12. Fallin' In Love

1.2K 175 20
                                    

-- Jakarta Beauty --








Dua hari setelah kejadian mencari tahu si penguntit nya Lucas. Alias Kang Mina. Gue selalu pergi ke kampus dengan pikiran yang kemana-mana.

Ada saat dimana memikirkan gimana caranya bikin Mina menghentikan perbuatannya dan meminta maaf ke pihak yang dirugikan.

Ditambah, gue juga memikirkan hal apa lagi yang akan dilakukan oleh Mina.

"Cumi!"

Gue menoleh saat merasa ada yang meneriakkan nama gue.

Ternyata Jeno.

"Paan?" Gue menyahuti Jeno, yang sedang berjalan menghampiri gue.

Bukannya menjawab, Jeno malah menarik tangan gue untuk mengikutinya.

"Eh..eh, gue mau dibawa kemana ini?" Tanya gue panik.

"Ntar juga lo tau." Jeno terus mempercepat langkahnya, membuat gue terseret-seret dan harus menyamakan langkah kakinya.

Gue terus mengikuti Jeno dengan malas, dan sesekali gue melihat orang-orang yang menatap gue dengan tatapan aneh.

What's wrong?

"Udah sampe nih." Jeno berhenti di sebuah mading kampus, lalu mendorong gue untuk membaca selebaran yang tertempel disana.

"Selesai lo baca, lo pasti tau ini ulahnya siapa."

Gue mendekati mading tersebut, dan mengamati selebaran itu lalu dengan perlahan membacanya.

"Chou Tzuyu mahasiswi FK ternyata putri dari pasangan yang tersangka terlibat dalam kasus penggelapan dana tahun 2016"

"Apa-apaan?" Gue murka, lalu melepaskan selebaran tersebut dan merobeknya.

Meski gue tahu berita itu gak benar, namun itu tetap menyakitkan untuk gue. Mengingat bahwa orang tua gue dipermalukan di sebuah Universitas yang seluas ini.

It's okay you judge me, but not my parents. Thank you.

Gue menghapus air mata gue, lalu pergi dari sana. Belum beberapa langkah gue beranjak, tangan gue dicegat oleh seseorang.

Gue menoleh untuk melihat siapa yang mencegat gue.

"Apa?" Tanya gue dengan malas.

"Chou Tzuyu, si Jakarta Beauty. Jangan-jangan orang tua lo ngelakuin itu demi bayarin biaya operasi plastiknya lo?"

Lalu dia tertawa remeh bersama teman-temannya.

Apaan sih? Sembarangan banget itu mulut kalau ngomong.

Mendengar omong kosongnya, lantas gue dan Jeno mendecih.

"Iya kenapa?"

Gue menghampirinya, mengikis jarak yang terpaut antara gue dan orang ini. Entah siapa, gue sendiri pun gak kenal.

My ID Is Jakarta BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang