*Gara-gara photo di atas👆 ide cerita ini muncul😊 (mirip sekali kalian ㅠ.ㅠ ) Gomapda master-nim😙
.
.
.Langit sudah menampakkan warna gelap. Jam dinding di keluarga Lee juga sudah menunjukkan pukul 7. Pada ruangan paling ujung terlihat seorang pemuda berjalan gontai menuju dapur. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka serta rambut yang terlihat acak-acakan menunjukkan bahwa sosok tersebut baru saja terbangun dari tidur.
Saat melewati ruang makan, hidungnya tidak sengaja mencium aroma sedap. Ternyata ada semangkuk ramyeon berukuran besar di atas meja makan.
Tanpa mencuci muka terlebih dahulu, Wonwoo langsung mengambil alat makan dan menyantapnya dengan lahap.
Sejak pulang dari sekolah Wonwoo langsung mengunci diri di kamar. Rasa lelah yang mendera akibat sering berlatih membuatnya langsung pergi tidur saat tiba di rumah. Bahkan ia juga tidak sempat untuk berganti baju. Entah sudah berapa lama ia tertidur. Yang Wonwoo ingat dirinya terbangun akibat perutnya yang terus berbunyi.
Dari kejauhan Dokyeom melihat aktivitas Wonwoo dengan senyum yang mengembang. Ia tidak menyangka kakaknya itu akan menyukai masakannya. Padahal itu hanyalah sebuah ramyeon. Tapi sang kakak tampak begitu menikmati.
Sebelumnya, Dokyeom mendapat pesan dari sang ayah bahwa ayahnya tersebut akan pulang larut malam. Sehingga, dimasaknya ramyeon yang ia beli tadi siang sebagai menu makan malam mereka.
"Kau suka?" tanya Dokyeom dengan senyum yang masih mengembang.
Wonwoo menghentikan aktivitasnya seketika.
"Kau yang membuatnya?" tanya Wonwoo tanpa menghadap ke objek yang ditanyai.
"Ne. Mau aku buatkan lagi?"
Tak
Dokyeom terlonjak kaget, sebab Wonwoo meletakkan sumpitnya dengan keras. Kakaknya itu kemudian berjalan cepat ke arah kamar mandi.
Tidak berselang lama suara orang yang tengah muntah terdengar.
Dengan panik Dokyeom berlari menyusul keberadaan sang kakak. Perasaan bersalah melingkupi hatinya. Bagaimana pun kejadian itu terjadi setelah sang kakak memakan masakannya.
Diluar dugaan, di dalam sana dirinya malah melihat Wonwoo dengan sengaja memasukkan jari telunjuknya ke dalam rongga mulut. Seolah tengah memaksa mengeluarkan isi di dalam perutnya.
"Apa yang kau lakukan? Hentikan!" cegah Dokyeom. Namun tanggannya langsung di tepis kasar.
Dokyeom menatap sosok tersebut dengan khawatir.
"Kau bisa mengeluarkan semua makanan yang telah kau makan."
"Itu tujuanku!" ujar Wonwoo dengan tegas.
Dokyeom memandang sosok di depannya dengan sedih.
"Ke-kenapa? Apa karena aku yang memasak?"
Tidak ada jawaban. Wonwoo bahkan kembali tidak peduli akan keberadaan sang adik. Setelah berkumur dan mencuci tangan ia langsung pergi, namun perkataan Dokyeom membuatnya sempat berhenti sebentar.
"Ayah bilang akan pulang larut malam nanti. Jadi aku berusaha membuat makan malam untuk kita. Lagian, cuaca juga sedang tidak ba-"
"Berhentilah ikut campur dan sok peduli padaku. Bahkan aku mati kelaparan sekalipun itu juga bukan urusanmu!!!"
"Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk pura-pura tidak peduli? Kau kaka-"
"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan 'hyung'. Karena aku tidak pernah menginginkan keberadaanmu dikeluarga ini."
Perkataan barusan seperti sebuah pisau bermata dua yang menancap kuat di hati Dokyeom.
Sakit.
"Dan satu lagi, jangan lagi menampakkan dirimu di hadapanku seperti tadi siang."
Setelahnya ia benar-benar pergi dan meninggalkan Dokyeom sendiri di dalam kamar mandi. Dokyeom tampak mematung di dalam sana. Tubuhnya diam tidak bergeming sama sekali. Air mata yang sudah lama tidak ia tunjukkan kini juga keluar dengan bebas. Ia pukul dadanya berkali-kali berharap rasa sesak yang kini dialaminya dapat segera hilang.
"Gwenchana Dokyeom-ah... gwenchana..."
Impiannya sedari dulu adalah bisa berkomunikasi langsung dengan sang kakak. Dan hal tersebut baru saja terjadi. Ia benar-benar melakukan komunikasi langsung dengan sang kakak. Tapi bukan situasi seperti tadi yang ia inginkan. Situasi yang penuh akan ketegangan. Situasi yang tersirat akan kebencian. Bukan seperti itu. Bahkan dengan gamblang, sang kakak mengatakan tidak mengharapkan keberadaannya.
Entah harus berapa lama lagi Dokyeom menunggu. Menunggu sang kakak berbalik menatap dirinya dengan senyum yang selalu diimpikannya. Memeluknya, mengelus pelan rambutnya. Ia ingin segera merasakannya. Dokyeom juga manusia normal. Ia juga bisa merasa lelah. Ia lelah menunggu moment-moment tersebut.
"Sebenarnya kesalahan apa yang sudah aku perbuat?"
TBC
×=================×
I'm back😎
Pendekan ya???
Mianhae... Soalnya storynya disimpan buat next chapter. Jadi, siap-siap next chap. bakal panjaaang beuuddd..Terima Kasih sudah membaca. Jangan lupa 'klik' bintang dan komen😊.
©DratnaK (15/02/19)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother and I (Wonwoo-Dokyeom)
FanfictionDokyeom tidak tahu apa alasan sang kakak membencinya. Bahkan sejak ia datang ke rumah hingga sekarang, tidak pernah sekalipun sang kakak bertegur sapa dengannya. Ia bahkan sering mendapatkan tatapan dingin darinya. Start : 12/01/19 Finish : - ©Drat...