14. Misunderstand

1K 150 54
                                    

-- Jakarta Beauty --








"Makasih ya, Dery."

Gue jadinya dianterin Hendery sampai rumah. Padahal gue udah nolak, dengan alasan nanti dia pulangnya ribet. Tapi dia bersikeras kalau dia tinggal telepon sopirnya doang.

Mau gak mau, gue terima tawaran dia.

"Iya, santai." Kata dia, sambil senyum.

"Sopir lo udah dihubungin?" Tanya gue.

"Udah. Lagi dijalan kayaknya."

"Emangnya dia tau alamat rumah gue?"

Mendengar gue bilang gitu, Hendery ketawa. Lagi-lagi dia ketawa tanpa perlu gue untuk ngelawak.

"Zaman udah canggih, ngapain coba ada fitur send the location?" Sahut dia, sambil terus ketawa.

Gue malah kelihatan bego banget. Ini efek rusaknya mood gue nih, jadinya berakibat buruk sama kecerdasan otak gue.

Padahal aslinya, gue emang lemot sih.

Gue nyuruh Hendery masuk bentar, cuma dia nolak. Katanya gak enak sama orang tua gue, malem-malem kerumah.

Padahal mah gak papa, buktinya Mark, Jeno, Yeri pun sering kesini tengah malem. Orang tua gue pun gak merasa keberatan.

"Gak papa. Gak bakalan dimarahin. Tenang, Bokap gue gak gigit kok." Kata gue, membujuk dia yang susah banget buat disuruh masuk bentar.

"Ah gak usah deh, gue disini aja." Tolak dia.

"Banyak nyamuk loh. Gue gak tanggung ya kalo tiba-tiba lo kena DBD."

Dia ketawa lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Ternyata itu lotion anti nyamuk.

"Buat apa punya beginian kalo gak dipake?" Kata dia, "Gue setiap ke roof top punya Kakaknya Jeno pake ini terus. Biar gak DBD kayak yang lo bilang barusan"

Gue gak dengerin ceritanya, tapi malah fokus ketika dia nyebut namanya Jeno.

"Lo kenal Jeno?" Tanya gue, buat ngeyakinin itu.

Dia ngangguk, "Gue, Jeno, Mark sama Lucas, semuanya ketemu waktu SMP. Kita sahabatan. Sampe dimana Mark, Jeno gabung sama geng tawuran gitu dan nyisain gue sama Lucas."

"Karena Lucas merasa mereka berdua gak setia kawan, akhirnya dia juga gabung sama geng tawuran." Sambungnya, kemudian.

"Terus lo gak ikut?"

Dia menggeleng, "Gak, gue gak ada hentinya buat nyatuin mereka bertiga kembali. Gue berkali-kali negur mereka buat gak saling serang."

"Sampai akhirnya, gue difitnah. Gue dibuat seakan-akan gue yang buat mereka jadi musuhan gitu." Hendery menghela napasnya pasrah.

Tapi gue bingung akan satu hal, kenapa dia kelihatan jahat banget waktu ketemu sama gue dan Jeno tadi siang?

"Tapi kenapa lo tadi siang-"

My ID Is Jakarta BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang