tiba esok hari, changbin sama sekali belum memejamkan matanya untuk tidur dari semalam.
pemuda itu terus terjaga setelah kejadian buku di rak berjatuhan juga lemari yang dipukul-pukul oleh sesuatu.
jangan dikira changbin akan mencari tahu, karena nyatanya dia hanya terdiam gagu di kursi tanpa niatan berpindah sedikit pun.
dan selama itu, suara itu terus-menerus menganggu changbin dengan nada yang berubah lebih tinggi.
jelas menandakan jika dia marah.
namun, bukan karena nada tinggi yang membuat changbin tetap terduduk diam hingga detik ini.
melainkan ancaman lain yang suara itu lontarkan tadi malam.
dia bilangㅡhari ini akan ada seseorang yang tertembak pistol di minimarket depan kompleks rumah changbin.
dasar sinting.
yang benar saja adegan seperti itu terjadi di daerah sini?
namun kalau mengingat apa yang dialami chaeyeon kemarin, changbin semakin merasa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
ah, jangankan di dunia, persempit saja di tempat changbin tinggal. maka kalimat barusan akan lebih berlakuㅡakan lebih banyak kemungkinan sesuatu terjadi.
termasuk hal di luar kepala sekalipun.
"cek, engga, cek, engga, cek, engga, cek, engga...." gumam si pemuda setelah sekian lama menghabiskan waktu untuk berpikir, "cek ke minimarket gak ya?"
"hadeh, gausah deh. kali aja chaeyeon kebetulan aja kemaren. iya, gausah dipikirin."
dia hanya mencoba untuk berpikir rasional.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.