13. Ingatan Palsu

1.1K 117 27
                                    


Don't forget to Vote and Comment

Happy Reading 💜~💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Pasien mengalami lumpuh dan juga amnesia,” ujar Dokter Kim setelah memeriksa Dokyeom. Dada Minho langsung terasa sesak.

Saat diperjalanan menuju rumah sakit, Minho mendapat telepon dari Wonwoo, bahwa Dokyeom sudah sadar. Tentu rasa bahagia yang tidak terbendung ia dapatkan. Pria paruh baya tersebut langsung mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh guna segera melihat keadaan sang putra yang sudah berhasil melewati masa kritis. Tetapi sesampainya disana ia malah dibuat sedih kembali. Membuat senyum yang beberapa menit lalu mengiasi wajahnya luntur seketika.

“Lumpuh yang diderita merupakan efek dari benturan saat kecelakaan, bukan karena kerusakan saraf motoriknya sehingga masih bisa sembuh. Jika pasien giat dan teratur untuk menggerakkan otot-otot kakinya, niscaya dia bisa berjalan dengan normal kembali. Hanya saja nantinya ia tidak bisa melakukan aktivitas olahraga berat.”

Memang jika pada bagian tubuh manusia sudah pernah mengalami kerusakan, maka kekuatannya hanya bisa sampai 70-80% saja. Untuk itulah kita harus benar-benar menjaga tubuh kita dengan  baik. Jangan sampai kita menyesal dikemudian hari.

“Lalu bagaimana dengan ingatannya Dokter? Apakah amnesia bisa disembuhkan?”

“Sangat bisa,” ujar Dokter Kim dengan mantap.

“Saya akan siapkan peralatan terapi untuk mengembalikan ingatan putra anda. Mungkin hal ini akan sedikit membutuhkan waktu yang sedikit lama. Tergantung berapa banyak hal yang telah dilupakan pasien. Tetapi itu tidak menjadi masalah, asal dilakukan dengan perlahan-lahan dan teratur.”

Pernyataan-pernyataan Dokter Kim barusan setidaknya bisa membuat Minho sedikit bernafas lega. Tetapi tetap saja perasaan sedih masih menjadi dominan.

Tanpa Minho sadari, ada sesosok yang diam-diam malah tersenyum misterius setelah mendengarkan semua penjelasan dari Dokter Kim barusan. Entah apa maksud senyum tersebut.

×==================×

“Kau benar tidak mengingatku?” Dokyeom menggeleng pelan. Tidak berselang lama dia dibuat terkejut akan tangisan pilu dari orang yang menanyainya tadi. Membuat Dokyeom menatapnya dengan wajah penuh kebingungan.

“HUAAA!!! Kau jahat! Bagaimana kau tidak mengingatku sama sekali, huh?

“Han!” putus Wonwoo.

“Kau bisa menyakitinya. Kau tidak bisa memaksanya seperti itu.”

“Benar. Lagipula Dokyeom baru juga sadar. Biarkan dia istirahat dulu,” ujar Seungchol berwibawa, sangat berbeda dengan kejadian saat dia jatuh di lapangan waktu itu.

“Baiklah…” lesu Jeonghan sambil masih sedikit sesenggukan.

“Tidak apa kalau kau belum bisa mengingat apapun. Jangan khawatir Dokyeom-ie… Hyungmu ini akan membantumu untuk mengingat semuuuuanyaaaa." Tidak ada yang bisa Dokyeom lakukan selain menganggukkan kepalanya patuh. Sejujurnya ia merasa sedih melihat respon sosok tersebut, tapi mau bagimana lagi, ia tidak mengingat apapun.

“Bagaimana kau akan membantunya?”

“Tentu saja dengan sering datang kemari dan menceritakan hal-hal yang berhubungan dengannya,” ujar Jeonghan antusias.

“Yang ada malah dia akan bosan karena melihatmu terus

Shut up!”

“Sudah, kan? Kalau sudah selesai silahkan pulang.”

“Kau mengusir kami?”

Brother and I (Wonwoo-Dokyeom)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang