Don' forget to Vote and Comment
.
.
.Matahari sudah menghilang dari permukaan bumi. Langit pun juga berubah menjadi warna hitam yang pekat. Di atas balkon, Wonwoo menatap luas angkasa yang tampak kosong tanpa adanya bintang-bintang dengan perasaan kacau. Pikirannya menerawang jauh pada perkataan ayahnya tadi siang.
“Apa yang harus aku lakukan?”
Ting
Suara notifikasi pesan membuyarkan lamunannya. Dengan gerakan pelan Wonwoo merogoh saku celana untuk mengambil handphonenya. Tanpa melihat sang pengirim pesan, Wonwoo menggeser layar tersebut dengan malas.
Yerin
Berapa nomer indukmu?
Wonwoo mengeryitkan mata melihat pesan barusan.
Untuk apa?
Tidak butuh waktu lama untuknya mendapatkan balasan dari sang ketua kelasnya itu.Yerin
Kau lupa tidak mencantumkan
nomer indukmu pada tugas.
Memang kau mau tugas prespektifmu menjadi sia-sia?Wonwoo dibuat bingung dengan pesan tersebut. Seingatnya kertasnya sudah terbakar habis tadi siang.
Kau dapat darimana
tugasku itu?Yerin
Aku mendapatkannya dari ibuku. Katanya ada seorang pemuda
datang ke rumah memberikan
tugasmu ini. Mungkin dia
saudaramu.Flashback
“Wahhh… apa ini?” ujar Dokyeom saat melihat selembar kertas bergambarkan prespektif bangun kubus.
“Ternyata kelas 3 pelajarannya cukup rumit.”
Merasa bahwa itu perupakan sesuatu yang penting, Dokyeom mencoba menyimpannya ke tempat aman agar tidak ikut terbuang. Saat itulah matanya tidak sengaja melihat list tugas milik Wonwoo yang tertempel di kaca lemari.
21/4 Mengumpulkan tugas prespektif
“Bukankah hari ini tanggal 21? Sepertinya tidak sengaja tertinggal," ujar Dokyeom sambil mengecek tanggal yang ada di dalam kamar Wonwoo.
“Eh? Apa aku antarkan ke rumah Yerin noona saja, ya?”
Sehingga diputuskanlah untuk menunda kegiatan bersih-bersihnya sejenak untuk mengentarkan tugas tersebut ke rumah Yerin yang ia ketahui sebagai ketua kelas sang kakak. Jangan tanya dari mana Dokyeom bisa tahu.
Rumah Yerin sendiri tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 10 menit jika menggunakan sepeda.
“Baiklah, nanti akan bibi berikan pada Yerin,” ujar Ibu Yerin.
“Terima kasih, Bi. Kalau begitu saya pamit.”
“Eh, tidak ingin bersinggah dulu?”
“Tidak perlu, Bi. Selamat siang.”
“Iya, selamat siang… hati-hati,ya!”
Flashback end
Tanpa membalas pesan Yerin, Wonwoo langsung berlari menuju lantai satu. Sebisa mungkin ia harus meminta maaf kepada adiknya sekarang. Berbagai tuduhan yang diberikan tadi siang pasti sangat melukai hatinya.
Namun ketika hendak memutar knop pintu berstiker kartun naruto, pergerakannya tiba-tiba berhenti. Membiarkan sebelah tangannya melayang di udara. Ada rasa ketidakpantasan untuk dirinya memasuki ruang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother and I (Wonwoo-Dokyeom)
FanfictionDokyeom tidak tahu apa alasan sang kakak membencinya. Bahkan sejak ia datang ke rumah hingga sekarang, tidak pernah sekalipun sang kakak bertegur sapa dengannya. Ia bahkan sering mendapatkan tatapan dingin darinya. Start : 12/01/19 Finish : - ©Drat...