mau makan dulu?"
Lucas menggeleng, "Gak usah, Tante. Biar sekalian aja nanti."
Bunda mengangguk dan mendekat ke arah gue terus memincingkan matanya ke arah tangan gue yg belum kebalut sama jaket.
"Kenapa nih?" Tanya Bunda.
Mampus gue.
"Jatuh tadi, Bun. Iya jatuh, pas main basket, hehe."
"Sejak kapan kamu suka main basket?"
Sejak tadi?
Gue menggaruk tengkuk gue menjernihkan pikiran gue untuk memberi alasan yang tepat ke Bunda.
"Apa salahnya buat jujur, sih?" Bisik Lucas.
Gue melototi Lucas dan membalas bisikannya, "Gak berani gue."
Lucas menghela napas, "Jadi gini Tante, dia abis jatuh karena kakinya di jengkal sama temen di kampus." Jelasnya ke Bunda.
Bunda yang tadinya senyum-senyum cantik bikin adem, sekarang mengernyit heran dan kelihatan garang banget.
"Di jengkal siapa? Kok bisa?"
"Sama Mark, Tante. Lucas gak tau perihalnya apa, tapi Tante tenang aja udah Lucas beresin kok orangnya."
"Loh? Mark yang anaknya Bu Jessica itu kan?" Tanya Bunda ke gue.
Gue mengangguk, "Iya, Bun."
Bunda mengelus pundak gue, "Yaudah biarin orang jahat ke kita. Kita gak perlu ikut-ikutan, daripada dosa." Nasihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My ID Is Jakarta Beauty
Fanfiction[Selesai] Im not beauty like a queen, im just beautiful me. -Chou Tzuyu, 2019. A prequel of "My ID Still Jakarta Beauty" Ps : - coba baca sampe selesai dulu, jangan cuma part awal-awal - A story by imjenodam, 2019.