Hari ini bisa jadi hari berduka buat sekolah gue tercinta. Atau bisa dibilang, buat kelas gue tergesrek.
BUKAAANNN, kalau lo nebak itu gara-gara gue jomblo waktu malming gini, terus gue ngegalau sambil ngemil guling, jawabannya ENGGAK!
Pertama, salah satu adek kelas gue yang bernama Fadly meninggal karena sakit yang kritis di ICU. Setelah koma lama dan sadar sesaat, cowok manis itu akhirnya memutuskan untuk berpulang untuk selamanya. Terkenal baik, taat beragama dan ikut berbagai organisasi, dan akhirnya Tuhan mengambilnya dari kami.
Anak tunggal dia. Kasihan orangtuanya yang menangis. Yaiyalah, dodol.
Simpati? Jelas. Tapi dia sudah menderita banyak, kan? Kami memang menyayangi dekkel(adek kelas) manis itu, tetapi Tuhan lebih menyayanginya. Buktinya, Tuhan ingin Fadly bersamanya sekarang.
Setelah berdoa bersama untuk kepergiannya, dengan kepala tertunduk gue kembali melanjutkan pelajaran Bimbingan Konseling(BK). Guru BK gue namanya Bu Tifa, wanita yang melepas masa lajangnya baru-baru ini.
Beliau bercerita soal anak kelas sebelah yang ketahuan merokok dan orangtuanya dipanggil. Kemudian, soal kabar duka Fadly. Kami hening, mendadak kegesrekan kami hilang penuh dengan bisu.
Kelas abnormal gue... Benarkah?
Setelah BK, kami disuruh ke lab komputer untuk ujian praktek dan disuruh mengirim pesan dengan email. Gue selesai lebih cepat.
Alkhamdulilah kelar. Gue nyender ke tembok, maklum jones, capek euy.
Gue senyum. Tiba-tiba Putri dengan senyum setan dateng dan ngotak-ngatik komputer gue.
"Ngapain, Put?" Gue nanya.
"Nggak apa." Terus, Putri ngeloyor entah kemana.
Gue ngecek komputer gue, takut dirusakin. Setelah tahu, gue istigfar hingga guling-guling! Ternyata, Putri ganti wallpaper komputer gue pake gambar Mimi Peri!
Ya Allah!
Putri ngakak aja dari kejauhan. Tanpa gue sadari jam terakhir mau habis. Dan ternyata Bu Ningsih masuk ke lab, udah dateng membawa map hasil LUN... Dan ngelewatin komputer gue yang berwallpaper Mimi Peri!
Astaga!
Astaga!
Astaga!
Gue pura-pura buka word, biar wallpaper Mimi Peri laknat itu bisa ketutup. Tapi udah telat, sih. Bu Ningsih pasti udah lihat. Gue nunduk, malu!
ARGHHHH!!! Gue jambak rambut!!!
Mengapa komputer gue selaknat ituu!!!
Argkhhh!!! Ntar dikiranya gue-- 🌚🌚🌚
SERAH COY SERAAHHH! *mulai kesurupan miniatur pocong
Bu Ningsih senyum aja. Kenapa tiap beliau senyum gue selalu tulis? Ya... Bu Ningsih itu dikenal cool gitu. Jadi senyumnya itu berharga. *apaan sih gue.
Nilai Simulasi gue lebih anjlok daripada rel kereta. Lebih anjlok daripada pisang goreng kelindes truk.
Nggak taulah bentuknya!
Ancur! Apalagi disuatu pelajaran yang nggak bisa gue sebutin.
Akhirnya kelas laknat gue dapet bla-bla-bla membosankan dari Bu Ningsih. Yah, biasa, lah.
Gue memutuskan buat neken-neken tombol keyboard asal-asalan. Pas komputernya mulai menunjukkan gejala kerusakan, gue langsung shut down paksa dan buru-buru lari ninggalin lab.
Berlagak polos tak berdosa.
Laknat, emang.
Sekian dulu, deh! Gue pikir-pikir, cerita ini terlalu retjeh untuk kalian yang ber IQ tinggi. Maklum lah, yang bikin cerita aja super idiot.
Kayak temen-temen sekelasnya yang alien, muehehe. FUHHH--
Dahlah.
Nastarzf,
Manusia imut, seimut Sarah Piloit.
Tapi kok, netijen suka ngataom gur mirip Cimoy?!
Cimoy saha anying?
Woeee28 September 2019.
Direvisi+ publish 19 April 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Si Munyuk (TAMAT) √
Short Story(Rank 28 in #SMP) Ini diary gue, Munyuk mengenaskan di kelas yang penghuninya peranakan setan semua. Udah nggak kehitung berapa guru yang resign dari ngajar kelas neraka satu ini. Bahasanya alay parah. Mata minus tidak disarankan membaca. ❗Sebagia...