09

4 1 0
                                    

Sesi Flashback mode on. Disarankan mengubah latar menjadi warna hitam. Jangan lupa juga buat putar lagu Exo - For Life, biar feelnya makin dapet hehe😆

Cekidot😘

***

Seorang anak perempuan berusia dua tahun duduk di dekat pekarangan rumah. Sejak tiga puluh menit lalu ia hanya diam. Hingga seorang pria 30 tahunan menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Nak, mau main?"

"Kata Dad, ibu lagi sakit," ucap anak perempuan itu murung.

"Lee Soo Mai, ibumu tidak suka lihat kau murung begitu," ucap pria itu lalu mengacak-acak rambut anak perempuan di sebelahnya.

Soo Mai anak perempuan berdarah Korea-Inggris. Bermata sipit dengan wajah kecil. Anak dari pasangan Lee Min Seok dan Caroline. Namun, saat Lee Soo Mai menginjak usia 1 tahun. Caroline meninggal karena kecelakaan. Ada beberapa pekerja pabrik dari perusahaan milik Min Seok yang bertanggung jawab atas blongnya rem mobil Caroline. Kemudian dengan jangka waktu setengah tahun, Min Seok menikah dengan Arika El Husna. Wanita berdarah Indonesia.

Di kamar mansion, seorang wanita tengah menangis sesenggukan. Ia menatap lekat pemandangan di luar jendela. Rasa sakit di dadanya begitu menelusuk tajam. Luka-luka lebam bekas pukulan serta bekas goresan pisau memenuhi tubuh kurusnya. Lingkaran matanya hitam karena sangat jarang tertidur.

"Ibu, kata Dad, hari ini aku boleh main sama ibu."

Terkejut setengah mati, Arika jatuh dari atas ranjang lalu mundur menjauhi anak tirinya. Baginya, seorang anak perempuan yang imut dan cantik itu tak lebih dari iblis dengan rupa malaikat. Ia menutup matanya sembari menarik selimut di atas ranjang seraya menyembunyikan tubuhnya.

"Kau bukan anakku, pergi kau iblis!" teriak Arika histeris ketika melihat Soo Mai mendekatinya sembari memegang pisau roti.

Pisau roti atau pisau dapur, intinya tetap pisau!

"Sa-sayang, kau kenapa?" tanya seorang pria yang kemudian menghampiri dan memeluk Soo Mai.

"Ini bisa disebut sebagai delusi, gejala dari Skyzophrenia," ucap seorang wanita yang berada di sebelah Min Seok.

"Ini bisa disebabkan karena banyaknya tekanan atau traumatik berkepanjangan yang menyebabkan depresi," lanjutnya lalu menggendong tubuh mungil Soo Mai.

"Istriku tidak gila!"

Melihat wajah-wajah di hadapannya, Arika tertawa terbahak-bahak. Dalam hati ia bergumam, Sandiwara, ya? Min Seok dan Soo Mai, kedua iblis itu sedang berakting di depan psikolog agar bisa berlindung dari hukum!

"Jujur saja, aku dan Soo Mai sedih melihatnya melukai dirinya sendiri. Aku sudah tidak sanggup lagi," ucap Min Seok sembari menumpahkan air matanya.

"Ibu ...," teriak Soo Mai lalu menangis bersama Min Seok.

"Aku tidak ingin berpisah dengan istriku, Sohyun."

"Maaf, Min Seok. Sebagai sahabat karibmu aku tahu bagaimana selama ini kau kehilangan orang-orang yang dicintaimu. Tapi ...," ucap wanita yang disapa Sohyun lalu menarik napas panjang dan melanjutkan ucapannya, "kau sedang tidak meragukan skill mahasiswi jurusan psikologi sosial ini bukan?"

***

Setelah Arika di bawa ke rumah sakit jiwa, Min Seok pergi ke taman dengan anaknya. Ia membeli dua es krim rasa strawberry masing-masing untuknya dan untuk anaknya.

"Dad, aku senang! Terima kasih ya, untuk hari ini," ucap Soo Mai sembari menjilat es krim yang diberikan Daddynya.

"Kau tidak merasa kehilangan karena ibumu pergi?" balas Min Seok menatap Soo Mai heran. Ini adalah kedua kalinya Soo Mai kehilangan sosok "Mom" dalam hidupnya, tapi sama sekali ia tak pernah melihat raut wajah orang yang benar-benar kehilangan. Untuk ukuran seorang anak berusia 2 tahun, seharusnya sudah cukup mengerti emosi.

Akan tetapi, anaknya ... ia hanya memiliki raut wajah dingin dan emosi yang dibuat-buat. Kecuali, emosi senang di wajahnya saat ini. Setiap ayah di belahan dunia mana pun pasti menginginkan perkembangan dari buah hatinya, tak terkecuali Min Seok.

"Kau ingin ibu?"

"Yes, Dad, Eomma!"

"Mengapa tidak ibu?"

"Aku ingin Eomma baru, Dad," balas Soo Mai merengek manja.

"Bagaimana jika Zenana?"

Soo Mai menggeleng cepat lalu kembali merengek, "Eomma!"

"Baiklah, baiklah," ucap Min Seok sembari mengacak-acak rambut Soo Mai.

Tiba-tiba ponsel Min Seok berdering. Min Seok meraihnya di saku jaket dan menjawab.

"Min Seok, ini ibu. Kudengar istrimu itu ternyata gila, ya?"

"Iya," balas Min Seok pendek.

"Dari awal kan Ibu tidak merestui pernikahan kalian!"

Sejenak Min Seok melirik ke arah anaknya yang tengah asik menjilat es krim. "Aku mencintainya maka aku menikahinya, Bu."

"Di mana kau sekarang, Min Seok? Ibu sudah ada di depan mansionmu," ucap seorang wanita lanjut usia di sambungan telepon ponsel Min Seok.

Min Seok terkejut menanggapi kedatangan ibunya yang tiba-tiba. "Apa? Ibu ke sini?"

"Kau akan tahu begitu tiba di sini. Sebelumnya, cepat suruh penjaga mansionmu ini untuk membuka pintunya!"

Min Seok menarik napas panjang, ini akan menjadi pertama kalinya ia dan putri semata wayangnya bertemu dengan sesosok yang selama ini tak mau peduli selama 2 tahun. Sejak awal Ibunya tak pernah merestui pernikahannya dengan Caroline maupun Arika. Ia hanya akan merestui pernikahan putranya dengan sosok wanita yang dipilihnya.

Bisa dibilang ... perjodohan.

Tiga puluh menit kemudian, mobil yang dikendarai Min Seok bersama putrinya sampai di pekarangan mansion. Dilihatnya sesosok wanita lanjut usia yang duduk di lantai teras depan pintu. Di sampingnya duduk pula seorang anak perempuan dengan usia 3 tahun lebih tua dari Soo Mai. Begitu melihat Soo Mai digendongan Min Seok, ia langsung menghampiri dan memeluknya. Sedang reaksi dari Soo Mai hanya tatapan dingin tanpa ekspresi.

"Soo Mai, kau harus menghormati nenekmu," ucap Min Seok lalu menundukkan punggungnya dan Soo Mai.

"Maaf, Nek," balas Soo Mai lalu tersenyum penuh. Melihat tingkah lucu Soo Mai, ibu Min Seok tersenyum lalu menepuk-nepuk punggung anak perempuan itu pelan.

"Tidak apa-apa, lain kali Daddymu akan mengajari sopan-santun," ucap ibu Min Seok sembari menatap tajam ke arah putranya yang tengah tersenyum canggung, "Alice, ajak dia bermain!"

Alice ... jadi benar apa yang diucapkan Harris.

Anak perempuan berambut pendek itu menarik lengan Soo Mai yang masih diam di samping Daddynya. Lalu, memberikan sebuah permen lolipop.

"Alice, ini apa?"

"Ini lolipop, masa kau tidak tahu!" ucap anak perempuan yang disapa Alice itu lalu pergi ke luar mansion.

"Hei, jangan jauh-jauh!" teriak ibu Min Seok.

"Kau benar-benar tidak mengajarinya sopan-santun rupanya," ucap ibu Min Seok lalu duduk di kursi ruang tamu.

"Dia hanya belum tau, itu bukan kesalahan fatal, Bu," balas Min Seok lalu menyesap Cappucinonya.

"Bukan kesalahan fatal, katamu?" bentak ibu Min Seok sembari menggebrak meja membuat secangkir Cappucino tumpah.

"Aku bisa memperbaikinya, Bu! Untuk kali ini tolong jangan campuri kehidupanku," balas Min Seok seraya memejamkan matanya.

"Setelah peristiwa tiga tahun yang lalu, bahkan kau masih bisa mengatakan hal sama?" begitu mendengar pertanyaan ibunya, Min Seok terkejut. Mendadak lidahnya kelu.

"Kau masih ingat anak itu?"

"Daniel ...."

***
A/N:

Jeng-jeng-jeng!

Gimana nih setelah flashback, dapet pencerahan gak?

Btw, menurut kalian siapa sih yang jadi dalang dibalik semua ini?

Vote ya😘 jangan lupa sertakan alasan. Pemenangnya bakal ditag di chapter khusus;)

1. Andrian
2. Harris
3. James
4. Alice
5. Min Seok
6. Daniel

Definisi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang