Hallo! Apa kabar? Lama tidak jumpa. Duh.. udah berapa bulan buku ini aku anggurin? Wkwkwk. Maaf, ya baru bisa update.
Btw, makasih banget udah mau nunggu work yg engk jelas ini. Jujur aku terharu banget kemarin ada yang nge DM nanyain kelanjutannya. Makasih banget lohh... Berkat DMnya aku jadi semangat buat nulis.
Langsung aja yuk cus dibaca. Buat yang udah lupa sama ceritanya bisa balik scrool up dulu. Hehehe..
Happy reading guys 💜~💜
.
.
.
.“Bagaimana kabarmu?”
Suara selembut kain sutra milik perempuan di belakangnya menyapu gendang telinga Lee Dokyeom. Ribuan kupu-kupu serasa berterbangan di dalam perutnya. Dengan perlahan ia tolehkan kepalanya menuju ke arah sumber suara. Jantungnya berdegup kencang saat manik matanya bertemu dengan manik mata milik perempuan tersebut. Perempuan yang berhasil membuat dirinya memikirkannya sepajang hari, perempuan yang membuatnya terus menghitung hari karena ingin segera bertemu kembali.
“Akhirnya kau datang juga.”
Digesernya tubuhnya sedikit ke arah kanan. Berusaha menciptakan sedikit ruang kosong agar bisa ditempati oleh si gadis.
Yeeun menempatkan dirinya pada ruang kosong yang diberikan Dokyeom tadi. Sesekali ia menatap sosok di sampingnya. Hatinya melega mengetahui bahwa kekasihnya tersebut terlihat lebih baik dari 1 minggu yang lalu. Atau mungkin bahkan sangat baik. Perban yang melilit di kepalanya waktu itu sudah digantikan dengan sebuah plester luka biasa. Beberapa goresan di wajah dan tangan juga hanya tinggal bekasnya saja.
“Kau belum menjawab pertanyaanku,”
“Sudah lebih baik daripada saat kau terakhir kemari,”
“Syukurlah,” ujar Yeeun tulus.
“Kenapa baru datang?” tanya Dokyeom. Sedetik kemudian dirinya langsung terdiam. Setelahnya ia merutuki perkataannya barusan.
“Ohhh... 1 minggu ini ada ujian akhir semester, jadi aku harus belajar. Maaf baru bisa kemari,” sesal Yeeun. Tetapi beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu.
“Kau menungguku, ya…” Canda Yeeun. Namun, di dalam hatinya ia tengah mengharapkan sesuatu. Bolehkan Yeeun berharap bahwa selama 1 minggu ini Dokyeom menunggu kedatangannya? Dirinya akan sangat senang apabila hal tersebut benar terjadi. Tidak apa jika Dokyeom masih belum bisa mengingatnya. Dia sudah cukup senang apabila memang benar jika kehadirannya memang ditunggu-tunggu oleh laki-laki tersebut.
“Ti- tidak. Mana mungkin. Kita kan baru sekali bertemu.”
Senyum yang sedari tadi terhias di wajah cantiknya, seketika luntuh lantah dalam sekejap. Menyadari akan perubahan wajah perempuan disampingnya, membuat Dokyeom menjadi kelabakan sendiri.
“… menurutku, sih… tetapi Mingyu dan Myeongho bilang kita adalah sepasang kekasih. Aku rasa mereka tidak berbohong. Ketika pertama kali kita bertemu rasanya aku tidak asing denganmu. Tetapi ketika aku mencoba mengingatnya, aku tidak mendapatkan jawaban sama sekali.”
Tersenyum getir adalah hal yang mampu ia lakukan sekarang. Rasanya sangat menyakitkan ketika seseorang yang kau sayangi tidak mengingatmu sama sekali dan juga sakit, karena orang yang selalu membuatnya terluka batin malah ia ingat.
“Maaf…”
“Kenapa minta maaf? Cepat atau lambat kau pasti akan mengingatku,” hibur Yeeun.
Meskipun dirinya sedih karena hal tersebut, tetapi melihat Dokyeom yang terus meminta maaf seperti itu juga membuatnya sangat bersedih. Lagipula siapapun tidak akan bisa melawan takdir. Ketika Tuhan sudah menetapkan takdir manusia seperti ‘itu’, maka manusia tidak akan bisa menghindarinya. Berdo’a dan berdo’a adalah cara yang paling tepat. Dan kini dirinya hanya mampu melakukan hal tersebut. Berdo’a. berdo’a untuk kesembuhan sosok disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother and I (Wonwoo-Dokyeom)
FanfictionDokyeom tidak tahu apa alasan sang kakak membencinya. Bahkan sejak ia datang ke rumah hingga sekarang, tidak pernah sekalipun sang kakak bertegur sapa dengannya. Ia bahkan sering mendapatkan tatapan dingin darinya. Start : 12/01/19 Finish : - ©Drat...