thirty-eight

4.1K 1K 184
                                    
























tanpa peduli dengan sepi dan dinginnya malam, pemuda itu terus berjalan menuju rumah kim woojin.

untungnya rumah hyunjin tidak terlalu jauh dari rumah woojin, jadi bukan masalah besar jika changbin berjalan kaki ke sana.

sembari mengiringi melangkah, pemuda itu tak henti menghela napas panjang.

mengetahui woojin diam-diam terlibat dengan masalah ini membuatnya tidak tenang. padahal woojin selama ini lebih banyak diam, persis seperti seungmin.

ah, changbin bodoh.

mereka berdua 'kan kakak-beradik. mungkin saja peribahasa 'diam-diam menghanyutkan' itu berlaku bagi kim bersaudara ini.

apalagi woojin adalah yang tertua bersama chan, diantara mereka bersembilan. jadi, wajar saja jika woojin jarang ikut berkumpul bersama mereka yang lebih muda.

woojin pasti disibukkan dengan urusannya sendiri.



































"loh, bang changbin?!"

"seungmin? lo ngapain buka pintu lebar-lebar malem gini?"

seungmin juga ikut kebingungan, "bang changbin juga ngapain tiba-tiba berdiri di depan rumah gue?"

"a-ah, ada yang perlu gue omongin sama bang woojin. makanya gue ke sini."

"malem-malem gini?"

"iya, habis keburu...."

"ya udah kalo gitu ada yang perlu gue omongin juga sama bang changbin."

"loh?"

seungmin tidak lanjut menjelaskan, pemuda itu malah mempersilahkan changbin masuk dan menyuruhnya duduk.

begitu pemuda seo sudah mengambil tempat, seungmin ikut duduk dengan berpangku tangan. dia tampak menimbang sesuatu sambil sesekali menarik kedua bilahnya hingga mendatar.


































"bang changbin lagi digangguin, ya?"

dahinya spontan berkerut, "kok tau?"

"anak-anak cerita, bang woojin juga bilang gitu."

changbin mengangguk, bibirnya membulat mengikuti anggukannya, "bang woojinnya ada, min? soalnya jarang banget ketemu. takutnya gue ke sini tapi dianya engga ada."

"eh, tapi salah gue juga sih, engga ngabarin dulu kalo mau dateng."

seungmin tidak langsung merespon kalimat changbin. pemuda itu terdiam beberapa saat, "adaㅡtapi engga di sini."

"maksudnya? lagi kerja?"

"bukan, dia bener-bener engga ada di sini." seungmin terlihat ragu menyambung kata, "lo nyadar engga sih, bang woojin hampir engga pernah keliatan selama ini?"

"ya...sadar? dia sibuk kuliah sama kerja, kan? kayak kak chan."

seungmin menggeleng, "engga, ini beda."

"hah?"

"aduh, gimana ya. sebenernya gue engga bisa seenaknya ngomong ke orang lain, tapi gue ngerti kalo pada akhirnya gue harus ngaku kalo keluarga gue engga kayak keluarga biasanya."

"min, lo ngomong apa sih?"

"bang, keluarga gue itu beda. hidup gue, hidup keluarga gue, engga cuma didedikasikan di sini."























changbin seketika merengut.

tidak seungmin tidak suara yang mengaku-mengaku sebagai seoyeon, semuanya senang sekali membuatnya bingung.

apa pula itu hidupnya tidak sekedar didedikasikan di sini? dia juga hidup di kota lain? di negara lain? atau bahkan di dunia lain?!

tunggu saja, jika seungmin ikut mengaku jika dia bukan seungmin, atau woojin bukan woojin, atau apalah itu, changbin akan menghancurkan seluruh isi rumah seungmin.

tunggu saja.





































"bang woojin bener-bener engga ada di sini, dia harus tinggal di sana gara-gara ngelanggar aturan." lanjut seungmin.

changbin mendecih, "di sini, di sana, di mana, sih?! di kota lain? negara lain? dunia lain? gaib gitu?"

"poin terakhir."

"gaib???????"

"sebelumnya."

"dunia lain?? ya gaib, kan????"

"bukan gaib, beneran ada."

"apaan???"



































































"bang, lo pernah baca tentang dunia paralel engga?"

"bang, lo pernah baca tentang dunia paralel engga?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ii] voices annoy me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang