thirty-four

3.8K 1K 230
                                    




























"apa-apaan anjing, maksud lo dia bukan seoyeon gitu??"

"hawanya, beda bang. gak kaya dulu...."

"orang bisa berubah geblek, mungkin dia udah berubah??? siapa tau??"

"bang changbin, kalo orang berubah itu sifatnya yang berubah. kalo sifatnya berubah auranya juga mungkin ikut berubah. tapi yang gue rasain ini hawa bukan aura, lo harus ngerti."

"tapiㅡ"

konversasi keduanya harus terhenti ketika seoyeon datang dengan nampan berisi 4 cangkir minuman di atasnya.

changbin segera melipat kedua tangannya di depan dada, hyunjin pura-pura sibuk meniup poninya, sedangkan jisung yang tadi serius menguping percakapan langsung berlagak melamun sembari membuka mulutnya lebar.









































"minumnya," gadis itu mempersilahkan dilanjut dengan mendaratkan diri ke sofa, "diem-diem aja nih? apa kabar hyunjin sama jisung?"

"baik kok." balas jisung dengan anggukan kaku.

kemudian disambung oleh hyunjin yang tersenyum paksa, "baik juga...." katanya.

"baik? tapi, kok tanganmu diperban gitu?"

hyunjin tersentak, matanya mengerjap cepat sambil memandang tangannya gelagapan, "j-jatuh, abis jatuh dari tangga. lukanya mayan parah, makanya di perban deh,"

"oh...."

"kok senyum?"

"siapa?"

hyunjin menunjuk tepat ke arah gadis lee, "lo barusan ngomong oh sambil senyum kecil, ada yang lucu?"

"enggak, akuㅡ"

mengetahui hyunjin yang mulai sensitif, changbin cepat-cepat menghentikan percakapan antara mereka, "lo gimana selama di luar kota, yeon? baik-baik aja, kan?"

dan dengan mudahnya atensi seoyeon teralihkan, "baik, kayak yang kak changbin lihat sendiri. aku dulu aneh atau mungkin keliatan gila, tapi begitu pindah ke luar kota, aku langsung berobat. terapi sana-sini, minuk obat ini-itu, jadi sudah engga seaneh dulu lagi hehe,"

"maaf ya kak, dulu kakak harus ngadepin aku yang kayak gitu. kakak pasti capek banget. apalagi waktu kakak minta selesai, aku malah mukulin kepala ke dinㅡaduh, maaf ya, kak...." lanjutnya.

changbin akui, seoyeon memang terlihat lebih normal dari sebelumnya. gadis itu kini lebih banyak tersenyum dan yang terpenting kini dia berbicara ketika ada seseorang yang mengajaknya.

tidak seperti dulu yang entah siapa lawan bicaranya.





































"bukan masalah besar kok, udah lupain aja."

seoyeon mengiyakan, "memang bukan masalah besar kalo kakak engga ngomong sembarangan."

"maksud lo?" sahut hyunjin.

"bercanda kok~ sampe kaget gitu~" seoyeon tertawa kecil, "kak changbin 'kan baik, mana mungkin kakak ngomong sembarangan tentang aku."

"iya...."

"terus kakak sebenernya ngapain sih ke sini?"

changbin mengangkat alis, "main?"

"ey, aku yakin kakak engga cuma iseng ke sini. biasanya orang-orang kalau ketemu mantan paling males, tapi kakak berani banget main ke sini pake bawa dua temen lagi. pasti ada yang mau diomongin, kan?"

"ah, itu...." changbin mengusap tengkuk, "gue bingung mau mulai dari mana."

"bang, lo serius mau ceritain ke dia??" hyunjin berbisik dengan alis bertaut.

"kenapa?"

"lo udah gila, ya???"

seoyeon berdeham, "kakak mau cerita sesuatu?"

butuh belasan detik bagi changbin untuk kembali membuka bilahnya, "gue mau cerita kalo akhir-akhir ini gue diganggu sama sㅡ"

"woi?????" jisung ikut protes, "bang, lo ngapain sih?"

"kalian yang kenapa ngalangin gue mulu?"

seoyeon lantas bertanya, "jin, sung, kenapa? gak boleh ya kak changbin cerita?"

"bukan gak boleh, tapi gak buat diceritain...." balas jisung.

"loh, kok gak buat diㅡ"

































ting tong!






















seoyeon refleks menoleh ke arah pintu, "duh, aku cek dulu sebentar ya."

belum sempat gadis itu beranjak, changbin segera menahannya, "gue aja yang ngecek, lebih deket pintu."

"loh, gapapa, kak?"

"santai."

changbin kemudian melenggang, beranjak menjauh dari tempat duduknya. begitu mencapai ambang pintu apartemen seoyeon, dengan cepat ia melihat ke arah layar door lock untuk mengetahui siapa di balik pintu itu.
















"siaㅡpa...?"

dan changbin langsung dibuat terkejut kala melihat sosok di layar tersebut.



















































"bangsat,"













































sosok di layar ituㅡdirinya sendiri.

sosok di layar ituㅡdirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ii] voices annoy me ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang