Last Part

8 3 0
                                    

Aku memejamkan mata, menatap sepi jembatan yang biasanya ramai oleh pengendara. Langit gelap hanya berteman bulan.

"Kukira kau tak datang," ucap seorang laki-laki dan berdiri di sampingku.

"Harris?"

"Maaf telah banyak membuatmu kehilangan," ucapnya sembari menatap lurus ke depan.

"Aku menyuruh orang untuk membuat rem mobil dadmu blong, lalu aku membuat Angga mengancam ibumu untuk bunuh diri. Aku juga yang menuruh Angga dan James untuk seolah-olah menyelidiki kematian ibumu," ucapnya sembari menerawang jauh ke masa lalu.

"Dan aku juga yang membuat seolah-olah ini kakakmu bersalah. Ya, si Daniel bodoh itu." Mataku membelalak sementara jantung seolah ingin membuncah. Tak percaya dengan apa yang diucapkan Harris.

"Ia percaya saja ketika kukatakan bahwa dad ingin kau merasakan luka," ucapnya sembari terkekeh.

Ia menggenggam tanganku erat lalu berkata, "Kita harus mati bersama. Aku mencintaimu sejak pertama kita bertemu."

Aku berusaha melepas genggamannya, tapi ia malah semakin memegang erat hingga tanganku memerah.

Tiba-tiba saat tubuhku hampir jatuh ke bawah sungai. Sesosok lelaki dengan celana rumah sakit dan jaket berwarna merah muda bergambar boneka menarik tanganku dan membantuku naik.

"Andrian!" Aku langsung memeluk tubuhnya.

"Naiklah ke punggungku," ucapnya lalu menggendong.

Jika Andrian terlambat sebentar saja ....

"Jangan GR, aku belum balas dendam."

"Terserah kamu aja, tapi terima kasih, ya."

Terkadang seulas senyum lebih indah ketimbang memaksa untuk tertawa.

Mencintai bukan obsesi memiliki.

***

Pendek amat wkwkwk:v

Terima kasih aku ucapin ke readers, yang udah baca Definisi Luka sampai Last Part. Dukungan kalian sangat berarti di hati Author.

Mohon maaf juga karena sering ngaret.

Sampai jumpa di lain cerita:*

Definisi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang