Warning!!! typo everywhere!!!!
.
.
.
.
.Dua orang pemuda dengan seragam sekolah yang tidak terpakai sempurna tampak tengah mengamati gerak-gerik seseorang dari dalam mobil sport berwarna hitam.
“Kau lihat laki-laki di depan sana? Dia yang namanya Wonwoo.” Tunjuk pemuda yang berada di sisi kemudi.
“Jadi dia yang disukai Haeun,” sahut sosok lain di sampingnya.
“Kali ini apa yang harus kami lakukan, Joohyuk-ah?”
“Tidak usah.” Pemuda di kursi kemudi tadi terlihat terkejut mendengar keputusan ‘boss’nya yang tidak lazim. Biasanya jika ada seseorang yang berani mendekati 'sang kekasih' mereka akan mendapatkan tugas untuk menghabisi pemuda itu.
“Kau serius? Kau ingin membiarkannya mendapatkan Haeun?”
“Tentu tidak, bodoh!” ujarnya sarkas.
"Aku belum menyelesaikan kalimatku.”
Joohyuk mengambil pensil yang kebetulan tergeletak di atas dasbor. Ia sejejarkan pensil tersebut pada sosok Wonwoo yang tengah berjalan sendirian di atas trotoar.
“Kalian diam saja. Biar aku sendiri yang menyelesaikkannya.” Senyum licik andalannya ia keluarkan saat itu juga. Membuat siapapun yang melihatnya akan menciut kehilangan nyali.
“Lalu apa yang akan kau lakukan?”
Helaan nafas yang sangat santai keluar dari ketua geng yang sangat ditakuti siswa se-ibukota itu. Matanya yang tajam masih setia mengawasi Wonwoo dari dalam mobil.“Ini bukanlah kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Sebab Haeun ku dan pemuda sialan itu saling mencintai. Tentu tidak akan aku biarkan mereka bersatu. Karena sampai kapanpun Haeun adalah milikku. Selamanya.”
Bagi Joohyuk, Haeun adalah segalanya. Ia akan melakukan apa saja demi memiliki gadis tersebut seutuhnya. Meskipun ia sudah sering mendapatkan penolakan sekalipun.
Keluarga Joohyuk merupakan orang terpandang. Ayahnya adalah seorang walikota dan ibunya adalah seorang pengacara. Hidup yang serba kecukupan membuatnya menjadi semena-mena terhadap orang disekitarnya. Siapapun yang tidak menurutinya atau mengahalangi keinginannya akan habis saat itu juga.
“Jadi yang harus aku lakukan adalah-”
tak
Pensil yang dipegang Joohyuk tadi langsung patah menjadi dua bagian.
“Melenyapkannya.”
×=================×
Haeun
Bisakah kita bertemu di taman saja?
Aku takut mata-mata Joohyuk mengetahui hubungan kitaPesan singkat dari sang calon kekasih membuat Wonwoo mendengus kesal. Sebab lagi-lagi mereka harus kembali berkencan secara sembunyi-sembunyi.
Sebenarnya ia sudah siap untuk menerima semua akibat yang akan di berikan Joohyuk untuknya nanti, tetapi gadis itu terus melarang. Dan mengancam akan pergi meninggalkannya jika ia tetap nekat melakukan.
“Kenapa?” tanya Hoshi yang kebetulan mendapatkan jatah rolling tempat duduk bersama Wonwoo.
“Tidak apa-apa.” Hoshi mengangguk paham. Sebab sampai kapanpun sosok di sampingnya itu tidak akan pernah mau bercerita. Padahal ia sangat ingin berteman dekat dengan sosok yang sering disebut-sebut sebagai pria berhati dingin itu. Karena menurut Hoshi, Wonwoo adalah sosok yang rapuh. Dan dirinya yakin bahwa sifat dingin tersebut merupakan topeng untuk menutupi sisi lemahnya.
“Aku pergi dulu,” ujar Wonwoo sambil menepuk pelan pundak laki-laki bermata sipit tadi dan kemudian mlesat keluar kelas dengan cepat.
Saat melewati lapangan, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Jeonghan yang masih mengenakan pakaian olahraga. Sepertinya olahraga adalah pelajaran terakhir dari kelas pemuda tersebut.
“Kau mau kemana?”
“Taman barat,” jawab Wonwoo sambil terus berlari. Setelah itu sosoknya berbelok ke arah kanan dan menghilang.
“Mau kemana dia?” tanya Seungchol yang juga sama masih menggenakan pakaian olahraga. Ya, mereka berdua sekelas.
“Taman barat.”
“Kencan?”
“Menurut situ?”
“Kenapa tidak berganti tempat saja, sih. Mereka terlalu sering pergi kesana. Aku takut kalau anak buah Joohyuk menemukan mereka,” gurat khawatir terlihat jelas di mimik muka Seungchol
.
“Aku juga berpikir begitu. Yah… kita do’akan saja semoga tidak terjadi apa-apa pada Wonwoo.” Seungchol mengangguk setuju. Ia kemudian merangkul bahu Jeonghan untuk meninggalkan lapangan.“Chol-ah…” Jonghan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Seungchol yang berada di samping juga ikut berhenti dan kemudian menatap intens menunggu kelanjutan dari kalimat yang akan diucapkan.
Jeonghan menatap laki-laki berlesung pipit tersebut dengan raut wajah yang sulit diartikan.
“Tiba-tiba perasaanku tidak enak.”
×=================×
Wonwoo menyandarkan tubuhnya pada pohon besar di pinggir jalan. Nafas yang terdengar tidak beraturan serta keringat yang bercucuran banyak menandakan bahwa pemuda tadi baru saja berlari. Ia bernapas lega saat melihat danau di seberang jalan sana masih terlihat sepi. itu tandanya ia datang lebih awal dibanding Haeun.
Dengan berjalan gontai laki-laki itu menuju kursi panjang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisinya semula. Mendudukkan dirinya dan kemudian menyandarkan punggungnya dengan agak keras. Matanya memejam pelan menikmati senja yang sebentar lagi akan menghilang. Tubuhnya memang sudah sedikit rileks tetapi tidak dengan pikirannya. Bayangan akan sang adik selalu terlintas di kepalanya. Terhitung sudah 5 hari sejak peristiwa penuduhan kemarin, Wonwoo belum juga meminta maaf. Membuat beban yang ditangguh menjadi semakin banyak.
Naeun
Aku tunggu di pondok sebelah kiri danau.
Tanpa berpikir panjang, Wonwoo mulai berjalan menuju tempat yang tertera dalam pesan dengan santai tanpa tahu adanya marabahaya yang tengah mengintainya.
Tepat di tengah jalan, indra pendengarnya menangkap sebuah suara deru mobil yang seperti tengah digas maksimal oleh sang pengendara.
Dan benar saja. Sebuah mobil sport berwarna hitam berjalan cepat menuju ke arahnya. Kejadiannya terjadi hanya dalam hitungan detik saja sehingga Wonwoo tidak sempat untuk menghindar. Tubuhnya terperosok ke aspal dan berguling beberapa kali. Wonwoo meringis ditempat. Dengan tenaga yang tersisa ia bangkit dengan perlahan. Disini keanehan terjadi.
Melihat betapa cepatnya laju mobil tadi seharusnya Wonwoo sudah terkapar dan bersimbah darah. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pandanya. Dirinya tidak mendapatkan luka serius. Hanya lengan kirinya yang tergores. Itupun juga tidak seberapa.
Wonwoo mencoba mengingat apa yang barusan menimpanya. Beberapa detik sebelum mobil sport tadi menubruknya, ia merasakan ada sesosok orang yang mendorong kuat dirinya sehingga membuatnya terperosok ke aspal. Wonwoo berani menjamin bahwa tidak ada satu sentipun bagian mobil tersebut yang menyentuh dirinya.
Dengan cepat ia memutar kepalanya mencari sang penyelamat itu. Betapa terkejutnya Wonwoo saat ini. Beberapa meter dari tempatnya berada ia dapat melihat sesosok yang amat familiar tengah tergeletak di tengah aspal dengan cairan merah kental yang menggenang disekitarnya. Orang itu adalah orang yang sangat dikenalnya, orang yang kini sangat disayanginya, orang yang ingin sekali ia ucapkan kata maaf karena kesalahannya, orang yang saat ini sedang memenuhi pikirannya, orang itu adalah,
Adiknya.
“DOKYEOM-AH!!!!!”
END
Keut~~~
©DratnaK (02/04/19)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother and I (Wonwoo-Dokyeom)
FanfictionDokyeom tidak tahu apa alasan sang kakak membencinya. Bahkan sejak ia datang ke rumah hingga sekarang, tidak pernah sekalipun sang kakak bertegur sapa dengannya. Ia bahkan sering mendapatkan tatapan dingin darinya. Start : 12/01/19 Finish : - ©Drat...