esoknya, changbin segera memboyong hyunjin dan jisung menuju alamat yang diberikan oleh jeongin. butuh waktu kurang lebih 30 menit hingga langkah ketiganya terhenti disebuah gedung apartemen yang cukup megah.
mereka kompak menghela napas sembari menatap risau gedung tinggi di depan mata.
"harus banget ya masuk?" changbin memajukan bibir bawah, "harus, ya...."
"lo 'kan punya masalah sama dia? kok tiba-tiba gamau masuk?" mengikuti changbin, hyunjin memajukan bibir bawahnya, "gue ikutan gamau masuk jadinya...."
"ya lo bayangin aja deh jin, dia seaneh apa waktu masih sama gue. lo tau, kan?"
"gimana gue gak mau tau kalo lo dulu tiap hari kerjaannya cuma sambat tentang seoyeon mulu."
"sambat terooooos, sampe kita semua tau kalo seoyeon sebenernya sinting kebangetan." imbuh jisung yang sedari tadi sibuk bergidik.
"hhh yaudah deh, ayo masuk!"
hyunjin dan jisung mengangguk kecil sebelum akhirnya melanjutkan langkah untuk masuk lebih dalam dan mendatangi alamat yang tertulis dicatatan milik changbin.
selama perjalanan, changbin sempat mengingat perkataan jeongin kemarin. pemuda itu bilang, apartemen milik seoyeon tidak jauh darinya.
lantai 3, nomor 81.
"nomor 81?" monolog pemuda seo ketika menemukan pintu bernomor seperti yang dia sebutkan, "ini, ya?"
"cepet banget nyampenya, kita tadi jalan apa lari, sih?" hyunjin mendramatisir.
"gue kok ngerasa ga napak...." namun, jisung justru lebih mengada-ngada. "kalian napak gak?"
changbin menggeleng, "gak tau, gue jalan pake mata."
"bukannya pake kaki???"
"sama aja."
"beda dong???? mata di aㅡ"
ting tong!
"aNJING BANG CHANGBIN, LO NGOMONG- NGOMONG DONG KALO MAU MENCET BEL! GUE BELOM SIAP HATI!" pekik hyunjin.
"ssstt! lo emang lagi mau ngelamar??? pake siap hati segala???"
napas hyunjin mulai menggebu, "jantung deh jantung! belom siap jantung!"
jisung mengangkat salah satu tangan ke udara sementara tangan lainnya dia taruh di dada, "temen-temen, kayaknya gue kena serangan jantung deh...."
changbin mendadak pusing.
dibandingkan hyunjin dan jisung, changbinlah sebenarnya yang paling panik di sini. jantungnya tidak berhenti berpacu, terus menghasilkan degupan cepat di sana.
ting tong!
bel kembali changbin bunyikan walau dia justru semakin tidak tenang.
jarinya terasa dingin serta tangannya sedikit bergetar ketika menunggu pintu di hadapannya terbuka.
hyunjin dan jisung?
jangan tanya, mereka berdua sudah berlarian ricuh sedari tadi.
"siapa?"
suara dari speaker door lock itu mengagetkan ketiganya, "c-changbin! seo changbin! masih inget gak?"
"l-loh, kak? ngapain?"
"i-itu,"
"ya?"
dengan sengaja changbin menatap tepat ke arah kamera yang pasti dilihat seoyeon dari layar di balik pintu sana.
"kak diem aja, ngapain kakak ke sini? terus itu bukannyaㅡhyunjin sama jisung, ya?"
"iya...."
"mau ngapain?"
pemuda itu tersenyum kikuk, "coba lo keluar dulu deh."
tak disangka dengan cepat seoyeon menuruti permintaannya. pintu itu terbuka, membuat jantung changbin berpacu lebih cepat dari sebelumnya.
"h-halo, kak? apa kabar?" katanya.
changbin mengulum bibir, "ya gitu-gitu aja, baik kok."
gadis itu tersenyum, "bagus deh. oiya, ke sini mau ngapain? tau alamatku dari mana?"
"ah, mau main aja soalnya kebetulan temen gue juga tinggal di sini, terus tadi bilang kalo lo tinggal di apart nomer 81. tau jeongin gak? dia juga tinggal di sini...."
"yang jeongin? oh, tau." balas seoyeon, "ya udah ayo masuk?"
"i-iya,"
gadis itu lagi-lagi tersenyum lalu berbalik kembali masuk ke dalam apartemennya.
tepat sebelum changbin melangkah masuk mengikuti si gadis, hyunjin menarik tangannya terlebih dahulu, "bang, lo mau denger sesuatu gak?"
"apaan? tarik-tarik segala, kaget tau."
"serius, lo mau denger gak?"
"ya apaan? cepet, tar dia curiga."
hyunjin mengambil napas sambil memasang raut cemas, "lo tau 'kan gue bisa ngerasain hawa engga enak?"
"terus?"
"cewek barusan itu kayaknya bukan seoyeon, bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] voices annoy me ✓
Fanfiction[TELAH DIBUKUKAN.] suara itu benar-benar mengusik changbin. ft. changbin. est. 2019 ⚠️ murder, harsh words, lowercase, unrevised