05

10 1 1
                                    

Alarm berbunyi membangunkanku dari mimpi yang semu. Jam menunjukkan pukul 07.30. Aku membuka jendela, memaksa cahaya untuk merasuk pada kamar yang kehilangannya. Langit biru itu kini tersenyum cerah. Semilir udara mengibaskan tubuhku yang berdiri di depan jendela. Aku memejamkan mata, yakin, suatu saat akan merindukan hari ini. Dan di hari itu, semuanya tak seperti hari ini.

Baru-baru ini sebagian ingatanku mulai kembali. Saat itu Dad mengendarai sebuah truk. Namun, ia tak benar-benar menjalankannya dengan baik. Ketika melihat sebuah mobil menuju ke arahnya, bukannya menginjak pedal rem, ia malah menginjak pedal gas. Dad meninggal di tempat begitu pun dengan seorang gadis yang duduk di kursi penumpang mobil. Dokter Daniel mengatakan bahwa aku terkena amnesia dan akibat luka di wajahku akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan sebuah operasi.

Operasi plastik yang membuat wajahku serupa dengan seseorang bernama Anatasya Riri. Entah atas dasar apa ia memutuskan. Ia hanya memberi kartu namanya seolah-olah tahu bahwa suatu saat aku akan membutuhkannya.

Aku memakai sebuah dress selutut, lalu memoleskan lipstik berwarna merah. Tak lupa sedikit cream dan bedak. Hari ini aku ingin tampil cantik di hadapan ibu. Aku bangkit dan berdiri lalu meraih high heels warna hitam.

Di hadapan cermin full body, hadir seorang gadis berusia 17 tahun dengan perawakan seperti bidadari.

Tiba-tiba saat aku asyik bercermin, terdengar bunyi dering ponsel.

"Halo?"

"Benar dengan Ririn El Husna?"

"Iya, dengan saya sendiri."

"Ibu Anda telah melakukan bunuh diri."

"...."

"Halo?"

Tubuhku mematung dan ponsel jatuh ke lantai. Seketika kakiku lemas, tak peduli dengan high heels yang membuat terjatuh. Air mata menetes jatuh membasahi.

Namun, setelah itu seolah ada diri yang lain, ia menyuruhku untuk bangkit dan membalaskan dendam.

Aku melempar high heels dan memakai sendal jepit. Lalu bergegas mengeluarkan motor dan mengendarainya. Sama seperti waktu sebelum kejadian itu, kecepatan hampir mencapai 120 KM/Jam. Aku tak peduli dengan kemungkinan kecelakaan yang besar, waktu tidak boleh terbuang percuma.

Begitu sampai di halaman parkir, aku langsung memarkirkan motor lalu pergi ke ruang ibu dirawat sebagai salah satu pasien RSJ. Sontak saja langkahku terhenti ketika melihat Andrian yang sedang duduk di atas tempat tidur ibu. Di pangkuan tangannya terdapat sebuah buku harian.

"Andrian?"

"Ririn?"

Mata kami saling menatap, aku kagum dengan ketampanannya dan begitu juga sebaliknya. Ia memakai kaos dan celana jeans robek-robek.

"Loh, kok kamu bisa di sini?"

"Aku kan emang mau ke sini," balasnya, "kalau kamu?"

"Ibuku meninggal karena bunuh diri," ucapku dengan wajah tertunduk ke bawah.

"Gak mungkin!"

"Hah, apa maksudmu?" aku bertanya memancing untuk ia bicara.

"Sini deh duduk," balasnya.

"Aku harus ke pemakaman, sini saja bukunya," ucapku ingat dengan tujuanku datang ke sini.

"Nggak, kita baca bareng."

"Tapi ...." Belum selesai ia malah memotong sembari menggandeng tanganku.

"Aku anterin."

Andrian dan aku pergi ke pemakaman dengan memakai mobilnya. Aku menghela napas panjang, baru saja kemarin untuk pertama kalinya memeluk ibu. Sosok yang selama ini aku cari. Setengah jam berlalu akhirnya kami sampai di pemakaman. Tanahnya masih basah. Aku mengusap pelan nisan ibu, entah bagaimana kejadiannya hingga semua menjadi seperti ini. Percuma saja, tak ada yang harus dipertahankan. Lengkungan bulan sabit terukir di bibir menyadari telah benar-benar menjadi seorang anak yatim piatu.

Tiba-tiba terdengar petir menggelegar, membuat gaduh suasana duka anak yang ditinggal ibunya. Langit menghitam dilengkapi dengan awan mendung.

"Rin, ibumu sudah tenang di sana," ucap Andrian ketika melihat aku yang masih saja mematung di hadapan makam almarhumah ibu. Sementara hujan mulai menandakan kehadirannya lewat rintikan. Lalu menjadi sangat deras seperti seolah mengusir aku dan Andrian.

"Rin, sadarlah ibumu juga pasti tidak ingin kamu seperti ini. Ikhlaskanlah," ucap Andrian. Ia mengusap punggungku pelan.

"Tapi, An. Aku gak mau terpisah lagi sama ibu. Biarin aku tinggal di sini," balasku menolak ajakannya untuk beranjak.

"Lalu jika kamu tinggal di sini, ibumu akan hidup lagi? Walaupun keajaiban datang dan ibumu hidup, emang yakin ia bakal menyayangimu? Kemarin saja saat kamu peluk ia malah ...."

"Cukup!" teriakku, "memang kamu siapa?"

"Tidak ingat ya, bukannya dulu kamu yang menyuruhku masuk dalam hidupmu?"

"Tapi aku tidak pernah bilang bahwa kamu berhak!"

"Ok, baiklah. Selamat berbahagia. Oh iya, kenapa tidak sekalian saja kamu gali makamnya dan tidur bersama ibumu?"

"Ideku ba ...." Aku menampar wajahnya sekeras-kerasnya. Ini sudah kelewatan.

"Cih, aku takkan menolong jika ada sesuatu."

Aku menatap kepergian Andrian. Jam-jam berlalu. Sedemikian siang yang berganti malam. Hujan masih turun bahkan lebih deras dari sejak Andrian pergi. Tanah pekuburan mengotori dressku.

"Ibu, aku cantik kan pake dress?"

Langit pun jatuh dan semua hitam. Aku membuka mata, sejauh mata memandang hanya hitam. Sebuah ruang kosong yang sunyi. Aku bangkit dan berjalan lalu berlari. Tiba-tiba aku melihat sebuah pintu dari bahan kayu oak yang dicat warna putih. Lalu perlahan-lahan ruang kosong yang hitam itu berwarna. Sebuah kamar di mansion. Dekorasi unik berbahan dasar kayu. Samar-samar aku mendengar suara pertengkaran hingga berakhir pada rintihan seorang wanita.

Di hadapanku, terlihat jelas ayah sedang menyiksa ibu. Dan di samping ayah ada seorang gadis kecil berusia dua tahun. Ia terlihat tersenyum senang seolah menganggap bahwa di hadapannya adalah sebuah permainan.

"Ayah, kenapa selesai?" tanya gadis kecil itu murung.

"Iya, soalnya ibu harus istirahat. Nanti kalau ibu sudah sembuh, kita main lagi, oke?" balas ayah sembari mengusap puncak rambut gadis kecil itu.

"Iya, Ayah."

Sungguh ketidakwarasan dalam keluarga

****
A/N: Author lagi mentok😅 jadi update kali ini lebih pendek daripada kemaren.

Oh iya, readers apa kabar? Keep stay cool ya;) jan kemana-mana karena Definisi Luka nggak ngephpin gak kek si doi (apaan sih lu, Thor. Curhat)

Ya meski author gak berani janji lagi. Tapi author akan berusaha buat getol update.

Sekian😘
Leave with vote and comment

Definisi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang